Austin-Sparks.net

Api Roh yang Menyala-Nyala

oleh T. Austin-Sparks

Bab 2 – Kasih yang Semula

Kami kembali lagi ke kitab Wahyu. Pasal 4, bagian kedua dari ayat 5: “Tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu: itulah ketujuh Roh Allah.”

Pasal 1 ayat 4: “Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu, dari Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, dan dari ketujuh roh yang ada di hadapan takhta-Nya …”

Tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu: itulah ketujuh Roh Allah.

Saya akan berusaha untuk membantu mereka yang tidak hadir pada siang hari ini, agar sejalan dengan kita sesuai dengan apa yang kami rasakan kami sedang dipimpin pada saat ini. Kami telah menunjukkan bahwa ketujuh Obor Menyala-Nyala ini di hadapan takhta melambangkan pelayanan tujuh kali lipat Roh Kudus dalam hubungannya dengan Tuhan Yesus sebagaimana Ia disajikan di dalam pasal satu.

Saya pikir, membaca dan merenungkan ketiga pasal ini dengan cermat akan memperjelas bahwa penyajian tentang Tuhan yang diberikan dalam pasal satu adalah dasar di mana jemaat-jemaat – sebagaimana yang ada di sini, tetapi secara representatif jemaat – sedang dihakimi; dan dihakimi dalam terang segala yang telah Tuhan berikan. Kami telah katakan bahwa cepat atau lambat akan tiba saatnya di dalam sejarah umat Tuhan ketika Ia datang untuk membuat perhitungan dan untuk menantang serta menguji berdasarkan apa yang telah Ia berikan. Sebuah krisis akan datang, ini mungkin dalam kehidupan individu, seperti dalam kehidupan seluruh jemaat, atau dalam representasi lokal mana pun. Akan tiba saatnya, ketika Tuhan, setelah memberi dan telah sangat sabar serta berupaya untuk membuat kasih karunia-Nya diketahui, ketika diperlukan, bagi diri-Nya sendiri dan bagi mereka, Ia harus berfirman, “Sekarang, kami tidak bisa terus memberi dan mengajar. Kami harus tahu di mana kami berada mengenai semuanya itu. Kami harus melihat seberapa banyak yang benar-benar mewakili apa yang telah diberikan.” Ini adalah sebuah masa krisis, ini adalah sebuah masa pergolakan, sebuah masa pencarian yang mendalam … ini mungkin adalah suatu masa yang sangat menyakitkan. Ada persoalan-persoalan besar yang terkait dengan masa-masa seperti ini, mengenai masa depannya. Dan itulah yang diwakili oleh ketiga pasal ini sejauh mana ini menyangkut jemaat.

Saudara membaca melalui kitab ini dan saudara akan menemukan hal yang sama dibawa ke dunia dan bangsa-bangsa dan segala sesuatu sedang dihakimi berdasarkan fakta Yesus Kristus. Judul kitab ini seharusnya menjadi kata-kata pertamanya; saya perhatikan bahwa judul kitab yang telah diberikan manusia adalah, “Wahyu Yohanes yang Ilahi.” Kitab tersebut mengatakan bahwa ini adalah “Wahyu Yesus Kristus”; itulah judulnya dan itu berlaku untuk keseluruhan kitab ini, bukan hanya permulaannya saja, melainkan keseluruhannya. Dan segala sesuatu dibawa ke takhta penghakiman oleh Roh Kudus.

Sekarang ini, kami telah katakan, presentasi tentang Tuhan Yesus ini, sebagai karakteristik tujuh kali lipat, terutamanya tujuh kali lipat. Artinya, Ia disajikan secara utama dalam tujuh hal khusus; ciri-ciri tertentu. Dan Obor Menyala-Nyala sesuai dengan ciri-ciri tersebut. Dan Obor Menyala-Nyala ini adalah kesaksian yang menyala-nyala dari Roh Kudus kepada Tuhan Yesus – mengarah ke sorga di hadapan takhta – saudara melanjutkan ke bagian selanjutnya di dalam kitab ini dan saudara akan menemukan ungkapannya digunakan mengarah ke bumi yaitu ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh dunia. Sehingga segala sesuatu di sorga dan di bumi dihakimi dan ditentukan menurut Kristus; itulah penghakiman terakhir atas segala sesuatu, atau dasar penghakiman terakhir. Ya, itu adalah sinopsis atau ringkasan yang cukup miskin dari banyak waktu dan banyak dasar yang dibahas sebelumnya.

Kami melihat kepada yang pertama dari Obor Menyala-Nyala ini. Saya hanya ingin menambahkan satu kata kepada apa yang kami katakan sebelumnya sehubungan dengan itu. Ini berkaitan dengan ciri pertama dari Kristus yang disajikan: “Berpakaian jubah yang panjangnya sampai di kaki.” Dan ini adalah kesaksian Roh Kudus yang menyala-nyala mengenai fakta bahwa ini hanyalah apa Kristus itu, sebagai penutup seluruh keberadaan kita, yang dapat berdiri di hadapan Allah. Itu adalah salah satu dari tujuh hal yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat, kepada kita. Ini adalah sebuah kesaksian yang menyala-nyala tentang betapa besarnya Tuhan telah bersusah payah untuk menanamkan hal itu ke dalam jemaat, bahwa ini haruslah, ini haruslah menjadi jemaat yang tertutupi mengenai seluruh kehidupan alaminya. Jika tidak, seperti halnya dengan Korintus dan beberapa tempat lainnya, jika tidak, maka ini adalah sebuah ketelanjangan dan penghakiman yang mengerikan.

Penghakiman di Korintus, atau ancaman penghakiman terhadap jemaat di Korintus, seperti yang saudara ketahui, adalah bahwa segala pekerjaannya akan sia-sia, di dalam pengujian dalam api. Dan mereka akan diselamatkan seperti dari dalam api dan tidak dengan cara lain, melainkan hanya berhasil melewatkannya. Dan segala sesuatu yang lainnya hilang … karena mereka telanjang, artinya, ketika saudara melihat ke dalam surat itu, itu adalah siapa mereka itu di dalam diri mereka sendiri. Paulus berkata, “Apabila ini dan itu terjadi … kamu masih manusia duniawi? Kamu berbicara seperti manusia duniawi? Kamu hidup secara manusiawi.” Ia berkata, “Ini bukan Kristus! Ini sungguh bukan Kristus, untuk berperilaku seperti itu, untuk terus berjalan seperti itu, untuk melakukan hal-hal itu, untuk memiliki kondisi-kondisi seperti itu; itu sungguh bukanlah Kristus! Kamu telanjang di hadapan Allah.” Kita perlu berpakaian Kristus. Itu adalah hal yang menyala-nyala di dalam Perjanjian Baru. Semoga kita tidak didapati telanjang di hadapan-Nya pada saat penghakiman.

Obor Menyala-Nyala pertama … dan betapa panasnya api itu! Betapa menyelidikinya terang itu. Betapa diskriminatifnya dampak yang ditimbulkannya. Oh, teman-teman yang dikasihi, jangan anggap ini hanya sebagai sekedar kata-kata, pengajaran; saudara dan saya harus berdiri di dalam api menyala-nyala yang abadi. Ujiannya sekarang, dan ujiannya pada akhirnya adalah: Seberapa banyak Kristus yang menghiasi kita sehingga menyembunyikan, menyembunyikan siapa kita itu di dalam diri kita sendiri? Sesuatu untuk dipikirkan dan didoakan, ini adalah medan pertempuran kita. Itulah kesaksian Yesus.

Sekarang kita meneruskan ke:

Obor Kedua.

Obor-obor ini, atau energi-energi Roh Kudus ini (sebab obor menyala-nyala adalah sesuatu yang bersifat energi, tidak ada yang hanya bersifat pasif tentang itu, ia energik) jika Obor Menyala-Nyala ini sesuai dengan aspek-aspek Kristus itu dalam presentasinya, apakah yang dimaksud dengan obor kedua? Kepada apa Roh mengarahkan perhatiannya di tempat kedua?

Sekali lagi, lihatlah pada penglihatan Anak Manusia dan kemudian lihatlah kepada jemaat-jemaat. Saudara segera datang kepadanya, segera datang kepadanya: “Berpakaian jubah yang panjangnya sampai di kaki …” dan apa selanjutnya? “Dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas … dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas.”

Kita tahu dalam simbolisme Alkitab apa yang disarankan atau dilambangkan oleh ikat pinggang, ini adalah kekuatan untuk bertindak. Ikat pinggang berbicara tentang kekuatan, keketatan bukan kelonggaran, kekuatan untuk bertindak. Pakaian yang disatukan sedemikian rupanya sehingga tidak mengganggu pekerjaan yang sedang dilakukan. Maka, ikat pinggang, adalah kekuatan untuk bertindak.

Dada, selalu dan selamanya, menyarankan pelayanan kasih. Pelayanan kasih. Dan emas, sebagaimana yang kita ketahui dengan baik, adalah apa yang dari Allah. Apa yang berasal dari Allah. Dengan menggabungkan ketiga hal ini, kita memiliki Kristus dalam ciri kasih yang tabah, teguh dan penuh tujuan itu, teguh sebagai kasih Ilahi yang memiliki tujuan, sebagai lawan dari kasih manusia yang berubah-ubah dan tidak bertahan lama, dari kasih manusia di mana Allah bersangkutan. Dan saya katakan kepada saudara bahwa saudara segera datang kepadanya, pesan paling pertamanya adalah kepada Efesus.

Efesus … kata terakhir tentang Efesus, dengan apa pun pujiannya, atau dengan pengakuan atas kebajikannya, kata terakhirnya adalah “Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan.” Kasih yang semula, pekerjaan yang semula … itulah teladan saudara. Tuhan datang dalam bentuk kasih Ilahi yang teguh, penuh tujuan, konsisten dan gigih ini, yang kepadanya mereka, dan kita semua, berhutang segalanya. Di manakah kita semuanya akan berada pada malam hari ini jika Ia tidak terus mengasihi, bertahan dalam kasih, jika Ia berubah-ubah sama seperti kita, tidak gigih sama seperti kasih kita? Itulah masalahnya yang bagi Tuhan lebih besar dari segala nilai-nilai lainnya di Efesus; dengan Dia, hal itu melebihi segala sesuatu yang lainnya, sesungguhnya Ia menempatkan keberlangsungan alat itu sebagai pelayanan bagi-Nya pada masalah ini, masalah ini:

Kasih yang Semula

Bukalah Injil Yohanes. Kita memiliki ini: “Yesus …” (pasal 13) “Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya.” Dan berikutnya adalah ikat pinggang kasih itu: “Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu …” Ia senantiasa mengasihi, mengasihi sampai kepada kesudahannya. Kasih yang gigih.

Saya membaca pada pagi hari ini apa yang kita semua ketahui dengan baik, bagaimana seseorang menyatakan bahwa kasihnya bagi tuannya dapat bertahan terhadap apa pun, bahkan sampai mati. Kita tahu apa yang terjadi. Namun saya memperhatikan ini, bahwa ketika dikatakan hal itu tentang Petrus, pernyataannya bahwa meskipun semuanya akan meninggalkan Dia, Ia tidak akan meninggalkan-Nya, ia tidak akan meninggalkan-Nya! Saya perhatikan bahwa penulisnya menambahkan, “semua murid yang lain pun berkata demikian juga.” Semua murid yang lain pun berkata demikian juga! Kita meletakkan segalanya kepada Petrus, tetapi mereka semua mengatakan hal yang sama. Saudara hampir dapat mendengarkan mereka, jika saudara berkenan, Petrus mengatakan itu, dan demikian juga, demikian juga murid yang lain pun berkata, “Aku juga!”, dan yang lainnya, “Aku juga”, dan “Aku juga.” Semua murid yang lain pun berkata demikian juga. Kemudian Yesus berkata, “Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu akan tercerai-berai.” Dan urutannya ketika para prajurit datang dari Imam Besar dengan membawa obor dan tombak dan tongkat, dikatakan, “Lalu semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri.” Ya, Ia tahu segalanya tentang hal itu, dari apa mereka dibuat, dan apa yang akan terjadi; Ia memberitahu mereka demikian. Namun senantiasa mengasihi, senantiasa mengasihi, Ia mengasihi sampai kepada kesudahannya.

Ia sungguh diikat-pinggangkan dengan kasih Ilahi yang sedemikian rupanya yang terus bertahan, yang bertahan lama, yang tidak menyerah; kasih yang gigih dan setia. Kasih yang setia. Sekarang, kita semua sepakat bahwa itu adalah ciri khas Tuhan Yesus. Dan kita harus terkesan dengan fakta bahwa hal paling pertama yang Ia bicarakan kepada jemaat adalah hal tersebut itu sendiri; adalah hal itu sendiri. Di situlah sebenarnya, ketika Ia datang kepada ketujuh jemaat, di mana Ia memulai.

Saya tidak terburu-buru, teman-teman yang dikasihi, sebab saya tidak peduli dengan mengatakan banyak, saya peduli bahwa kita semua berada di hadapan Obor yang Menyala-Nyala. Dan pencarian kita? Dan kita melihat dalam terangnya apa yang Tuhan kejar, apa yang di sini disebut: “kasih yang semula,” kasih yang semula. Apa karakteristiknya? Tentu saja, ini merupakan kepenuhan kepada motif pertamanya. Saya percaya bahwa hal ini dapat dikatakan benar tentang kita semua di sini bahwa ada suatu masa dalam pengalaman Kristen kita ketika Tuhan sungguh menangkap dan memikat kita dengan sedemikian rupanya sehingga Ia memperoleh komitmen penuh atas hidup kita kepada-Nya dan menjadi segalanya bagi kita; ketika pertama kalinya menjadi seperti itu. Jika ada orang di sini yang tidak dapat mengatakan bahwa itu adalah pengalaman mereka, ini belum terlambat, ini belum terlambat – saudara dapat terpesona oleh Tuhan Yesus lebih dari sekali dalam hidup saudara dan sebagian dari kita sungguh mengetahui pesona yang lebih dahsyat pada waktu yang berbeda. Namun bagi kita yang mengetahui pengalaman indah pertama itu ketika kita melihat Tuhan dan Tuhan menemukan kita … betapa penuhnya kita dengan Dia! Betapa terserapnya kita sepanjang hari dan sementara kita harus sibuk dengan hal-hal lain, kita terserap dengan Tuhan, hanya merindukan agar hal-hal lain disingkirkan agar kita bisa menjadi sibuk bagi Tuhan dengan cara yang lebih langsung dan segera. Betapa Ia memenuhi segalanya untuk kita!

Sekarang, rasul Paulus memberi kita gambaran yang luar biasa di dalam suratnya kepada jemaat di Filipi. Pertama-tama ia berkata, “Persis seperti itulah yang terjadi pada diri Tuhan Yesus sendiri.” Saya mengartikannya seperti ini, itu bukanlah apa yang ia katakan, tapi tidak diragukan lagi bahwa inilah maksudnya; ucapannya menurut cara manusia. Ada suatu titik di mana kasih Anak terhadap Bapa dalam kaitannya dengan kepentingan dan kemuliaan Bapa, tujuan dan keinginan hati, kasih Bapa itu begitu besar, begitu memikat-Nya, sehingga Ia menanggalkan diri-Nya dari segalanya dan mengosongkan diri-Nya sendiri dari segala sesuatu di dalam kemuliaan sorga – apa yang Ia sebut dalam doa-Nya, “Kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada …”. Ia merelakan semuanya itu karena kasih-Nya kepada Bapa dan kasih Bapa terhadap dunia ini. Itu adalah satu sisi dari gambarannya. Saudara membalik halamannya, dan saudara menemukan bahwa kasih yang sama itu telah lahir dalam hati laki-laki ini, Paulus dan ia memberitahu kita di sana, dengan kalimat yang begitu kuat, apa dampaknya terhadap dirinya, hanya memberitahu kita semua kemuliaannya, yang manusia sebut sebagai kemuliaan di dunia ini. Kemuliaan mengenai nenek moyang, bagian, kelahiran, pendidikan, kedudukan, prestasi – segala hal yang dunia ini sebut mulia, dan kemudian Yesus muncul di hadapan Paulus dan ia berkata, “Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, di alam itu, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya.” Berikut ini adalah seorang laki-laki, mungkin hanya dari segi kemanusiaannya saja, namun mengikuti jalan Tuhan-nya, jalan kasih, menunjukkan bahwa kasih yang semula dengannya sejak awal berarti bahwa Tuhan memiliki tempat pertama dalam segala hal, dalam segala hal, memang tidak ada apa-apa yang dapat berdiri menghalangi atau menggantikan tempat Tuhan Yesus. Itulah kasih yang semula – kasih yang semula – apa yang dilakukan kasih yang semula itu, dampak yang dimilikinya. Sekarang, kita tahu bahwa Efesus pernah mengalami pengalaman seperti itu.

(Omong-omong, izinkan saya memberi tanda kurung, saya mendengar bahwa salah satu saudara telah memberikan pesan mengenai hal ini di sini beberapa minggu yang lalu. Saya telah dengan sengaja menolak untuk menanyakan apa yang ia katakan, atau untuk membaca catatannya, sebab saya selalu takut pada alam bawah sadar; kalau-kalau ada sesuatu yang keluar yang bukanlah dari saya sendiri. Jadi saya cukup dalam ketidaktahuan. Jika Tuhan mengatakan hal yang sama pada malam hari ini, ini adalah Tuhan yang sedang berbicara; itulah keyakinan saya, ini adalah Tuhan yang berbicara, bukan apa pun yang telah datang dari tangan kedua.)

Sekarang, Efesus pernah mengalami pengalaman seperti itu, saudara tahu apa yang terjadi ketika Firman diberitakan kepada mereka, ketika Tuhan Yesus dibawa kepada mereka. Mereka adalah penganut ilmu pengetahuan dan rahasia penyembah berhala dan mereka memiliki perpustakaan yang harganya sangat mahal. Ketika Yesus datang, melalui hamba-hamba-Nya di pasar, mereka menumpuk buku-buku mereka, harta mereka, barang-barang mahal mereka dan membakar semuanya. Itulah nilainya dibandingkan dengan Yesus! Kasih yang semula … “Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh!”

Teman-teman yang dikasihi, untuk inilah Tuhan datang kembali, dan berkata, “Aku telah mengasihimu seperti itu, oh Aku telah mengasihimu, dan senantiasa mengasihimu seperti itu … dengan harga yang sangat mahal, tapi Aku tidak menghitung biayanya demi kasih, sebab kasih tidak pernah menghitung biayanya dengan cara itu, dengan cara itu. Aku telah mengasihimu seperti itu. Aku telah memberimu begitu banyaknya, Aku sungguh telah memberimu begitu banyak untuk sedemikian lamanya …” Berapa ukuran kepulangan saudara? Apa ukuran dari itu sejauh mana saudara bersangkutan? Apakah ini seperti itu sekarang? Apakah pada suatu waktu ini lebih seperti itu? Apakah ini kurang seperti itu sekarang? Apakah demikian? Berbahagialah laki-laki dan perempuan di sini yang bisa berdiri dan berkata, “Tidak, ini lebih banyak pada hari ini daripada sebelumnya, hari ini lebih banyak dari sebelumnya.” Itu bagus, tapi mungkin sebagian dari kita harus menghadapi tantangan ini.

Oh, oh, ujung yang tumpul … tumpul karena keakraban dengan hal-hal Ilahi. Bagaimana ujungnya dapat ditumpulkan oleh keakraban, “Oh, kami sudah mendengar semuanya itu sebelumnya! Kami tahu semuanya.” Lihatlah? Keakraban. Mungkin itu adalah Efesus; tragedi keakraban, kemudahan fasilitas untuk mendapatkan hal-hal Ilahi. Saudara lihat ketika orang-orang tidak bisa mendapatkannya! Beberapa orang mengatakan kepada saya, bahkan pada hari ini, “Kami kelaparan, kami telah datang untuk diberi makan, kami kelaparan!” Dan ada banyak sekali yang demikian di dunia yang kita kenal ini. Ketika hal ini begitu mudah didapatkan dan ada begitu banyak yang tersedia, betapa hal itu hanya menumpulkan seleranya, ujung dari nafsu makan.

Jika kita menetap karena … yah, ini tidak terlalu penting, ini tidak terlalu penting, kita tidak akan bersusah payah, berusaha … ini selalu ada di sana saat kita menginginkannya. Kadang-kadang mungkin saat kita harus pergi bermil-mil, bermil-mil, ratusan mil untuk mendapatkan sedikit makanan rohani; hari ini kita mungkin tidak mau berjalan satu mil pun. Begitu banyak, ketika kita merasa ingin, ada di sana; maafkan saya jika saya salah mengatakannya, tapi tahukah saudara bahwa ini sangatlah mungkin untuk kasih yang semula untuk kehilangan keunggulannya karena keakraban ini dan fasilitas ini, kelimpahan ini; bahwa ini ada di sana.

Atau mungkin ini adalah hilangnya kesegaran berjalan dalam Roh. Sekarang, suatu hidup di dalam Roh, berjalan di dalam Roh, selalu mempunyai kesegaran tentangnya; sungguh ini demikian! Tidak jadi masalah, teman-teman yang dikasihi, berapa lama saudara telah menempuh perjalanannya, berapa banyak yang telah saudara terima, berapa banyak yang saudara ketahui, inilah keajaiban hidup dalam Roh Kudus: saudara sepertinya tidak pernah menyalip apa yang ada di sana bagi saudara, saudara tahu itu! Hal ini tidak terletak di masa lalu, memang, saudara tahu betul bahwa hidup saudara tidak akan cukup lama untuk mengejar apa yang telah saudara rasakan dan pahami. Saya tidak melebih-lebihkan, tidak, apa yang saya maksudkan adalah bahwa kehidupan dalam Roh selalu memiliki kesegaran, kebaruan, suatu perasaan bahwa ada sesuatu yang lebih, sesuatu yang lebih. Nah, itu adalah ciri-cirinya pada awalnya, bukan? “Wah, sungguh dunia yang kita datangi sungguh luar biasa! Sungguh suatu dunia yang benar-benar baru! Bagaimana segala sesuatunya baru! Apa yang bisa kita lakukan dengannya? Begitu besar, begitu menakjubkan!” Apakah hal ini benar bagi kita semua saat ini di dalam kehidupan rohani kita? Seperti itu? Ini adalah dunia yang menakjubkan yang telah kita masuki, dunia Kristus ini. Apakah ini seperti itu?

Hilangnya kesegaran hidup dalam Roh, dampak mematikan dari formalitas, rutinitas – banyak hal-hal Kristen yang bersifat rutin – saudara menjalani rutinitas yang sama sepanjang waktu, saudara telah membawanya turun sampai ke sana; begitulah cara melakukannya, begitulah bentuk hal-halnya. Oh, Allah bebaskanlah kita dari dampak formalitas yang merusak dan mematikan dan jadikanlah segalanya hidup! Sekarang, kita tidak bisa melakukan itu, ingatlah, dengan mencoba menjadi orisinal dan mengubah hal-hal demi keluar dari kesulitan itu. Tidak, saudara tidak bisa melakukannya dengan cara itu. Inilah Obor Roh yang menyala-nyala.

Obor Roh yang Menyala-Nyala

Jika apinya tidak ada di sana, tidak ada metode atau perubahan metode, atau keunikan, atau singularitas, atau apa pun yang lain yang dapat menggantikannya. Ini adalah api Kehidupan, Hidup Roh.

Ini mungkin menempatkan hal-hal di tempat Pribadi itu, bahkan hal-hal Kristen. Pekerjaan Kristen, saudara tahu, bisa menjadi hal yang sangat, sangat berbahaya, jika hal itu menjadi suatu akhir dalam dirinya sendiri. Musuh sangat, sangat sibuk membuat para pekerja Kristen begitu sibuk dengan pekerjaannya dan segala tuntutannya, dan segala aspek-aspeknya, sehingga menjauh dari diri Tuhan sendiri. Itu, tentu saja, adalah pengakuan dan tragedi yang dialami banyak hamba Tuhan. Pekerjaannya … harus memberikan khotbah, harus memberikan khotbah-khotbah; sangat baik, sangat baik. Oh, ada jebakan halus dalam selalu membaca Alkitab, atau mendengarkan pesan-pesan dengan mata yang tertuju pada orang-orang, kepada siapa saudara akan memberikan pesan-pesan tersebut. Saudara tidak akan dapat mempercayai betapa merusaknya hal itu. Mungkin saya hanya sedang berbicara kepada beberapa orang di sini.

Teman-teman yang dikasihi, jika saudara dan saya tidak berbicara kepada orang lain hal-hal yang telah berbicara kepada kita, dan berurusan dengan kita, dan menantang kita, dan menghadapi kita, Tuhan bebaskanlah kita dari pembicaraan kita. Ini harus seperti itu. Tapi, saudara lihat, pekerjaannya, tuntutannya bisa saja datang ke dalam tempat diri Tuhan itu sendiri dan apinya, apinya diredupkan seperti itu.

Ya, kasih yang semula selalu ditandai dengan penglihatan dan tujuan; saudara mengetahui itu secara alami, ini terlebih lagi secara rohani. Penglihatan! Artinya, ada masa depan, ada sesuatu di depan. Ada prospek yang luar biasa yang merupakan unsur dari kasih yang semula. Saudara melihatnya di dalam yang alami: ada sesuatu untuk dijalani saat ini, ada tujuan dalam hidup, ada makna dalam hidup, ada sesuatu di masa depan yang menarik saudara terus maju. Itulah kasih yang semula; cukup murni dan sederhana. Apakah kita semuanya seperti itu? Penglihatan? Tujuan? Kalau itu hilang, kalau itu hilang, kita terjatuh, kita terjatuh di mata Tuhan. Kita jatuh turun.

Kasih yang semula adalah kesediaan untuk menderita, untuk membayar harganya, untuk terus berlanjut dengan objek kasih kita, apa pun biayanya dan apa pun yang dikatakan atau dilakukan orang; itulah kasih yang semula. Ya, kita bisa terus berjalan seperti ini, tapi saudara lihat, dan saya yakin saudara tahu, masih banyak lagi ciri-ciri lain yang termasuk dalam hal ini: “kasihmu yang semula … kasihmu yang semula.” Dan karena itu, “pekerjaanmu yang semula.”

Oh, semoga Tuhan menemukan permohonan-Nya kepada kita memiliki dampak yang nyata dan menarik kembali hati kita. Jika hal ini sungguh mencari kita seperti obor, jika hal ini sungguh berkobar seperti api, semoga kita mendengarkan, bertobat, dan melakukan pekerjaan yang semula. “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat …” Itulah Tuhan.

Saya tahu bahwa kita tidak akan pernah bisa sepenuhnya menyamai Dia dalam hal ini, kita akan selalu gagal dalam mengikuti pola yang ada. Namun pertanyaannya adalah: ada obor yang menyala-nyala, apakah obor itu menyala? Apakah obor itu menyala? Tidak ada harapan kecuali obor menyala-nyala, atau dengan kata lain, Roh Kudus, benar-benar mendapatkan pengaruh-Nya yang sebenarnya di dalam hidup kita – sebab untuk itulah Ia ada di sini. Itulah pekerjaan-Nya: untuk mereproduksi di dalam diri kita apa yang benar tentang Tuhan Yesus. Dan kita semua sepakat bahwa hal ini benar tentang Dia; ini benar tentang Dia – karena mengasihi, Ia bertahan dalam kasih, Ia tidak menyerah, kasih-Nya tidak putus dan hilang. Kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita – kasih semacam itu. Dan jika ini adalah sebuah panggilan, marilah kita menanggapinya. Jika, teman-teman yang dikasihi, saudara dapat menghadapi ini dan berkata, “Ya, aku tahu apa yang sedang kamu bicarakan dan aku dapat mengatakan tanpa ragu-ragu bahwa hari ini tidak ada kehilangan, tidak ada kehilangan dari apa yang ada sebelumnya, bahkan ini lebih dari itu sekarang.” Baiklah, baguslah kalau saudara bisa mengatakan seperti itu, semoga kita semua bisa mengatakan demikian.

Meskipun demikian firman Tuhan diberikan kepada kita, Ia berbicara. Ia datang ke hadapan kita dalam penglihatan ini dan Ia berkata, “Seperti inilah Aku. Aku ingin kamu menjadi seperti ini.” Kasih yang semula …

Mari kita berdoa.

Bapa kami, kami hanya bisa berdoa dan memohon kepada-Mu, agar ini menjadi benar bagi setiap orang di antara kami, bahwa alih-alih mengalami kehilangan dan kelemahan, yang ada adalah nyala api yang berkobar-kobar, panasnya kasih-Mu di dalam hati kami, agar semua ciri-cirinya dapat dijadikan menjadi lebih benar. Ya Tuhan, selamatkanlah kami dari semua pengaruh dan kemungkinan yang merugikan dalam kehidupan ini, dari dunia ini. Bebaskanlah kami, kami berdoa kepada-Mu, dari kehilangan apa pun yang telah Engkau berikan kepada kami. Engkau telah mengatakan begitu banyak, dalam kasih-Mu Engkau telah mengatakannya, memberikan kami begitu banyak dalam kasih-Mu dan sekarang Engkau datang, dan Engkau datang untuk buah yang berhak Engkau harapkan. Kami tidak ingin kekecewaan ada di wajah-Mu, atau kekecewaan ada di dalam hati-Mu. Semoga Tuhan menemukan di dalam kita apa yang sesuai dengan hati-Nya sendiri, semakin sedemikian rupanya, sehingga Ia bisa puas dengan melihat hasil dari kerja keras-Nya. Kami semua memerlukan lebih banyak lagi kasih, lebih banyak lagi kasih untuk Tuhan, kami memerlukan lebih banyak lagi kasih terhadap satu sama lain. Ya Tuhan, tingkatkanlah kebajikan yang sangat, sangat besar ini di dalam hidup kami oleh pekerjaan perkasa Roh-Mu di dalam Nama Yesus. Amin.

Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.