Austin-Sparks.net

Faktor-Faktor dalam Hubungan Kita dengan Allah

oleh T. Austin-Sparks

Bab 4 – Kebenaran

“Sesungguhnya, Engkau berkenan akan kebenaran dalam batin, dan dengan diam-diam Engkau memberitahukan hikmat kepadaku.” (Mazmur 51.6).

“Yaitu dia yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya” (Mazmur 15:2).

Masih ada banyak ayat lain yang dapat kami rujuk seiring berjalannya waktu. Untuk sesaat ini, kami akan melanjutkan di sepanjang garis meditasi kami sebelumnya tentang beberapa faktor-faktor besar dalam hubungan kita dengan Allah. Kami telah berbicara tentang terang, hidup, ketaatan, dan sekarang untuk sesaat ini, kami akan membahas perkara tentang kebenaran.

Sekali lagi, seperti dalam hubungan lainnya, saya tidak bisa mengatakan kepada saudara betapa terkesannya saya dengan banyaknya jumlah yang ada dalam Firman Allah mengenai perkara-perkara ini, dan pada yang satu ini, saya pikir ini akan sangat bermanfaat jika kita tidak melakukan apa pun yang lebih selain mempelajari Alkitab dengan semua referensinya tentang kebenaran. Saya cukup yakin kita akan mengakhirinya dengan pemahaman yang sangat kuat akan pentingnya hal ini dalam Firman Allah; tapi kita tidak akan melakukan itu. Saya mempercayakannya kepada saudara. Ini akan menjadi dasar yang paling terbaik untuk pembicaraan bersama apa pun dan akan sangat membantu untuk memilikinya sebagai dasar, namun saat ini kami hanya dapat mengatakan satu atau dua hal sehubungan dengan keseluruhannya. Dan menurut saya, apa yang mendasar dari seluruh kebenaran ini adalah kecemburuan Tuhan untuknya. Hal ini dinyatakan dengan sangat jelas di dalam Firman Allah.

Betapa cemburunya Tuhan terhadap kebenaran! Tentu saja, hal ini benar sehubungan dengan setiap sifat kodrat ilahi, dan kebenaran adalah sifat yang demikian; ini adalah bagian dari diri Tuhan itu sendiri, dan bagian yang membuat Dia, bahkan lebih dari bagian lainnya, sangat cemburu. Dan pernyataan Pemazmur ini sangat bermanfaat ketika kita mampu mengenali jangkauannya dan implikasinya. “Sesungguhnya, Engkau berkenan akan kebenaran dalam batin”; dan kita dapat menggantungkan segala urusan Tuhan dengan kita pada pernyataan itu. Maka marilah kita secara sederhana mengenali dari mula kehendak Tuhan, dan kemudian marilah kita menyadari bahwa Tuhan sangat cemburu terhadap kebenaran.

Tuhan tidak pernah berkompromi. Tuhan tidak pernah menerima apa pun yang tidak sepenuhnya kebenaran. Dan Tuhan bertekad untuk mereproduksi sifat dan sikap-Nya sendiri terhadap hal ini di dalam diri anak-anak-Nya sendiri, dan salah satu hal yang mengatur cara Tuhan berurusan dengan anak-anak-Nya adalah bahwa mereka dapat memiliki kebenaran dalam batin.

Sekarang, kami telah mengatakan sesuatu sehubungan dengan hal-hal lain di dalam bab-bab ini, yang berlaku untuk bab ini: yaitu, perlunya kebenaran dan individu yang bersangkutan untuk berhubungan secara hidup dalam arti menjadi satu. Artinya, individu yang bersangkutan itu sendiri akan menjadi kebenaran, dan kebenaran itu harus menjadi bagian dari keberadaan individu tersebut; bahwa hubungan tersebut harus sedemikian eratnya sehingga tidak ada pemisah antara apa yang disebut kebenaran, dan orang yang di dalamnya terdapatkan kebenaran itu. Kebenaran bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri dan sesuatu yang objektif bagi anak Allah, melainkan kebenaran, di dalam kehendak Allah, harus berhubungan erat dengan anak Allah seperti halnya nafas yang kita hirup dalam tubuh-tubuh milik kita ini. Artinya, bahwa kita hidup karenanya, dan tanpanya kita mati. Menurut saya, itulah arti dari kata ini: “Sesungguhnya, Engkau berkenan akan kebenaran dalam batin.”

Saudara akan mengerti apa yang saya maksudkan jika saya mengatakannya seperti ini. Suatu hal mungkin sempurnanya benar. Sebuah subjek, sebuah tema, sebuah doktrin di dalam Firman Allah, di dalam Kitab Suci, mungkin saja sempurnanya benar. Hal ini mungkin dipegang oleh seseorang dan kemudian orang tersebut, setelah menjadi sangat sibuk, mungkin terpesona dan asyik dengan kebenaran itu, mulai menyebarkannya dan selalu membicarakannya dan menerbitkannya. Sekarang, tidak ada keraguan sama sekali tentang kebenaran hal yang dikatakan, tetapi mungkin masih ada sesuatu yang tidak benar di dalamnya, dan ketidak-benarannya adalah ini: bahwa hal itu tidak mewakili posisi orang yang memberikannya. Ya, kebenaran itu tidak dapat dipertanyakan, tetapi saudara memiliki pertanyaan tentang apakah kebenaran itu benar dalam kehidupan orang yang menyebarkannya; tentang apakah itu bukan sesuatu yang telah menjadi perhatian mereka, dan untuk sementara waktu ini sedang dijalankan oleh mereka. Jika saudara menantang mereka, mereka tidak akan ragu untuk memberi tahu saudara bahwa itu adalah kebenaran mutlak; tidak ada keraguan tentang hal itu, dan mereka mempercayainya dengan sekuat tenaga – namun hal itu bukanlah sesuatu yang telah tertanam di dalam diri mereka sendiri itu sendiri dan muncul keluar sebagai kebenaran dari dalam batin. Ini hanya akan menjadi Hidup mereka ketika kebenaran ini telah menyelamatkan mereka dari maut, dan agar hal itu demikian, mereka harus masuk ke dalam maut untuk membuktikan kuasa dari kebenaran itu.

Sehingga kebenaran dalam batin bukanlah sesuatu yang tersendiri, terlepas dari hidup orang yang bersangkutan, meskipun kebenaran itu dalam dirinya sendiri mungkin merupakan kebenaran yang mutlak. Kebenaran dalam batin adalah bahwa individu yang bersangkutan telah masuk ke dalam hubungan yang sedemikian rupanya dengan kebenaran itu, sehingga kebenaran itu menjadi diri mereka sendiri, dan bahwa semua orang tahu bahwa hal itu bukanlah sesuatu yang telah mereka ambil, atau yang telah menjadi perhatian mereka, dan yang sedang digunakan oleh mereka, betapapun antusiasnya mereka terhadap hal tersebut. Semua orang tahu bahwa hal itu adalah bagian dari diri mereka sendiri. Itulah kebenaran dalam batin.

“Engkau berkenan akan itu,” kata Pemazmur. Dan untuk mendapatkannya seperti itu adalah tujuan Tuhan dalam berurusan dengan kita sebagaimana Ia berurusan dengan kita. Tuhan mengetahui hal ini: bahwa setiap bagian kecil apa pun dari apa yang bukan kebenaran di dalam kehidupan kita dalam hubungannya dengan Dia, cepat atau lambat pastinya akan membawa kehancuran, pastinya akan mengkhianati dirinya sendiri dalam kelemahan seluruh suprastruktur saudara.

Saudara akan ingat Ruskin, mengunjungi katedral-katedral di benua itu, dan bangunan-bangunan yang sangat terkenal, dan bagaimana ia berbicara tentang rasa mual, rasa jijik yang ia rasakan saat meninggalkan beberapa tempat-tempat tersebut. Ia pergi ke suatu tempat dan menemukan atapnya miring; ia pergi ke tempat lain dan menemukan bahwa hujan telah menetes ke atas lukisan dinding yang tak ternilai harganya dan merusaknya. Ia pergi ke tempat lain dan melihat bahwa air telah masuk dan menetes ke bawah tiang-tiang marmer yang dianggap sangat indah dan telah menghanyutkan marmer tersebut. Ia pergi ke tempat lain dan mempelajari beberapa ornamen-ornamen yang pada awalnya tampak sempurna, indah, hasil akhirnya menakjubkan dan ia ingin mengetahui rahasianya sehingga ia mempelajarinya dengan lebih cermat dan menemukan bahwa ornamen-ornamen itu adalah buatan mesin, mereka bukanlah hasil karya tangan manusia. Ia pergi, dan ia berkata bahwa atap miring itu menunjukkan kebohongan pada fondasinya; marmer yang sudah pudar menyatakan bahwa semuanya itu bohong; ornamen-ornamen-nya ketika dicermati, merupakan pernyataan lantang akan suatu kebohongan, yang diakui sebagai hasil karya tangan manusia, diklaim aslinya, namun merupakan tiruan. Hujan yang masuk dan merusak lukisan dinding setelah bertahun-tahun, menunjukkan kebohongan yang dilakukan oleh pembangun di dalam gedung, sesuatu yang tidak akan bertahan dalam ujian; itu bohong, itu salah, itu tidak benar. Maka Ruskin berkata: “Dusta – dusta – dusta.” Bertahun-tahun kemudian, mungkin berabad-abad setelahnya, terungkapkan adanya kebohongan pada dasarnya; cepat atau lambat kebohongan itu akan menunjukkan kelemahannya yang ada pada dasarnya.

Allah tahu semuanya tentang itu. Allah tidak sedang membangun selama satu abad. Allah tidak sedang membangun untuk seumur hidup. Allah sama sekali tidak membangun untuk waktu; Allah sedang membangun untuk kekekalan. Allah sedang membangun sesuatu yang harus menyandang Nama-Nya di setiap bagian, setiap fragmen, setiap tiang, setiap lukisan dinding, setiap lengkungan. Ya, setiap bagiannya harus dicap dengan Nama-Nya untuk selama-lamanya.

Apakah menurut saudara, Allah akan dikhianati dan mendapatkan Nama-Nya dikaitkan dengan kepalsuan di dalam bangunan-Nya, yang akan terungkapkan dalam ujian waktu atau kekekalan? Tidak, tidak akan pernah. Oleh karena itu, Allah cemburu terhadap Nama-Nya, dan Nama-Nya adalah Kebenaran; dan Allah berkenan akan kebenaran dalam batin. Oleh karena itu, Ia membawa saudara dan saya ke dalam api, ke dalam pencobaan sangat awal dalam pengalaman Kristen kita kadang-kadang, untuk memastikan bahwa tidak ada kepalsuan, tidak ada kebohongan, tidak ada pengakuan belaka yang tidak dapat bertahan dalam ujian, untuk menjadikan hal itu nyata, benar, asli, dan untuk menjadikan hal itu bagian dari diri kita itu sendiri.

“Sesungguhnya, Engkau berkenan akan kebenaran dalam batin.” Tidak ada doktrin buatan mesin. Apa yang saudara maksudkan dengan doktrin buatan mesin? Mulai membaca buku-buku dan mengerjakan semuanya menjadi sebuah sistem yang luar biasa dan memberikannya sebagai khotbah-khotbah. Mesin itu adalah otak saudara sendiri. Kebenaran itu harus datang dari dalam batin. Ini bukanlah hasil usaha kita, melainkan hasil kerja Allah di dalam diri kita. Ada segala perbedaannya.

Hal yang penting bagi kita, bagi saudara, bagi saya, adalah untuk mengingat bahwa dalam segala hal, Tuhanlah yang kita harus berurusan dengan. Saya tidak sedang mengatakan kepada saudara apa yang belum saya terapkan secara sungguh-sungguh dalam hati saya sendiri, dan terus-menerus upayakan untuk lakukan, dan tentang apa Tuhan menjaga saya, menurut saya, dengan cukup teliti di bawah pelatihan. Ini adalah begini: ketika semuanya telah dikatakan dan dilakukan, ketika jemaat telah datang dan pergi, ketika konferensinya telah selesai dan pertemuannya telah selesai, ketika masyarakat telah menghilang, ketika segala sesuatu yang eksternal dari pelayanan itu telah lenyap, hanya Allah saja yang ada bersama saya, dan tantangannya seharusnya adalah: “Sekarang, apakah semuanya itu benar dalam hati-mu sendiri?” “Apakah itu benar?” “Apakah kamu ada di sana?” Ini adalah antara Allah dan diri saudara sendiri; Ia tahu.

Ada segala bahaya dan ancaman dari kehidupan publik, yaitu, sisi publik dari kehidupan Kristen kita, dan orang lain melihat, menilai, membentuk opini dan kesimpulan; namun itu mungkin merupakan kehidupan buatan, semuanya sangat tidak nyata. Ini mungkin tidak disengaja – jangan berpikir saya ingin menuduh siapa pun melakukan penipuan yang disengaja dan dipikirkan; mungkin ini seperti sebagian besar dari hidup kita. Ada sisi sosialnya. Kami sangat menyesal, kami ucapkan; tapi kami sesungguhnya tidak demikian. “Aku minta maaf padamu”; tapi ini adalah sesuatu yang palsu, ini adalah kebohongan sosial; tidak ada kepedihan hati apa pun di baliknya. Sebagian besar hidup kita terdiri dari hal-hal ini. Kita tidak bermaksud menjadi pembohong. Jika kita berkata kepada seseorang: “Aku turut berduka cita atas kamu,” dan mereka berbalik dan berkata: “Kamu pembohong,” kita pastinya sangat sedih. Ya, ada sisi kehidupan kita itu yang, tidak semuanya benar-benar sejati – tapi kita tidak bermaksud sebaliknya, ini adalah cara hidup.

Ini adalah ketika masyarakat telah pergi, ketika semua hal tersebut disingkirkan dan permasalahannya adalah antara Allah dan diri kita sendiri, barulah pertanyaan sebenarnya tentang kebenaran muncul. Kemudian pertanyaan tentang kebenaran muncul dengan sendirinya; dan pada akhirnya, di balik semuanya, saudara dan saya harus berhadapan dengan Allah. Tidak peduli sedikit pun apa yang orang lain pikirkan tentang kita. Saudara mungkin memiliki pemahaman yang sama sekali salah tentang saya. Saudara mungkin berpikir saya adalah seorang yang jauh lebih buruk daripada siapa diri saya sebenarnya. Saudara tidak akan pernah bisa berpikir lebih buruk tentang diri saya daripada yang saya pikirkan tentang diri saya sendiri. Saudara mungkin begitu bodoh dengan menganggap saya orang yang lebih baik daripada siapa diri saya itu sebenarnya; tapi apa yang saudara pikir, bagaimanapun juga, atau apa yang saya pikirkan tentang saudara, bukanlah pertanyaannya; masalahnya adalah, ketika saya terkurung dengan Allah sendirian, apa yang Allah ingin katakan kepada saya tentang hal itu? Apakah ini benar dalam batin? Saudara-saudara yang terkasih, saudara dan saya harus berusaha menjalani hidup kita di hadapan Allah. Kata-kata ini datang kepada saya dengan begitu kuatnya minggu ini: “Hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela.” Sesungguhnya, di manakah kita berada? “Hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela.” Di hadapan Allah.

Tentu saja, saya memahami bahwa itu: “dengan tidak bercela”, tidak berarti dengan tidak bercela seperti Allah; juga tidak berarti segera untuk menjadi tidak bercela sebagai manusia, dalam pengertian yang kita gunakan untuk kata tersebut. Katanya di sana berarti: “Hiduplah di hadapan-Ku dengan mutlak, tidak terbagi, lengkap.” Ini adalah arti dari mata baik: “Jika matamu baik …”. Artinya, saudara hanya mempunyai satu motif, tujuan dan perhatian. Saudara bukanlah apa yang disebut Yakobus: “mendua hati.” Itu adalah kekhasan Yakobus; kata ini tidak pernah muncul di tempat lain di dalam Alkitab. Seorang manusia yang mendua hati; dan Yakobus berkata: “Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan. Sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya.” Mata baik adalah satu-satunya tujuan. Yaitu: “… tidak bercela.” Artinya hatinya sepenuhnya dan seluruhnya kepada Tuhan: “… di hadapan-KU.” Hati sepenuhnya kepada Tuhan, Kebenaran dalam batin. Tuhan, tentu saja, dapat melihat dengan segera melalui peniruan apa pun atau adaptasi apa pun. Tuhan dapat melihat melalui semua formalitas, dan hal seperti itu tidak dapat lewat dengan-Nya. Pertanyaannya selalu adalah apakah hal itu benar-benar merupakan bagian dari orang yang mengakuinya.

Ini bukanlah upaya untuk mengemukakan kebenaran secara menyeluruh. Ini adalah penekanan pada kebutuhan bahwa saudara dan saya di hadapan Tuhan – di hadapan Tuhan – harus menempati tempat di mana, bagi kita, ini bukanlah sesuatu yang telah kita terima atau ambil, atau menjadi perhatian kita, adopsi, atau tiru, melainkan hal ini ada di dalam hati kita dalam kenyataan yang sesungguhnya, suatu hal yang bagi kita sangat diperlukan, sebagai bagian dari hidup kita itu sendiri. Tuhan menghendaki dengan saudara dan saya, untuk mewujudkan keadaan seperti itu.

Sekarang satu kata terakhir dalam pengamatan umum ini. Roh Kudus disebut oleh Tuhan Yesus, “Roh kebenaran” dan Roh Kudus harus ada di dalam anak Allah. Dan Roh Kudus ada di dalam kita sebagai Roh Kebenaran. Jika kita berjalan di dalam Roh, Roh sebagai Roh Kebenaran di dalam diri kita akan memeriksa segala sesuatu yang tidak sesuai dengan diri-Nya sendiri. Tuhan telah mendirikan di dalam kita melalui Roh Kudus-Nya, sebuah pelataran kebenaran, kebenaran mutlak, dan ini adalah mungkin bagi saudara dan saya, dengan berjalan di dalam Roh, untuk mengetahui kebenaran. Seluruh pertanyaan tentang kebenaran ini bisa menjadi beban yang sangat besar kecuali kita menyadari itu; kecuali kita melihat Roh Kudus telah datang ke dalam diri kita dengan tujuan ini, di antara tujuan-tujuan lainnya, untuk memberikan kesaksian tentang kebenaran. Itu berarti memberikan kesaksian melawan apa yang tidak benar, dan semua yang saudara dan saya harus lakukan hanyalah untuk menjaga hidup kita tetap berjalan di dalam Roh. Ia akan melakukan sisanya.

Sekarang, Ia telah datang untuk menggenapi tujuan Allah. Dan Ia akan menyatakan kita bersalah akan berbagai macam kepalsuan. Ia akan menyatakan kita bersalah akan ketidaknyataan, peniruan. Ketika kita mulai menggunakan hal-hal, mungkin yang pernah kita baca atau dengar dari orang lain, yang belum terlintas dalam hati kita sendiri, atau memiliki hati kita sendiri dilatih dalam hubungannya dengan mereka sehingga hal-hal tersebut menjadi bagian dari hidup kita, Ia akan menyatakan kita bersalah. Ini merupakan suatu hal yang sangat diberkati, suatu hal yang penuh kasih karunia, salah satu harta kita yang paling berharga, bahwa kita mempunyai Roh Kudus yang berdiam di dalam diri kita untuk mengajar kita dan menuntun kita ke jalan yang harus kita tempuh. Ini adalah, setelah semuanya, apa yang membuat hidup-Kristus hal yang nyata, bukan?

Apa yang menjadikan kehidupan rohani nyata, apa kenyataan mendasar dari kehidupan rohani? Ya, ini bukanlah banyak hal yang diterima secara mental, atau yang dimasuki secara eksternal; ini adalah bahwa kita mengetahui bahwa Roh Kudus berdiam di dalam diri kita dan memberi tahu kita tentang berbagai hal-hal. Ada kenyataan yang hidup tentang hal itu. Ini adalah sebuah pengalaman. Kita bisa kembali kepada banyak hal yang mungkin hanya bersifat tradisional, formal, eksternal, tapi kita tidak akan pernah bisa kembali kepada hal itu. Kita telah mendengar suara Roh; kita mengetahui jamahan Roh; kita tahu Roh ada di sana untuk menyesuaikan kita kepada kebenaran dan untukmembuat kita sejati seluruhnya. Kebenaran adalah salah satu unsur keabadian.

Bangunan Allah adalah bangunan moral. Ia akan berdiri selamanya dan tidak pernah menderita. Oleh karena itu, karakternya haruslah apa yang dapat bertahan, dan kebenaran merupakan unsur keabadian. Tidak ada yang bisa menang melawan kebenaran. Tidak ada yang bisa menghancurkan kebenaran. Ini adalah hal yang kekal dan Allah berupaya untuk mengerjakan kebenaran di dalam diri kita melalui Roh Kudus-Nya agar kita menetap selamanya. Kita bersukacita dalam fakta bahwa suatu hari nanti dusta terakhir akan terhapus dari alam semesta Allah, penipuan terakhir. Nah, jika kita tidak akan tersapu keluar, Roh Kudus harus telah melakukan pekerjaan-Nya di dalam diri kita. Dan itulah yang sedang Ia coba lakukan.

Sekarang, ini adalah seruan Tuhan kepada hati kita, secara singkat, dan saya sangat yakin bahwa kita pastinya harus mengupayakan agar hubungan kita dengan-Nya harus menjadi hubungan yang nyata, dari hati, dalam segala hal. Dan bahwa apa yang kita akui kita pegang, apa yang kita akui kita perjuangkan, akan menjadi sesuatu yang begitu asli, begitu nyata, begitu benar di dalam diri kita itu sendiri, sehingga apa pun yang terjadi, hal itu tidak dapat dipisahkan, tidak dapat dilepaskan. Ini harus seperti itu.

Saudara dan saya akan mengalami ujian-ujian yang luar biasa, dan pada saat-saat seperti itu akan muncul seluruh pertanyaannya tentang apakah posisi kita, pengakuan kita dan pengajaran kita, apa yang telah kita perjuangkan, setelah semuanya, adalah benar. Maka permasalahannya tidak akan menjadi sekedar masalah mental, ini akan menjadi masalah hati, dan jika ini adalah masalah hati, kita akan melewatinya, dan kita akan keluar di ujung yang lain, dengan kemenangan. Jika ini adalah masalah mental, maka pada hari cobaan itu, kita hanya akan hancur berkeping-keping.

Maka Tuhan menghendaki kita ditegakkan melawan segala kemungkinan terbawa arus, dan memiliki kebenaran dalam batin. Semoga tidak ada apa pun di dalam diri kita yang merupakan tiruan, yang dibuat oleh mesin; semoga semuanya merupakan hasil kerja Roh Kudus dalam batin: Kebenaran di dalam batin. “Yaitu dia … yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya.”

Sekarang semoga Tuhan menyampaikan Firman-Nya kepada kita sesuai dengan kehendak-Nya.

Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.