Austin-Sparks.net

Api Roh yang Menyala-Nyala

oleh T. Austin-Sparks

Bab 1 – Ekspresi Tujuh Kali Lipat

Maukah saudara membaca bersama saya dari pasal pertama kitab Wahyu. Kitab Wahyu, pasal 1. Bacalah anak kalimat pertama dan kemudian lanjutkan ke ayat 4:

“Wahyu Yesus Kristus … Dari Yohanes kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil: Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu, dari Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, dan dari ketujuh roh yang ada di hadapan takhta-Nya, dan dari Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini. Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya – dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya, - bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin.”

“Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang telah menikam Dia. Dan semua bangsa di bumi akan meratapi Dia. Ya, amin. “Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa.” Aku, Yohanes, saudara dan sekutumu dalam kesusahan, dalam Kerajaan dan dalam ketekunan menantikan Yesus, berada di pulau yang bernama Patmos oleh karena firman Allah dan kesaksian yang diberikan oleh Yesus. Pada hari Tuhan aku dikuasai oleh Roh dan aku mendengar dari belakangku suatu suara yang nyaring, seperti bunyi sangkakala, katanya: “Apa yang engkau lihat, tuliskanlah di dalam sebuah kitab dan kirimkanlah kepada ketujuh jemaat ini: ke Efesus, ke Smirna, ke Pergamus, ke Tiatira, ke Sardis, ke Filadelfia dan ke Laodikia.” Lalu aku berpaling untuk melihat suara yang berbicara kepadaku. Dan setelah aku berpaling, tampaklah kepadaku tujuh kaki dian dari emas. Dan di tengah-tengah kaki dian itu ada seorang serupa Anak Manusia, berpakaian jubah yang panjangnya sampai di kaki, dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas. Kepala dan rambut-Nya putih bagaikan bulu yang putih metah, dan mata-Nya bagaikan nyala api. Dan kaki-Nya mengkilap bagaikan tembaga membara di dalam perapian; suara-Nya bagaikan desau air bah. Dan di tangan kanan-Nya Ia memegang tujuh bintang dan dari mulut-Nya keluar sebilah pedang tajam bermata dua, dan wajah-Nya bersinar-sinar bagaikan matahari yang terik. Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kaki-Nya sama seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan kanan-Nya di atasku, lalu berkata: “Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir, dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.”

Pasal 4, ayat 5: “Dan dari takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu, dan tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu: itulah ketujuh Roh Allah.”

Sebelum kami melanjutkan dengan pesannya ini sendiri, teman-teman yang dikasihi, izinkan saya mengulangi sesuatu yang sudah sering dikatakan pada saat-saat seperti ini, sehubungan dengan pelayanan ini. Pertama, ini selalu telah menjadi tujuan kami, dan masih tetap menjadi tujuan kami, untuk memastikan bahwa pesan-pesan yang disampaikan mengarah pada persoalan-persoalan yang sangat praktikal dan bahwa mereka yang mendengarnya benar-benar dihadapkan dengan persoalan-persoalan yang praktikal tersebut. Artinya, kami sama sekali tidak peduli dengan, atau tertarik pada pengajaran sebagai suatu akhir dalam dirinya sendiri. Jika pesan ini tidak dapat memimpin kepada sesuatu yang sangat pasti, maka kami sadar bahwa kami hanya membuang-buang waktu. Sementara hal ini benar, dan selalu telah menjadi tujuan kami, tentu saja tidak ada guru yang dapat mewujudkan di dalam para pendengarnya hal-hal yang ia sampaikan, maksud dari pelayanannya. Ia memberikan apa yang ia yakini adalah pesan yang telah diberikan Allah kepadanya, mempercayakannya kepada Tuhan dalam banyak doa, sisanya ada pada umatnya dan dengan Tuhan. Saya ingat betul Dr. Campbell Morgan pernah berkata dengan penuh penekanan, “Tuhan tolonglah pengkhotbah yang pendengarnya tidak memenuhi pelayanannya!” Itulah yang kami rasakan tentang hal ini.

Sekarang, sehubungan dengan pesan ini, saudara lihat, kami telah kembali kepada kitab wahyu Yesus Kristus ini. Sesuai dengan apa yang baru saja kami katakan tentang hakikat pelayanan dan pesan yang esensial dan praktikal ini, kita sampai pada sebuah kitab yang, saya khawatir, tidak menghasilkan begitu banyak nilai praktikalnya, sebab tidak ada kitab di dalam Alkitab mungkin, yang telah menghasilkan lebih banyak kekacauan daripada kitab ini. Kitab ini telah menghasilkan sejumlah besar aliran penafsiran yang saling bertentangan. Untuk menyebutkan mereka satu per satu hanya akan membuka pintu menuju kekacauan itu; ini bukanlah niat saya untuk melakukannya. Namun hal ini cukup pasti: bahwa Allah tidak pernah bermaksud membuat satu bagian pun dari Firman-Nya untuk menimbulkan kekacauan. Kekacauan bukanlah ciri dari Tuhan, Ia bukanlah Allah yang menghendaki kekacauan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mereduksi seluruh permasalahan ini menjadi suatu kesimpulan atau kesimpulan-kesimpulan yang cukup sederhana.

Saya pikir tiga pasal pertama dari kitab ini, sebagai yang membentuk satu bagian tersendiri, merupakan contoh yang luar biasa tentang bagaimana seluruh kitab ini dapat, dan seharusnya, diringkas menjadi sebuah kesimpulan yang sederhana. Saudara bebas untuk meninggalkan nama-nama-tempat jika saudara berkenan, saudara dapat melupakan Efesus, dan Smirna, dan Pergamus dan yang lainnya sebagai nama-nama dan tempat-tempat. Saudara memang bisa meninggalkan cukup banyak dari simbolismenya; tidak semuanya, karena beberapa di antaranya begitu jelas, tetapi apa yang tidak dapat saudara pahami, saudara dapat tinggalkan. Dan saudara dapat menyelesaikan bagian ini dengan cara ini.

Pertama-tama, kita berada di sini, di dalam tiga pasal pertama ini, di hadapan prinsip-prinsip rohani yang tanpa batas waktu. Mereka benar-benar sedang diterapkan pada kondisi-kondisi, situasi-situasi, dan tempat-tempat tertentu, namun ada sesuatu yang lebih dari sekedar tempat dan waktu dan situasi tertentu, ada faktor rohani yang mengatur segalanya dan kita berada di hadirat faktor-faktor tersebut, yang lebih dari sekedar lokal, lebih dari sekedar geografis, lebih dari sekedar penetapan waktu – mereka berumur panjang, dan lebih dari itu: mereka abadi. Sehingga hal paling pertama yang harus kita kenali dan pahami saat kita membaca kitab ini dan kepada bagian ini sebagai sebuah contoh adalah ini: di sini kita disuguhkan dengan sesuatu yang ada di dalam pikiran Allah yang menyentuh situasi ini, atau semua situasi-situasi ini yang diuraikan di sini, dan apa yang harus kita lakukan adalah untuk memahami apa yang ada di dalam pikiran Allah. Ini adalah satu hal; ini mungkin memiliki banyak aspek-aspek, tetapi ini adalah satu hal. Dan untuk memahami satu hal itu adalah kunci dari bagian ini dan keseluruhan kitab ini. Saya tidak akan menyebutkannya untuk saat ini apa itu, kami akan membahasnya sekarang.

Kedua, kita sedang berada di dalam salah satu titik kritis tersebut, yang mungkin merupakan titik kritis terakhir, ketika Tuhan meminta pertanggungjawaban atas semua yang telah Ia berikan. Apakah itu jelas? Tentu saja, hal ini cukup jelas di dalam bagian ini, ini mengatur keseluruhan kitab ini, namun tetaplah berpegang pada bagian ini; Tuhan telah memberi banyak kepada jemaat dan kepada jemaat-jemaat. Mereka telah menerima banyak melalui para rasul-Nya, melalui hamba-hamba-Nya. Mereka memiliki bagian rohani yang sangat kaya. Dan ketika Tuhan telah melakukan hal seperti itu, kapan pun dalam sejarah, ini seolah-olah pada titik tertentu Ia datang kembali dan berkata, “Sekarang, bagaimana dengan itu? Bagaimana dengan itu? Aku telah memberi, Aku telah menyatakan, Aku telah memberitahukan. Aku telah memohon, Aku telah meminta, Aku telah mencari. Aku telah menasihati, Aku telah memperingatkan … sekarang waktunya telah tiba ketika suatu perhitungan harus dilakukan dan suatu jawaban harus diberikan.” Saudara akan melihat bahwa Tuhan telah melakukan hal itu lebih dari satu kali dalam sejarah, namun di sinilah kita berada di dalam hadirat kesempatan yang sama. Saya katakan, ini mungkin yang terakhir, sebab kitab ini memang berhubungan dengan akhir zaman, bukan, dengan kedatangan Tuhan. Namun di sini terdapatkan sebuah prinsip sekaligus penerapan waktu dari prinsip tersebut, dan hal tersebut adalah: kita berada di sini di hadirat sebuah krisis, yang sifatnya hanyalah seperti ini. Tuhan berkata, “Bagaimana kamu terukur di hadapan semua yang telah Aku berikan? Bagaimana kamu berdiri di hadapan seluruh deposit yang telah dibuat dengan-mu?” Dan krisis ini merupakan krisis yang sangat serius. Ini memang kritis, seperti yang saudara ketahui, sebab masalahnya adalah alternatif antara kelanjutan atau penghentian; alat, kaki dian yang menetap, atau disingkirkan. Itulah krisisnya. Ini adalah masa depan-nya secara keseluruhan.

Ketiga, di sini kita disadarkan bahwa kehendak Tuhan adalah untuk memberkati. Sikap-Nya adalah positif, bukan negatif. Sementara Ia harus meletakkan jari-Nya pada hal-hal yang kurang, hal-hal yang tidak Ia setujui, saudara akan melihat bahwa Ia selalu mengakhiri pencarian-Nya dengan, “Barangsiapa menang, dia akan Kuberi …” Akan Kuberi …” Kehendak Tuhan dalam setiap kasus, dalam setiap situasi, betapapun buruknya, kehendak-Nya adalah untuk memberkati. Ia berada di jalur yang positif. Mungkin ada teguran. Mungkin ada pemaparan dan pengungkapan. Mungkin ada peringatan, mungkin ada nasihat, tapi ada janji yang ditangguhkan di hadapan semua orang. Sebuah janji yang luar biasa. Setiap orang pada akhirnya akan dihadapkan, tidak seharusnya dengan malapetaka, melainkan dengan perkenanan baik Tuhan. Kehendak-Nya adalah untuk memberkati. Ia mungkin mengutuk, namun kutukan-Nya adalah untuk membuka jalan bagi berkat. Ia mungkin harus menghakimi. Ia mungkin harus menghancurkan, tapi itu adalah untuk menyediakan dasar bagi berkat. Ia mungkin memperingatkan dengan suara yang serius, namun peringatan-peringatan-Nya dibarengi dengan keinginan-Nya bahwa orang-orang ini harus datang ke dalam kasih karunia-Nya, kebaikan-Nya yang lebih banyak lagi. Dan saudara tidak dapat membaca janji-janji ini kepada para pemenang tanpa merasa sangat terkesan dengan hal ini: bahwa nampaknya para penjahat terbesar, mereka yang paling banyak gagal, ditawari berkat tertinggi. Demikian pula halnya dengan Laodikia. Saudara tidak dapat pergi lebih jauh dari pada duduk bersama-Nya di takhta-Nya, dan itulah tawarannya kepada Laodikia. Segala hal yang dapat dihakimi ditemukan di sana, namun pahala tertingginya ditawarkan. Ini adalah dari yang paling dalam sampai kepada yang paling tinggi. Itulah pemikiran-Nya bagi umat-Nya.

Yang terakhir, dan yang terpenting, kita dihadapkan dengan apa yang dicari oleh Tuhan. Itulah yang akan menjadi inti pesan ini: apa yang Tuhan cari dan, ini harus dikatakan, yang tanpanya Ia tidak dapat membenarkan kelangsungan dari alat kesaksian. Itulah, teman-teman yang dikasihi, yang harus kita fokuskan. Apa itu yang Tuhan cari? Sekarang, banyak hal yang dianggap, oleh jemaat-jemaat ini, dianggap sebagai hal-hal yang Tuhan cari, padahal sebenarnya tidak. Mereka bukan; ternyata hal-hal itu bukanlah hal-hal yang Tuhan cari. Ia mempunyai objek-Nya sendiri di hadapan-Nya dan Ia tidak bisa puas dengan apa pun yang kurang atau yang lain dari itu sebagai penggantinya.

Sekarang, itulah ringkasan bagian pertama dari tiga kitab pertama. Saya harap saudara telah mampu memahaminya, bahwa saya telah menyederhanakan penafsirannya, dan bahwa saudara dapat melihat, meskipun hanya dalam hal terakhir yang telah saya katakan, hal yang tertinggi, itu, hanya itu saja, itu yang pada dasarnya adalah apa yang Tuhan cari ketika Ia telah memberikan begitu banyak kepada umat-Nya.

Dari situ kita sampai pada:

Metodenya.

Metode yang digunakan oleh Tuhan, oleh Roh Kudus untuk mencapai akhir kepada apa hati Allah telah ditetapkan. Metode yang digunakan … yang tentu saja terlihat secara komprehensif dan inklusif dalam presentasi Tuhan Yesus yang kita miliki di dalam pasal satu. Itu selalu merupakan metode Allah, selalu merupakan metode Roh Kudus: untuk membawa Kristus dalam kepenuhan-Nya yang tertinggi ke dalam pandangan.

Tidak seorang pun, yang merenungkan penglihatan tentang Anak Manusia itu yang diberikan di dalam pasal itu, dapat meragukan bahwa di sana saudara mempunyai sebuah gambaran tentang kepenuhan Kristus. Betapa penuhnya! Saya akui kepada saudara, teman-teman yang dikasihi, bahwa dalam merenungkan hal ini selama berhari-hari, untuk waktu yang cukup lama sekarang, saya telah menemukan kesulitan terbesar saya, kesulitan terbesar saya adalah untuk memahami kepenuhan dari setiap bagiannya. Saya tidak melebih-lebihkan ketika saya mengatakan bahwa dalam hampir setiap bagian dari presentasi tentang Yesus Kristus ini, saudara dapat memasukkan banyak sekali isi Alkitab. Apa yang harus ditinggalkan adalah kesulitannya!

Di sini metode Roh Kudus secara komprehensif adalah untuk membawa kembali Kristus, tidak sebagian, melainkan dalam kepenuhan. Kristus dalam kepenuhan. Dan ketika saudara melihatnya, saudara akan menemukan bahwa ini adalah karakteristik tujuh kali lipat dari Anak Manusia yang telah bangkit dan berkuasa.

Ke dalam tujuh aspek itulah bahwa begitu banyak telah dimasukkan; bahwa semuanya telah dimasukkan. Kami bisa menyebutkan apa saja itu: berpakaian jubah yang panjangnya sampai di kaki. Dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas. Kepala dan rambut-Nya: putih bagaikan bulu yang putih metah. Mata-Nya: bagaikan nyala api. Kaki-Nya: mengkilap bagaikan tembaga membara. Suara-Nya: bagaikan desau air bah. Dan pedang-Nya: dari mulut-Nya keluar sebilah pedang tajam bermata dua. Siapakah yang bisa memahami semua itu? Karakteristik tujuh kali lipat Anak Manusia. Itu disajikan, diproyeksikan di hadapan, dalam kasus ini, jemaat-jemaat; jika saudara berkenan, jemaat dalam kepenuhannya direpresentasikan. Dan karakteristik tujuh kali lipat inilah yang menjadi dasar pemeriksaan yang akan berlangsung, dan dasar penghakiman yang akan diumumkan. Ini berdasarkan apa yang ada di sini, di setiap titik, bahwa segala sesuatu akan diuji dan ditentukan.

Inilah ciri-ciri yang membentuk pencarian-Nya. Saudara bertanya, “Apa itu yang dikehendaki Tuhan, yang dicari Tuhan?” Jawabannya adalah: apa yang sesuai dengan ciri-ciri Kristus ini. Jika saudara dapat memahami maknanya, maka saudara tahu persis apa yang Ia kehendaki.

Presentasi tentang Kristus ini pertama-tama bersifat pribadi. Dan kemudian saudara mendapati bahwa hal ini menjadi sebuah hal yang bersifat korporat: Ia memegang jemaat-jemaat di dalam tangan-Nya, Ia bergerak ke sana kemari di antara mereka. Ia dan mereka, dalam arti tertentu, identik, dan apa yang sebenarnya Ia cari adalah bahwa apa yang benar akan diri-Nya sendiri, akan menjadi benar tentang jemaat-Nya di setiap tempat, di setiap lokasi, dalam setiap ekspresi.

Sekarang, di dalam pasal 1 ayat 4, saudara mempunyai kalimat ini: “Ketujuh roh yang ada di hadapan takhta-Nya.” Dan jika saudara beralih kepada pasal 4, di ayat 5 saudara mempunyai referensi lain mengenai ketujuh roh itu, namun dalam bentuk khusus, “Ada tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu: itulah ketujuh Roh Allah.” Tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta. Tentu saja, ‘tujuh roh’ adalah cara simbolis lain untuk berbicara tentang Roh Kudus – Roh Kudus, kami dapat katakan, (dan kami mempunyai otoritas untuk melakukan hal tersebut) di dalam ekspresi tujuh kali lipat.

Ekspresi Tujuh Kali Lipat Roh Kudus

Ini adalah satu Roh yang disebutkan di sini, seperti dalam simbolisme tujuh roh di hadapan takhta. Takhta, yang kita ketahui dan pahami, adalah simbol pemerintahan, kuasa.

Obor menyala-nyala … takhta yang berfungsi sebagai obor menyala-nyala oleh Roh Kudus. Kita tahu apa obor menyala-nyala itu, awalnya katanya adalah “api” – kita tahu apa artinya itu. Fungsi api menyala-nyala pertama-tama adalah untuk mengungkapkan, kemudian untuk menguji, dan kemudian untuk menentukan nilai-nilai. Takhta sedang beraksi di sini dengan cara itu, cukup jelasnya: untuk mengungkapkan, untuk menguji, dan untuk menentukan. Saya akan mengatakan lebih banyak lagi tentang hal itu saat ini.

Ini adalah, jika kembali kepada pasal 1, ekspresi Kristus oleh Roh Kudus di dalam karakteristik tujuh kali lipat. Mereka berada di hadapan takhta; takhtalah yang sedang beraksi di sini, marilah kita mengingat hal itu. Takhtalah yang telah beraksi di sini oleh Roh Kudus dalam kaitannya dengan kepenuhan Kristus di dalam semua ciri-ciri utama karakter-Nya. Gambarannya cukup sederhana, bahkan melalui simbolismenya yang rumit: takhta adalah pusat pemerintahan.

Pelayanan Roh adalah tujuh kali lipat, “apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat.” Perhatikan bahwa: tujuh kali lipat, “apa yang dikatakan Roh.” Dan apa yang ‘dikatakan Roh’ Ia katakan sebagai yang dari atau di hadapan takhta pemerintahan. Dan apa yang Ia katakan adalah bahwa yang Satu ini yang dibawa ke dalam pandangan adalah ini, dan adalah itu, dan adalah itu. Tujuh karakteristik utama Kristus. Kristus adalah itu! Takhta pemerintahan mendukung hal itu! Roh menantang mengenai hal itu. “Apa yang dikatakan Roh …” tujuh kali lipat. Ini adalah itu. Tujuh obor menyala-nyala yang adalah ketujuh Roh Allah. Inilah apa yang dicari, diperlukan dan dituntut oleh takhta itu. Sehingga pelayanan itu berkaitan dengan ciri-ciri Keilahian itu yang merupakan ciri-ciri Anak Manusia.

Saatnya untuk bergegas, sebanyak yang kami inginkan, kita langsung dihadapkan pada gelar itu: “Seorang seperti Anak Manusia.” Bagian pinggirnya mengoreksinya, karena penulis yang sama, penulis yang sama menulis di dalam Injil pasal 1:51 dan di sana saudara tidak dapat salah mengira fakta bahwa ia berkata, “anak manusia.” Yesus berkata kepada Natanael, “Sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada …” ini tidak mungkin hanya seorang anak manusia, melainkan “Anak Manusia itu.” Dan demikianlah di sini, Yang Satu ini disajikan.

Apakah hal ini tidak membuat saudara terkesan, teman-teman yang dikasihi (saya harap saya tidak membuat saudara bosan dengan terlalu banyak detail), tidakkah hal ini membuat saudara terkesan ketika saudara membaca uraian tentang Tuhan ini? Lihatlah pada deskripsi ini secara rinci dan kemudian dengarkan apa yang Ia katakan tentang diri-Nya sendiri. Tidakkah saudara terkesan bahwa Ia digambarkan sebagai, “Anak Manusia?” Mengapa, saudara tentu mengharapkan bahwa dari semua bagian dalam Alkitab, bahwa di sini saudara akan menemukan “Anak Allah”. Ia adalah Anak Allah, tetapi dalam hubungan khusus ini Ia tidak disebut demikian di sini. Anak, Anak Manusia. Apa maksudnya itu? Ini adalah sebuah gelar yang pertama-tama terdiri dari pemikiran awal orisinal Allah mengenai ciptaan khusus yang disebut “manusia” ini. Ketika Allah berkata “Baiklah Kita menjadikan manusia …” Ia melakukan sesuatu hal yang baru, Ia memulai suatu jenis makhluk tertentu; sebuah ciptaan yang istimewa. Dan dengan melakukan hal itu, Ia mempunyai sebuah pemikiran yang terikat dengan hal itu, atau pemikiran-pemikiran besar, yang terikat dengan umat manusia. Anak Manusia menganut pemikiran Allah yang orisinal itu: manusia. Ini mencakup, dalam kasus Tuhan Yesus, kehilangan Allah dalam hal tujuan-Nya, keinginan-Nya, pemikiran-Nya di dalam manusia. Kehilangan Allah. Oh, ketika manusia menyimpang dari jalan Allah, Allah kehilangan dalam diri manusia itu apa yang Ia kehendaki. Dan di dalam Anak Manusia ini, itu diambil – kehilangan Allah! Apa yang telah dirampas dari Allah karena dosa dan kesengajaan manusia serta campur tangan iblis. Namun istilah ini juga melambangkan penebusan Allah atas manusia! “Anak Manusia”, itu berhubungan dengan penebusan Allah atas manusia dan oleh karena itu atas apa yang telah hilang dari-Nya. Lebih lanjut lagi, ‘Anak Manusia’ mencakup kesempurnaan Ilahi dari manusia yang diciptakan Allah. Sekarang kita sudah sangat dekat dengan penglihatan itu, bukan? Dan yang terakhir, Anak Manusia dalam kaitannya dengan Tuhan Yesus, adalah teladan Allah untuk segala kegiatan-Nya selanjutnya di mana manusia bersangkutan. Di sana saudara memiliki lima komponen dari gelar ini: Anak Manusia.

Sekarang saudara tahu apa yang Tuhan kehendaki; apa yang dimaksudkan oleh jemaat-jemaat, dan jemaat di dalam pikiran Allah; apa yang dicari oleh Allah, apa yang dicari oleh Anak Manusia, apa yang dicari oleh Roh Kudus dalam kegiatan tujuh kali lipat-Nya adalah satu hal: berkorespon dengan Anak Manusia. Bahwa Anak Manusia itu akan ditemukan terulang dalam karakter di dalam diri semua manusia. Jemaat dipilih untuk itu. Tujuh obor menyala-nyala, mereka akan mengungkapkan seberapa jauh hal itu benar, dan seberapa jauh hal itu tidak benar. Mereka menguji segala sesuatu atas dasar itu: apakah ini menjawab kepada seperti apakah Kristus itu, seperti apakah Anak Manusia itu? Dan, setelah menemukan jawabannya, menghakimi sesuai dengan itu. Itulah pencariannya: untuk menerangi dan mencari; untuk membedakan antara apa yang adalah dari Kristus dan apa yang bukan dari Kristus; untuk membersihkan, jika mungkin, semua yang bukan dari Kristus dan untuk menegakkan apa yang adalah dari Kristus. Itulah jumlah dari ketiga pasal ini.

Obor satu. Tujuh obor … menyala-nyala di hadapan takhta. Obor satu: aspek pertama Kristus yang kita jumpai, dasar pencarian dan kegiatan Roh Kudus. Apa itu? Pakaian sampai ke kaki.

Pakaian Jubah yang Panjangnya Sampai di Kaki

Ini bukanlah jubah imam, dan ini bukanlah jubah raja, ini hanyalah sehelai pakaian. Pakaian ini tidak dijelaskan sama sekali, hanya dinyatakan bahwa Ia berpakaian, dan berpakaian jubah yang panjangnya sampai di kaki. Ia berpakaian, dan berpakaian lengkap … berpakaian lengkap.

Apakah saudara ingat bahwa akibat paling pertama dari dosa manusia adalah kesadaran akan ketelanjangan? Dosalah yang melahirkan kesadaran itu. Kita diberitahu dengan tepat, ketika manusia telah berdosa, segera mereka tahu bahwa mereka telanjang. Kesadaran akan ketelanjangan itu. Kesadaran mereka berubah karena kodrat mereka berubah. Dan perubahan kodrat itu mula-mula ditandai dengan rasa malu; rasa malu. Apakah saudara memperhatikan bahwa pekerjaan Roh Kudus yang pertama dan sejati menuju penebusan dan pemulihan adalah untuk menghasilkan rasa malu? Saya khawatir banyak orang yang mengaku telah bertobat atau seharusnya telah bertobat tidak memiliki rasa malu tersebut, atau sangat kurang memiliki rasa malu tersebut, namun pekerjaan Roh Kudus yang benar dan sejati apa pun dimulai dari sana. Kita menutupi wajah kita dengan rasa malu … kesadaran akan ketidaksempurnaan kita, … apa yang Alkitab maksudkan dengan ketelanjangan kita di hadapan Allah: rasa malu.

Lihatlah di sini dalam pasal 3 dari kitab ini, pada ayat 17: “Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang …” Tidak ada penghakiman yang lebih buruk yang bisa dijatuhkan kepada siapa pun selain itu; “Engkau tidak memiliki rasa membutuhkan, atau rasa malu; engkau tidak memiliki kesadaran tentang bagaimana engkau sebenarnya berdiri di hadapan mata yang bagaikan nyala api … Engkau mengira engkau baik-baik saja, engkau mengira engkau berpakaian; ‘maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan …”’. Ini adalah bahasa simbolis yang berkaitan dengan kebenaran rohani. Allah segera membuat pakaian bagi manusia, untuk menutupinya, untuk menyingkirkan dosa manusia dari pandangan-Nya sendiri.

Sekarang, saudara sampai pada Anak Manusia, Adam yang terakhir. Di sini Ia berpakaian jubah yang panjangnya sampai di kaki. Dengan kata lain, Ia memiliki kepekaan yang baik, tajam, dan peka terhadap apa yang sesuai dengan kehadiran Allah. Tidakkah saudara merasa bahwa itu sangat menyelidiki? Dalam begitu banyak kasus dan perkara-perkara di dalam jemaat-jemaat ini, itulah masalahnya. Mereka tidak memiliki perasaan yang wajar itu, perasaan yang tajam itu, tentang apa yang sesuai dengan Allah, apa yang benar bagi Allah, apa yang menjadi Allah. Mereka mengedepankan segala macam hal-hal, tapi tidak, tidak, hal yang satu ini sering kali terlewatkan.

Sekarang, hal ini mampu diterapkan secara luas dan beragam. Lihat, pakaian, pakaian biasanya merupakan ekspresi dari orang yang memakainya. Pakaian yang tidak rapi, pakaian yang tidak disikat, pakaian yang sembarangan … mengkhianati orangnya. Oh, kita bisa membahas seluruh dasar itu bukan? Benar-benar sebuah kata yang mencari untuk seluruh pertanyaan tentang pakaian atau tidak berpakaian pada hari-hari ini, di hadapan Allah … tapi inilah simbolismenya; ini rohani, ini rohani. Ini adalah keadaan diri kita sendiri di hadapan Allah yang menghasilkan rasa malu, perendahan diri sendiri, namun kemudian – terpujilah Allah – apa yang telah diamankan dan disediakan oleh Anak Manusia bagi kita dalam pakaian kebenaran sehingga kita dapat berdiri di hadirat Allah.

Saya telah mengatakan kepada saudara beberapa waktu yang lalu, teman-teman, bahwa saudara dapat memasukkan ke dalam setiap dari bagian-bagian ini, seluruh isi Alkitab. Ke dalam satu kata itu, “berpakaian” saudara memasukkan keseluruhan surat kepada jemaat di Roma, dan juga surat kepada jemaat di Galatia, dan lebih banyak lagi. Ini adalah pertanyaan tentang kebenaran melalui iman ini di dalam Yesus Kristus, kebenaran Allah. “Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku pakaian putih, putih …” dan pakaian putih itu adalah perbuatan benar orang-orang kudus; ini adalah kebenaran Allah yang diberikan kepada kita di dalam Kristus, Anak Manusia.

Saudara lihat betapa luasnya dunia yang terbuka dari hal itu: bagaimana kita berdiri di hadapan Allah? Apakah kita memproyeksikan diri kita sendiri di hadapan Allah? Apakah kita berdiri seperti di hadapan Tuhan, di antara umat-Nya, atau sendirian, atau di mana pun di dunia ini dan menonjolkan kehidupan alami kita sendiri dalam bentuk apa pun di hadapan mata dan kesadaran orang-orang di sekitar? Betapa banyaknya hal tersebut yang terdapatkan, bahkan, bahkan di dalam agama kita dan bahkan di dalam kerohanian kita yang pura-pura; memberikan kesan kelemah-lembutan atau sebagainya. Dan dibalik itu, ini adalah kesan diri kita sendiri! Oh tidak. Kita berada tepat di awal fondasi segala sesuatu di sini.

Bagaimana kedudukan kita di hadapan Allah, bagaimana kedudukan kita di hadapan saudara-saudara kita; kedudukan kita sama sekali? Ini hanya dapat menjadi apa kita itu di dalam Kristus. Tidak boleh ada hal lain selain itu. Siapakah kita itu di dalam Kristus! Apa yang Kristus telah dijadikan bagi kita sebagai Hikmat dan Kebenaran serta Pengudusan dan Penebusan. Berpakaian … “Kenakanlah Tuhan Yesus Kristus.” “Kamu telah menanggalkan manusia lama itu …” gambarnya di sana, cukup jelasnya di dalam bahasa aslinya adalah satu pakaian yang ditanggalkan, satu pakaian yang ditanggalkan dan satu pakaian lainnya dikenakan. Saudara telah menanggalkan pakaian Adam itu, manusia lama itu, dan saudara telah mengenakan Kristus. Pakaian yang lain, pakaian yang berbeda.

Tantangan pertama dari Roh Kudus adalah ini: Berapa banyak pandangan tentang diri kita sendiri yang muncul? Siapakah kita itu? Membuat sebuah kesan? Oh, Allah selamatkanlah kami dari keinginan untuk membuat kesan … menjadi luar biasa dan unik dan berbeda untuk menarik perhatian atau untuk mendaftarkan sesuatu yang membuat diri kita terlihat. Tuhan tolonglah kami … Kristuslah pakaian kami, satu-satunya kesesuaian, keserupaan di hadirat Allah. Dan percayalah, teman-teman yang dikasihi, pertanyaan utama dari semua pencarian ini adalah: hadirat Allah, berdiri di hadirat Allah, agar saudara dapat berdiri di hadapan kehadiran Allah. Kita tidak bisa melakukan itu di dalam kondisi alami kita sendiri sebab itu adalah ketelanjangan dan rasa malu. Saudara tahu berapa banyak Perjanjian Baru yang mengatakan tentang hal ini, ketika kita menghadap Dia dan ketika Ia menampakkan Diri, apakah kita akan telanjang di hadapan Dia pada hari itu.

Sekali lagi, ini adalah sebuah kata yang simbolis, tapi oh, betapa menyelidikinya kata itu, namun betapa diberkatinya kata itu, bagaimana kata itu akan membawa kita kembali kepada berkat yang paling diberkati dari segala berkat kita: pakaian kebenaran yang bukan milik kita sendiri, melainkan kebenaran Allah melalui iman di dalam Yesus Kristus. Tapi sekali lagi saya katakan, ini berhubungan dengan semua, semuanya ini: setiap aspek dari diri yang muncul ke dalam gambarannya, memang demikian; setiap aspek dari diri kita muncul ke dalam gambaran. Roh adalah api yang menyala-nyala … mengekspos, mencari, menentukan. Dan ini adalah dengan yang Satu ini dalam pandangan.

Saya menutup pada titik ini untuk sementara waktu dengan ini: Tuhan memimpin kita untuk mencari lebih banyak lagi, agar kita dapat memiliki pemahaman yang baik ini tentang apa yang pantas bagi Allah. Saudara lihat apa artinya itu di dalam yang alami, datang ke hadapan seseorang yang terhormat. Saya ingat pernah membaca tentang Peramal Chelsea, Carlyle, saat mengunjungi Ratu Victoria. Dan karena ia adalah seorang filsuf dan pertapa, ia tidak pernah peduli dengan cara berpakaiannya dan ia tampil paling lusuh di istana, paling lusuh. Dan sungguh sebuah skandal bagi Ratu Victoria! Ia tidak pernah bisa melupakannya; semua filosofinya dan semua kejeniusannya dan segala sesuatu lainnya sia-sia; laki-laki itu sama sekali tidak mengerti apa yang pantas untuk kehadiran seorang ratu. Yah, itu hanyalah sampingan, saudara tahu ini bekerja seperti itu di yang alami, tetapi terlebih lagi bagi Tuhan! Saat kita berkumpul bersama, apa yang pantas untuk hadirat Tuhan? Dan kita akan selalu berada di dalam hadirat-Nya …

Semoga Roh memeriksa kita terus-menerus mengenai apa yang tidak pantas untuk menetap di hadirat Tuhan, dan berkata, “Sekarang, itu tidak sesuai dengan Tuhan, kamu harus mengganti pakaianmu sedikit dalam hal ini …” saudara mengerti maksud saya? Nah, apakah itu praktikal? Apakah itu hanya sekedar pengajaran lagi? Sebuah subjek, sebuah tema? Saya katakan, yang dikasihi, tidak ada yang lebih mencari daripada itu.

Tuhan memimpin kita kepada pencarian yang sama ini seperti yang ada di dalam hati-Nya, sebab dalam hal ini, ingatlah, Ia menempatkan di satu sisi nilai tertinggi, di sisi lain tuduhan yang paling pedas. Dengarkanlah Dia dengan orang-orang Farisi, pakaian mereka yang bagus, pakaian mereka, kepura-puraan mereka, perhiasan luar mereka … Ia melihat hingga ke ketelanjangan mereka. Oh, betapa pedasnya tuduhan kepada kemunafikan, kepura-puraan! Allah melihat. Allah melihat. Tidak, itu tidak akan berhasil, namun di sini ada sebuah berkat bagi mereka yang terus berusaha untuk memupuk perasaan itu akan apa yang benar-benar milik Tuhan; kehormatan, kemuliaan. Bagian Perjanjian Lama kembali kepada kita dengan kekuatan baru, “Sujudlah menyembah kepada Tuhan dengan berhiasan kekudusan.”

Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.