Austin-Sparks.net

Faktor-Faktor dalam Hubungan Kita dengan Allah

oleh T. Austin-Sparks

Bab 2 – Hidup

Perlu dikatakan bahwa terang rohani adalah buah dari ketaatan iman, dan terang rohani tidak akan pernah bisa diperoleh tanpa ketaatan iman; oleh karena itu, setiap peningkatan terang rohani berasal dari beberapa ujian iman di sepanjang garis praktis. Iman diuji, dan iman itu digunakan untuk membuktikan dirinya sendiri dalam beberapa bentuk yang pasti, dan setelah diuji dan dibuktikan, hasilnya adalah lebih banyak terang, dengan semua terang itu berarti kedudukan baru, kebergunaan baru, kekuatan baru, persekutuan baru dengan Tuhan, kerja sama cerdas baru.

Kami akan membahas lebih banyak lagi mengenai hal itu sebentar lagi, namun kami hanya menyebutkannya karena pasti ada yang mengatakan: “Yah, kamu telah mengatakan banyak tentang terang rohani dan itulah yang kami inginkan; berbicara tentang terang rohani adalah satu hal dan memberitahu kami bagaimana cara memilikinya adalah hal yang lain.” Maka kami segera memasukan kata itu di sana, bahwa terang rohani, dari ukuran yang paling awal dan terkecil, adalah buah dari iman yang taat. Bahkan terang keselamatan datang melalui ujian itu, dan segala sesuatu setelahnya.

Sekarang, kami beralih ke faktor kedua dalam hubungan kita dengan Allah, dan faktor ini digabungkan dengan faktor pertama melalui sebuah hubungan. Kami sedang mengikuti urutan penciptaan untuk mengilustrasikan urutan penebusan dan seluruh hasil kerja penebusan.

Terang mengandaikan suatu organ dan suatu kemampuan, dan organ serta kemampuan itu adalah penglihatan: sebuah mata yang dapat melihat. Terang tidak berarti apa-apa jika tidak ada mata, atau jika ada mata yang tidak berfungsi. Mungkin ada segala terang menakjubkan yang ada, tetapi jika organnya dan kemampuannya tidak ada atau tidak berfungsi, maka terang itu tidak berarti apa-apa.

Urutan Allah sungguh luar biasa dan sangat sesuai dengan hikmat tertinggi dan konsepsi terindah sehingga pertama-tama Ia berkata: “Jadilah terang” dan terang itu jadi. “Allah melihat bahwa terang itu (sangat) baik.” Maksudnya, Ia mendatangkan suatu keadaan yang berkenaan dengan itu Ia dapat berkata: “Ini sangat baik.” Kemudian Ia menciptakan manusia dengan sebuah organ dan sebuah kemampuan untuk menghargai apa yang Ia hargai, untuk menikmati apa yang Ia nikmati, untuk memasuki ke dalam apa yang telah Ia sediakan. Semuanya ada di sana di dalam kebaikan Allah; ini hanya menantikan sebuah organ dan sebuah kemampuan yang berfungsi agar dapat membuahkan hasil dan bernilai nyata dalam tujuan Allah. Membawa hal itu ke dalam penebusan, ini adalah suatu hal yang sangat diberkati untuk menyadari bahwa di dalam penebusan, di dalam Kristus, Allah telah memberikan suatu urutan yang mengenainya Ia dapat berkata: “Ini sangat baik.”

Dalam bab satu, kami menunjukkan bahwa kata ‘itu’ yang muncul dalam kalimat: “Allah melihat terang itu”, adalah sebuah kata yang tegas di dalam bahasa Ibrani yang berhubungan dengan kata ‘Amin’; ini adalah sebuah kata dengan penekanan yang kuat. “Allah melihat terang itu dan Allah menamai terang itu Siang”: “Kamu adalah Siang.” Sekarang saya menarik perhatian pada penekanan tersebut dengan pemikiran lain ini di benak saya, bahwa ketika Tuhan Yesus sampai pada titik penyelesaian pekerjaan penebusan, Allah memandang Dia sebagai ucapan ‘Amin’-Nya yang tegas.

Allah melihat Terang itu: “Akulah terang dunia”, dan berkata: “Ini sangat baik.” Dan Allah memiliki apa yang menjawab kepada keinginan-Nya yang terdalam di dalam Pribadi Anak-Nya. Dan semua itu telah disediakan sebelum saudara atau saya datang untuk melihat cahaya redup pertama. Semuanya ada di sana, semuanya menantikan kita. Allah tidak harus terus menciptakan sesuatu setelahnya untuk memenuhi permintaan kita. Kita masuk ke dalam perkembangan kebaikan Allah yang progresif, ke dalam bagian yang telah diselesaikan di dalam Kristus. Ini bukanlah suatu pertanyaan bahwa suatu hari nanti Allah akan berhenti menyediakan persediaan-Nya. Ia telah menyediakan sampai ke tingkat yang terakhir, dan Ia telah memanggil kita ke dalam sesuatu yang telah dilakukan, mengenai hal ini Allah berfirman: “Ini sangat baik; sekarang kamu masuklah ke dalamnya.”

Segala sesuatunya, maka, bergantung pada pertama-tamanya, organ, dan kemudian organ itu berfungsi dan terus berfungsi; dan itulah awal Perjanjian Baru secara rohani. Sehingga setelah Ia berkata: “Jadilah terang”, dan terang itu jadi, dan Ia melihat terang itu dan berkata: “Ini sangat baik”, Ia melanjutkan untuk melakukan sesuatu yang lain (sekarang ikuti saya dengan cermat) Ia melanjutkan untuk menciptakan manusia dengan sebuah organ dan sebuah kemampuan yang sesuai dengan apa yang telah Ia lakukan.

Terang itu dalam dirinya sendiri tidak menghasilkan hidup sejauh mana manusia bersangkutan. Terang, dengan demikian, tidak secara otomatis menghasilkan hidup. Harus ada kegiatan Allah yang sesuai untuk mewujudkan suatu keadaan hidup yang berhubungan dengan terang. Hal-hal ini saling berkaitan.

Saudara tidak dapat membagi keduanya tanpa menganggap Allah bodoh, karena bagi Allah untuk menjadikan terang dan kemudian tidak memiliki seorang pun yang dapat melihatnya, itu adalah kebodohan. Hikmat Allah itu sendiri adalah satu kesatuan, dan kedua hal itu di dalam hikmat Allah begitu berkaitan sehingga saudara tidak dapat memisahkan keduanya tanpa merusak kesatuan Allah. Namun dalam urutan hal-hal tersebut harus ada dua tindakan: yang pertama, dalam ketentuan yang dibuat oleh Allah secara objektif, dan yang lainnya dalam ketentuan yang dibuat oleh Allah secara subjektif. Harus ada Terang, yang adalah Kristus dan yang ada di dalam Kristus, namun harus ada kemampuan persepsi dan pemahaman yang diciptakan di dalam diri individu sehubungan dengan Terang itu; dan di situlah di mana hal-hal hancur dengan sekian banyak orang. Mereka berpikir bahwa mereka telah masuk ke dalam Terang karena mereka telah menguasai banyak sekali doktrin, ajaran, apa yang disebut kebenaran. Dan kegiatan Allah yang bersesuaian dan tidak terpisahkan dalam kaitannya dengan Terang sejati belum terjadi, dan oleh karena itu semuanya itu bukanlah terang sama sekali. Artinya, ini bukanlah kebenaran yang hidup. Ini masih mati.

Sekarang Allah melanjutkan sebagai bagian dari kelengkapan pekerjaan-Nya, bukan dalam wadah yang kedap air, namun secara keseluruhan Ia melanjutkan, setelah membuat ketentuan, untuk mewujudkan kemampuan untuk memahami dan menikmati persediaan-Nya, dan itu merupakan tindakan ilahi yang lain. Ia menciptakan manusia dengan mata untuk melihat apa yang telah Ia lakukan. Jadi terang itu mengandaikan organnya dan kemampuannya. Mereka harus berjalan bersamaan di dalam pekerjaan Allah. Allah hanya dibenarkan jika Ia menyatukan kedua hal ini, sebab penglihatan tanpa terang sama sia-sianya dengan terang tanpa penglihatan. Di dalam alam penebusan dan hal-hal rohani, hal ini benar.

Sekarang, kegelapan dan kebutaan di dalam Kitab Suci adalah simbol penghakiman dan simbol ketidakberdayaan. Dalam sistem Perjanjian Lama, kebutaan tidak termasuk di dalam tempat kudus. Kebutaan merupakan faktor yang mendiskualifikasi hal-hal yang berkaitan dengan persekutuan dengan Allah. Ini adalah sebuah simbol. Saya tekankan bahwa ini adalah sebuah simbol karena sebagian dari kita di sini menemukan di usia tua bahwa mata kita tidak seperti dulu lagi, dan kami tidak ingin membiarkan bayangan pemikiran penghakiman untuk menguasai kita, jadi kami tekankan bahwa ini adalah sebuah simbol. Saudara dapat membuka Perjanjian Lama dan membaca kembali perkara ini dan menemukan bahwa memang demikian adanya.

Pemikiran ini terbawa di dalam mentalitas manusia ke dalam Perjanjian Baru. “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?” (Yohanes 9:2). Saudara lihat pemikiran tentang penghakiman yang terkait dengannya. Tuhan Yesus menyampaikan banyak hal baik tentang kebutaan maupun semua yang berhubungan dengan kebutaan. Ia berbicara tentang hal ini: “Mereka orang buta yang menuntun orang buta.” Ia mempunyai banyak kaitan dengan hal itu, dan keterlibatan aktif-Nya dengan kebutaan merupakan simbolis. Saudara membaca latar kegiatan-kegiatan tersebut sehubungan dengan orang buta dan saudara akan menemukan bahwa latar tersebut membawa saudara segera berhubungan dengan suatu situasi rohani.

Pada suatu kesempatan ini akan menjadi sebuah pameran tentang keadaan rohani umat beragama yang ada pada zaman-Nya, yaitu tentang orang bangsa Yahudi. Bertentangan dengan itu, akan ada sebuah pameran kasih karunia ilahi yang melampaui batas-batas tradisi keagamaan belaka. Kemudian ini akan menjadi cara-Nya mengajar dalam tindakan, dalam perumpamaan, dalam tanda – apa arti persekutuan dengan diri-Nya sendiri yang berbeda dari religiusitas yang dingin dan mati, seperti dalam Yohanes 9, orang yang dilahirkan buta. Pemberian penglihatan itu sendiri kepadanya justru menimbulkan permusuhan agama di antara orang-orang bangsa Yahudi dan menyebabkan laki-laki tersebut untuk dikucilkan dari rumah ibadah atau bait suci. Segera Tuhan Yesus melanjutkan dengan berkata: “Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku … Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka … ia menuntun mereka keluar.” Saudara lihat, prinsip ini telah ditetapkan, bahwa hubungan dengan Tuhan Yesus didasarkan pada mata yang terbuka, pencerahan rohani. Orang-orang bangsa Yahudi tidak dapat bersekutu dengan-Nya karena mereka menentang pembukaan mata mereka, sehingga seluruh latar belakang kebutaan dan kegelapan adalah penghakiman, pendiskualifikasian, ketidakberdayaan. Tuhan datang ke alam itu dan memberitakan karya kasih karunia-Nya. Seluruh dunia berada dalam penghakiman dan berada di dalam kuasa si jahat dan oleh karena itu, seluruh dunia digambarkan sebagai yang berada dalam kegelapan dan dalam kerajaan kegelapan; dan kita memang dahulu adalah kegelapan, tetapi sekarang kita adalah terang di dalam Tuhan.

Sekarang urusan Roh Kudus adalah sehubungan dengan wahyu Yesus Kristus; oleh karena itu Roh Kudus direpresentasikan sebagai yang aktif di sepanjang dua garis. Satu, pemberian kemampuan persepsi dan pemahaman rohani; hukum Roh hidup di dalam Kristus. Dan yang lainnya, mengambil hal-hal tentang Kristus dan mengungkapkannya kepada mata yang terbuka itu. Dan seluruh pekerjaan Roh dapat digabungkan ke dalam hal itu: mengambil Kristus dan mengungkapkannya, dan memberikan kapasitas rohani untuk memahami Kristus. Dan seluruh kehidupan Kristen dapat dikumpulkan di dalam karya dua kali lipat dari Roh itu: menerima Kristus oleh Roh dalam wahyu secara progresif seiring dengan berkembangnya kapasitas melalui ketaatan.

Sekarang kita melihat bahwa hidup dan terang selalu berjalan seiringan di dalam Firman Allah, dan saya hanya ingin menambahkan satu atau dua hal sederhana lainnya pada apa yang telah kami katakan sehubungan dengan ini. Yang pertama adalah ini: bahwa setiap bagian dari materi yang Allah gunakan sehubungan dengan tujuan kekal-Nya, adalah materi yang hidup. Saya ingin saudara memahami hal itu karena ada banyak yang terikat dengan itu dan berpegang teguh pada hal itu.

Allah tidak menggunakan benda mati. Allah tidak memasukkan apa pun ke dalam tujuan-Nya yang tidak hidup. Sebagaimana Terang adalah ciri dari semua karya-Nya, demikian pula Hidup, dan karya Allah dapat dibuktikan dengan ciri ini, bahwa ini adalah sesuatu di dalam apa terdapatkan Hidup yang tidak dapat dipadamkan oleh segala kuasa maut. Ini sungguh luar biasa untuk berada di dalam alam itu, di mana di dalam diri kita yang terdalam, di mana kita telah diperbaharui, meskipun manusia lahiriah binasa, terdapat sesuatu yang tidak dapat dihancurkan, tidak dapat binasa, tidak dapat dipadamkan – rahasia terdalam dan paling batiniah dari pribadi orang percaya, yang melawannya segala kuasa maut tidak bisa menang.

Sekarang karena hal itu benar, maka ada satu hal lagi yang benar, yaitu, bahwa pekerjaan, pelayanan, jika saudara berkenan, buah dari kehidupan orang percaya, sebagaimana yang dilakukan di dalam kuasa dan di bawah bimbingan Roh Kudus, sama juga tidak bisa dihancurkan. “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap” (Yohanes 15:16), dan tidak ada batas untuk buah yang tetap itu.

Apa dasar dan latar belakang dari kata-kata penghiburan yang luar biasa itu yang datang dari rasul Paulus, yang bagian terakhirnya sering kita gunakan untuk memberi semangat: “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia” (1 Korintus 15:58)? Kami mengambil bagian terakhirnya: “Dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia”, namun kita tidak mendapatkan nilai penuhnya dari pernyataan tersebut tanpa konteksnya.

Apa 1 Korintus 15 itu? Ini adalah tesis besar Paulus tentang kebangkitan; argumennya yang hebat tentang kebangkitan orang percaya. Kebangkitan orang percaya bertumpu pada kebangkitan Kristus. Kebangkitan Kristus telah dibuktikan melalui pengalaman, pengetahuan, dan di pandangan banyak orang kudus. Pernyataan besar ini dibuat berdasarkan bukti-bukti yang sangat banyak: “Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal” (1 Korintus 15:20). Kristus Allah telah dibangkitkan dari antara orang mati; seruan kemenangan besar terdengar: “Hai maut, di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu? … Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita” (1 Korintus 15:55, 57). Kemenangan atas segala kuasa maut dan kubur: “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.” Mengapa tidak sia-sia di dalam Tuhan? Karena Kristus telah mengalahkan satu-satunya musuh yang dapat membuat jerih payah saudara sia-sia, yaitu, maut. Jika maut menang maka jerih payah kita sia-sia; tapi, tidak! Allah memberi kita kemenangan atas maut: “Karena itu … giatlah selalu …”.

Inspirasi jerih payah yang semakin meningkat dan teguh adalah karena musuh yang dapat membuat jerih payah itu menjadi sia-sia, telah dihancurkan. Ini adalah kuasa Hidup, saudara lihat, kuasa Hidup di dalam Kristus, melalui Kristus, yang pertama-tama membuat kita, di dalam kenyataan keberadaan kita yang terdalam, tidak dapat dihancurkan, dan kemudian membuat jerih payah kita tidak dapat dihancurkan. Itulah alam di mana kita seharusnya berada.

Setiap bagian materi yang digunakan Allah adalah hidup, yaitu bagian yang di dalamnya Hidup itu telah ditanamkan, yang kepadanya Hidup itu telah diberikan, dan Allah tidak menggunakan apa pun yang tidak mempunyai Hidup itu, Hidup kemenangan Kristus atas maut, di dalamnya. Untuk apa? Adalah suatu kebodohan untuk menggunakan hal lain; betapapun bodohnya bagi kita untuk melakukannya, Allah tidak akan menggunakan sesuatu yang dapat ditundukkan oleh maut dan membuktikan semua jerih payah-Nya sia-sia. Allah hanya akan menggunakan apa yang pasti akan berhasil karena tidak ada musuh yang dapat menghancurkannya; Ia telah menghancurkan musuh itu.

Sekarang saudara lihat apa artinya ini dalam pengalaman praktis. Ini berarti bahwa sesuatu harus terjadi pada kita di sepanjang jalan yang olehnya Allah dapat memberikan Hidup itu ke dalam segala sesuatu. Dan hal yang terjadi adalah bahwa segala sesuatu di dalam pengalaman kita yang terkait dengan kita sebagai anak-anak dari waktu, sebagai makhluk fana, harus dibawa ke dalam suatu alam di mana apa yang bersifat fana dikeluarkan darinya, dan apa yang bersifat waktu dikeluarkan darinya, dan hal itu datang kembali dengan unsur waktu dan kefanaan belaka dihilangkan, dan memiliki Hidup ilahi. Sehingga pertumbuhan rohani dan pelayanan rohani hanyalah berada di sepanjang garis tersebut.

Saudara pergi ke Taman Kew, dan saudara akan menemukan di beberapa rumah kaca di sana, bagian dari pepohonan besar. Saudara melihat bagian tersebut dan saudara dapat menghitung lingkarannya dari tengahnya, mungkin tiga lusin atau lebih lingkarannya. Ini adalah kisah tentang sejarah pohon itu. Setiap lingkaran adalah satu tahun; tapi apa yang terjadi setiap tahun-nya? Ini adalah kematian dan kebangkitan. Pohon itu telah mencapai dimensi tersebut melalui pengulangan kematian dan kehidupan yang terus menerus, mati dan bangkit kembali setiap tahun. Seluruh sejarahnya adalah itu. Dan sekarang saudara melihatnya, mungkin akhirnya telah berkembang sepenuhnya, sampai pada tahap kedewasaan, keagungan, kebesaran, kekuatan, kemuliaan itu, tetapi hanya melalui kematian dan kebangkitan terus-menerus dari kematian. Ketika setiap tahun berakhir, ia menyerahkan nyawanya, dan ketika setiap tahun dimulai, ia mengambilnya kembali. Mungkin ini adalah cara yang tidak sempurna untuk menggambarkannya karena hidup kebangkitan telah bekerja, karena pohon itu tidak akan merontokkan daunnya jika tidak ada hidup yang mendorongnya. Saudara lihat, semakin banyak hidup yang datang seiring dengan setiap kematian baru.

Perkembangan rohani adalah di sepanjang garis itu. Kita mengambil pekerjaan Tuhan, dan ada campuran dari diri kita di dalamnya. Entah bagaimana ini tidak mungkin, betapapun kita menginginkannya untuk terjadi sebaliknya – dan kita ikhlas, kita ingin itu semua dari Tuhan, namun karena kita dipanggil ke dalamnya maka ada asosiasi kita di dalamnya. Kita tidak mengetahuinya, kadang-kadang hal ini terang-terangan; namun Tuhan mengetahui seberapa besar apa yang adalah dari diri individu, yang terkait dengan hal itu, mungkin dalam kekuatan, atau kelemahannya. Dan Tuhan harus meletakkan pekerjaan itu seluruhnya melampaui apa yang bersifat manusiawi, baik manusia yang jahat maupun manusia yang baik; ia harus meletakkannya melampaui itu karena ini harus dibangun melampaui kapasitas atau jangka waktu yang dimiliki manusia dan harus ditempatkan di dalam kapasitas dari apa yang kekal, tak terbatas.

Jadi kita masuk ke dalam pekerjaan Tuhan dan Ia memulai dengan kita dan pekerjaan kita, membawa kita ke dalam pengalaman maut; membawa kita dan secercah terang baru ke dalam pengalaman maut, membawa kita dan kenikmatan indah kita akan diri-Nya sendiri ke dalam pengalaman maut. Ini adalah pengalaman yang sejati jika ada kehidupan rohani yang sejati. Setelah beberapa waktu, seluruh hubungan itu dengan Tuhan, apakah di sepanjang garis terang, atau di sepanjang garis pengalaman akan Tuhan dalam kenikmatan, di sepanjang garis pelayanan, setelah diuji, dicobai, dan dimasukkan ke dalam tungku, dan iman telah dibawa ke tempat yang baru di dalam Tuhan, hal itu datang kembali. Namun ia datang kembali dalam alam yang berbeda dengan sesuatu di dalamnya yang bukan dari diri kita sendiri, yang berasal dari Allah. Ada sesuatu dari Allah yang diasosiasikan dengan itu yang telah menggantikan asosiasi dari diri kita sendiri.

Ini adalah hal yang luar biasa dan sulit untuk dijelaskan; sesuatu hal yang banyak dari saudara telah mendengarnya berkali-kali. Allah bersusah payah memastikan bahwa saudara dan saya, di dalam setiap bagian kehidupan rohani kita, terbukti berada di luar jangkauan apa yang bersifat fana, duniawi, dan manusiawi. Setiap bagian dari materi-Nya harus hidup, dan itu menjelaskan seluruh urusan-Nya dengan kita. Dan fakta ini seharusnya menjadi kekuatan hidup kita itu sendiri, yaitu, pemahaman akan fakta ini harus menjadi kekuatan hidup kita.

Ini aneh, namun benar, bahwa sering kali Tuhan tidak melakukan apa pun sampai saudara telah membuat sebuah pernyataan. Saudara telah sampai pada titik di mana saudara percaya atau merasa cukup yakin bahwa ini dan itu adalah jalan Tuhan, cara Tuhan, dan saudara berkata: “Aku tidak akan mengatakan apa pun tentang hal itu jikalau seandainya itu tidak benar; aku akan menyimpannya di dalam hati-ku sendiri.” Tidak ada apa pun yang terjadi. Saudara menutupnya di dalam hati dan saudara akan mendapatkan buktinya sebelum saudara mengkomitmenkan diri saudara sendiri, atau membiarkan siapa pun mengatakan saudara salah arah, saudara salah; saudara akan mendapatkan banyak bukti. Dan Tuhan meninggalkan saudara dan tidak terjadi apa pun sama sekali. Ia menunggu sampai saudara telah membuat pernyataan, sampai saudara telah mengkomitmenkan diri saudara sendiri. Saudara berkata: “Aku yakin ini dan itu adalah jalan Tuhan bagiku.” Ini sudah keluar sekarang! Saudara telah mengambil sebuah posisi sehubungan dengan sesuatu dan posisi saudara dikemukakan. Oh, betapa sulitnya ketika saudara telah berkomitmen, untuk mendapatkan diri saudara dihajar habis-habisan karena hal itu, dan nampaknya semua buktinya menunjukkan bahwa saudara salah, dan saudara telah memberi tahu orang lain, dan semuanya menatap saudara dan berkata: “Wah, salah arah, petunjuk palsu …”, dan saudara berada di bawah awan. Ini adalah ujian iman yang pahit.

Sekarang pertanyaannya adalah: apakah saudara akan berpaling kembali dari hal itu? Atau apakah saudara akan berdiri di dalam Tuhan? Ingatlah, saya berasumsi bahwa perjalanan saudara adalah hasil dari persekutuan yang sungguh-sungguh dengan Tuhan dan bahwa ini bukanlah suatu pemberontakan ambisi pribadi, tetapi hal ini telah datang kepada saudara setelah pelatihan, dan ini adalah posisi yang benar. Saudara mungkin harus mempertahankan posisi itu ketika segala sesuatunya bekerja melawan saudara, dan bahkan Tuhan tampaknya meninggalkan saudara dengan itu di dalam kehancuran. Hal yang sama juga terjadi pada Abraham, Yusuf, dan banyak hamba Tuhan yang lainnya. Namun saudara telah bertahan, saudara telah berjuang, iman telah diuji.

Tidak akan terjadi apa-apa jika saudara tidak mengumumkan hal itu; Tuhan menuntut bahwa saudara harus mengatakan saudara percaya bahwa hal itu berasal dari Allah di dalam lubuk hati saudara sendiri, tanpa unsur pribadi apa pun yang datang masuk. Berdasarkan pernyataan saudara itu sendiri, Allah telah menguji saudara sampai akhir, berdasarkan posisi yang telah saudara ambil itu sendiri. Pada akhirnya segala sesuatu mulai terjadi, dan di mana maut menghampiri apa yang dulunya tampak begitu hidup, kini telah terjadi pembaharuan hidup. Hal lama itu hidup kembali seperti yang bangkit dari antara yang mati, namun datang kembali dengan kekuatan yang belum pernah dimilikinya sebelumnya, dan dengan ketenangan yang mendalam yang belum pernah dikaitkan dengannya sebelumnya, seolah-olah hal itu telah diambil seluruhnya dari tangan saudara.

Sebelumnya hal itu sangat penting bagi saudara sehingga saudara mengawasinya; hal itu adalah hal pribadi saudara yang berharga. Hal itu telah keluar dari alam itu sekarang. Saudara benar-benar berada dalam peristirahatan; hal itu ada di tangan lain. Ia hidup bagi Allah sekarang. Saudara berhubungan dengannya dengan cara yang baru; bukan dengan cara yang penuh demam, rewel, duniawi, dan cemas, namun dengan cara yang mendalam dan khidmat; saudara memiliki peristirahatan. Hal itu telah berpindah dari satu alam asosiasi dengan saudara ke dalam alam di mana sekarang ia memiliki apa yang berasal dari Allah dengan cara yang baru. Hal ini hidup dengan Hidup yang tidak dapat dihancurkan yang telah terbukti lebih dari sekedar tandingan bagi maut. Itu akan menjadi sejarah pekerjaan kita di dalam Tuhan dan itu akan menjadi sejarah diri kita sendiri.

Di manakah orang percaya rohani yang sejati, yang memiliki sejarah rohani di belakang mereka, yang tidak akan mengatakan bahwa mereka mengetahui sesuatu tentang hal itu dalam kehidupan rohani mereka? Saya berani mengatakan bahwa ketika kita semua mencapai kemuliaan, kita yang telah berjalan maju secara rohani bersama Tuhan, posisi yang kita akui adalah: ‘Ya, ada saat-saat ketika kita tenggelam begitu jauh ke dalam maut sehingga kita hampir putus asa akan pernah berada di sini. Dan kita berada di sini karena ada sesuatu yang lebih dari diri kita sendiri di dalam diri kita yang lebih dari tandingan maut, karena maut diizinkan untuk mencobai kita, diizinkan untuk bekerja, namun kita berada di sini meskipun ada maut.’ Itu akan menjadi sejarah kita pada akhirnya.

Saudara ingat bahwa tujuan Allah adalah untuk memiliki Hidup itu yang merupakan Hidup-Nya yang tidak dapat binasa dan tidak dapat dihancurkan di dalam setiap bagian dari apa yang akan berdiri sebagai monumen kekal-Nya. Untuk mendapatkannya demikian, Ia harus mengambil semua yang ada pada manusia yang berkaitan dengannya ke dalam maut; dan ketika apa yang berasal dari manusia, yang berkaitan dengan apa yang berasal dari Allah, pergi ke dalam maut, seolah-olah tampaknya segala sesuatunya hilang. Allah membangkitkan orang mati, dan ada apa yang dari diri-Nya sendiri yang tidak pernah dapat mati. Itulah sejarah pertumbuhan rohani.

Satu kata lagi dan kita akan menutup. Mari kita ingat bahwa apa yang benar tentang kemajuan rohani batiniah juga berlaku bagi kemajuan jemaat secara lahiriah. Hidup hanya mungkin terjadi dari Hidup.

Beberapa tahun yang lalu, seorang yang sangat, sangat pintar, seorang yang terlalu pintar, mengatakan bahwa ia berharap akan dapat menghasilkan suatu organisme hidup yang terpisah dari organ aslinya. Dengan kata lain, ia akan membuat sesuatu yang hidup dari awal sampai akhir. Nah, kisahnya sudah selesai. Ia tidak pernah melakukannya. Dan belum ada orang lain yang pernah melakukan hal tersebut, dan menurut saya manusia telah menjadi lebih bijaksana sejak saat itu dan mereka tidak lagi mengatakan hal-hal tersebut sekarang. Faktanya adalah, hal itu tidak bisa dilakukan.

Hidup hanyalah dari hidup dan tidak mungkin untuk memiliki Hidup terpisah dari Hidup. Sekarang kami sedang berbicara tentang Hidup yang kekal ini. Hal ini benar di dalam yang alami. Jika hal ini benar di dalam yang alami, maka hal tersebut juga sama benarnya di dalam hal-hal rohani. Pertumbuhan jemaat yang sejati bukan hanya sekedar penambahan anggota, penambahan kepala. Pertumbuhan jemaat pada dasarnya bukanlah secara lahiriah. Pertumbuhan jemaat yang sebenarnya terjadi karena jemaat memberikan hidup-nya. Haruskah saya menggunakan cara lain untuk mengatakannya demi melindungi diri saya sendiri dari kesalahpahaman? Kristuslah yang memberikan Hidup-Nya melalui jemaat. Tetapi jika jemaat adalah Tubuh-Nya dan Ia adalah Kepala, dan jemaat sebagai anggota-anggotanya menjadi satu, maka ini adalah Kristus dan Tubuh-Nya yang bersentuhan dengan orang mati dan meneruskan Hidup, dan itulah satu-satunya pertumbuhan jemaat yang sejati; yang berarti bahwa kita harus memiliki Hidup untuk pertumbuhan jemaat – ini adalah bahwa orang lain datang ke dalam Hidup, dan mereka hanya datang ke dalam Hidup ketika ada sebuah media untuk Hidup itu kepada mereka.

Cara Allah yang luar biasa adalah dengan melakukannya terpisah dari beberapa hamba. Ia telah diketahui untuk melakukan hal yang luar biasa ketika tidak ada kemungkinan ada alat yang tersedia saat itu juga, tetapi cara Allah adalah dengan mendapatkan alat yang hidup, individu atau kolektif, dan membawanya ke dalam sentuhan dengan alam maut dan mendaftarkan kuasa Hidup atas maut melalui alat itu. Sama seperti nabi merebahkan dirinya di atas anak itu, mayat anak laki-laki itu, tangan ke tangan, kaki ke kaki, mulut ke mulut dan secara harfiah menyeret anak itu keluar dari dunia maut dan hidup kembali karena ia sendiri, nabi itu, berada dalam kesatuan yang vital dengan Allah, dengan demikian jemaat akan bertumbuh dan hanya dapat bertumbuh, sejauh mana ia mempunyai Hidup yang memadai untuk pertumbuhan, untuk transmisi, untuk pendaftaran. Pertumbuhan lain apa pun bukanlah pertumbuhan sejati dan tidak akan bertahan atau berdiri, namun pertumbuhan seperti itu adalah sesuatu yang tidak akan pernah bisa dihancurkan. Maka, kita membutuhkan lebih banyak Hidup. Ini bukan sekedar apa yang kita katakan, apa yang kita khotbahkan; ini adalah dampak dari Hidup Tuhan Yesus yang perkasa dan tak terkalahkan itu.

Kesan apa yang kita buat? Kami menanyakan pertanyaan itu di dalam bab satu. Apakah kita membuat kesan Terang yang berbeda dengan kegelapan? Kami menanyakannya lagi sehubungan dengan hal ini. Adakah ciri dan faktor Hidup yang kontras dengan maut yang menandai kita? Itulah kesaksian Tuhan Yesus.

Dan saudara dan saya tidak boleh bersekutu dengan apa pun yang ada di dalam maut, sama seperti kita tidak boleh bersekutu dengan apa yang ada di dalam kegelapan. Kedua hal ini tidak bisa berjalan beriringan: terang dan gelap. Rasul mengajukan pertanyaannya, yang menurut saya hampir lucu: “Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?” Cobalah – tidak ada persekutuan. Terang itu tidak dapat menoleransi kegelapan itu sesaat pun, dan kegelapan itu tidak dapat menoleransi terang itu. Bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Berapa banyak? Berapa lama? Sebelum saudara dapat mengeluarkan kata-kata itu dari mulut saudara, persekutuannya putus. Itulah jawabannya. Dan ini benar tentang Hidup dan maut. Ketika Hidup itu datang, maut harus pergi, harus memberi jalan. Kita harus mengenali hukum Terang dan Hidup.

Hukum Terang dan Hidup adalah ini: bahwa tidak boleh ada upaya untuk melakukan hal yang mustahil, untuk menyatukan keduanya. Untuk mencoba menjadi anak Terang dan memiliki hubungan sukarela dengan sesuatu yang gelap, berarti menciptakan situasi yang mustahil di mata Allah. Hukum Hidup adalah bahwa saudara tidak boleh menyentuh apa yang adalah maut. Jika saudara menyentuhnya, saudara menciptakan sebuah situasi yang mustahil di hadapan Allah, yang tidak diketahui oleh-Nya, begitu menyeluruhnya hal-hal ini terpisah.

Tuhan membawa kita ke suatu tempat yang Hidup, Hidup penuh, di mana kita mempunyai kesaksian yang hidup, di mana kita adalah Hidup, sebagaimana kita adalah Terang di dalam Tuhan; di mana kesan yang kita buat adalah bahwa ada dampak mendalam yang menunjukkan ketidakmungkinan kematian rohani untuk merajalela ketika kita hadir. Semoga itu menjadi kesaksiannya.

Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.