Austin-Sparks.net

Kehidupan Orang Kristen

oleh T. Austin-Sparks

Bab 5 – Prinsip Bimbingan Ilahi

Dalam kitab Keluaran, pasal 40. Pasal 40, kitab Keluaran, ayat 34 sampai 38: “Lalu awan itu menutupi Kemah Pertemuan, dan kemuliaan Tuhan memenuhi Kemah Suci, sehingga Musa tidak dapat memasuki Kemah Pertemuan, sebab awan itu hinggap di atas kemah itu, dan kemuliaan Tuhan memenuhi Kemah Suci. Apabila awan itu naik dari atas Kemah Suci, berangkatlah orang Israel dari setiap tempat mereka berkemah. Tetapi jika awan itu tidak naik, maka mereka pun tidak berangkat sampai hari awan itu naik. Sebab awan Tuhan itu ada di atas Kemah Suci pada siang hari, dan pada malam hari ada api di dalamnya, di depan mata seluruh umat Israel pada setiap tempat mereka berkemah.”

Ini ada di dalam hati saya pada pagi ini untuk mengatakan sedikit tentang bimbingan Ilahi.

Bimbingan Ilahi

Suatu perkara, yang saya yakin menarik minat kita dengan cara yang sangat nyata, dalam perkara ini bagaimanapun juga, seseorang tidak pernah mencoba dan membuat sebuah dasar atau kata, ini ada di antara perkara-perkara yang selalu sangat menonjol di dalam kehidupan anak-anak Allah. Sekarang, dalam hal bimbingan ini, hidup harus dilihat secara keseluruhannya. Itu adalah hal pertama tentang itu, dan hal yang sangat penting. Bimbingan bangsa Israel melalui padang gurun selalu dipandang secara konklusif. Ada kata-kata seperti: “Dituntun-Nya mereka dengan tenteram, sehingga tidak gemetar”; “Dibawa-Nya mereka menempuh jalan yang lurus, sehingga sampai ke kota tempat kediaman orang.” Dalam fase-fase dan tahap-tahap perjalanan sangat seringnya hal itu tampaknya tidak benar; mereka tidak gemetar karena mereka dituntun-Nya dengan tenteram? Menempuh jalan yang lurus? Dalam kedua hal-hal itu tidak selalu tampaknya benar. Tapi saudara lihat, perkara bimbingan mereka ini, tentang mereka yang dipimpin oleh-Nya ini selalu dilihat secara konklusif. Faktanya adalah bahwa mereka akhirnya sampai di sana, dan ini adalah akhirnya dan keputusannya yang menutupi seluruh perjalanannya.

Dan ini adalah seperti itu dengan bimbingan Ilahi. Kita harus menyadari ini, dan menyelesaikan ini, bahwa kita harus mengambil Kehidupan secara keseluruhan. Jika kita hanya mengambilnya pada waktu tertentu dan dalam situasi tertentu, kita akan berada dalam kebingungan, kontradiksi, mungkin dengan pertanyaan besar mengenai perkara bimbingan ini: banyak kebingungan, ketidakpastian, keraguan, dan mungkin perasaan bahwa kita begitu saja ditinggalkan – tidak ada bimbingan sama sekali dalam hidup kita. Tapi kita harus mengambil pandangan panjangnya, dan akhirnya akan membuktikan bahwa kita sedang dibimbing, bahkan ketika kita berpikir sebaliknya, bahwa Tangan itu ada di atas kita ketika tampaknya tidak demikian. Bimbingan Ilahi harus dilihat dari sudut pandang keseluruhan – kehidupan secara keseluruhan harus dibawa ke dalam hubungan dengan bimbingan Allah.

Ketika kita telah memahami itu dengan jelas – dan saudara tahu bahwa Firman Allah benar-benar menjelaskan itu dengan penuhnya – kita dapat mengambil langkah lain, dan melihat bahwa inklusivitas ini, kelengkapan ini, dan konklusifan ini dari bimbingan Ilahi terkait dengan dua hal.

Pertama, ini berkaitan dengan:

Tujuan Ilahi

Segala bimbingan Allah berkaitan dengan tujuan-Nya. Tujuan-Nya adalah hal yang sangat jelas, hal yang sangat konkret dan pasti, objek yang set dan tetap, dan bimbingan-Nya sepenuhnya terkait dengan tujuan-Nya. Dan ketika tujuan-Nya benar-benar mengatur, telah menjadi satu-satunya kepentingan dan tujuan hidup kita, ada kedaulatan atas segala sesuatu. “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan,” untuk, atau secara harfiahnya, “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Itu adalah “segala sesuatu” yang sangat komprehensif. Dan pernyataannya adalah bahwa tidak satu pun dari “segala sesuatu” yang ada tanpa beberapa kebaikan pastinya dimasukkan ke dalamnya, dan didapatkan darinya, oleh kedaulatan Allah, ketika tujuan-Nya mengatur. Itu tidak dapat dikatakan tentang ‘segala sesuatu’ yang membentuk kehidupan yang tidak diatur dengan sedemikian rupa. ‘Segala sesuatu’ nya mereka tidak mendatangkan kebaikan. Bimbingan Allah, oleh karena itu, tidak dapat dipisahkan dari tujuan-Nya.

Ini sangat jelas dalam kasus Israel. Tujuan Allah telah diumumkan dengan cukup jelas dan pasti, untuk membawa mereka ke dalam negeri; dari awal itu sudah dibuat jelas. Itu keluar dengan sangat pasti dan positif ketika mereka berada di sungai Yordan, dan Yosua sedang akan memimpin mereka masuk. Tuhan berkata dengan pasti kepada Yosua bahwa ia harus kuat dan teguh, sebab ia akan membawa orang-orang masuk ke dalam negeri yang telah dijanjikan Tuhan untuk diberikan kepada mereka. Ada tujuannya; tujuan bersumpah Allah untuk membawa masuk ke dalam negeri. Itu adalah tujuan-Nya. Kita tahu bahwa itu adalah sosok dan tipe sejarah dari apa yang kita miliki dalam Perjanjian Baru – negeri sorgawi dan segala kekayaan dan kepenuhan Kristus. Negeri Kanaan itu adalah suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya, kekayaan, harta, tambang, tambang yang dalam dan penuh, dan seterusnya. Itu hanyalah bayangan pucat dari apa yang datang masuk bersama Kristus, “O, alangkah dalamnya kekayaan … kekayaan Kristus yang sungguh tak terselidiki.” Yah, kita tahu semuanya tentang itu, tetapi ini, hanya untuk menegaskan kembali, bahwa tujuan Allah adalah kepenuhan Kristus, dan semua bimbingan Ilahi terikat dengan itu.

Dan kemudian di tempat berikutnya, bimbingan Ilahi terikat dengan, dan berpusat di dalam:

Alat Allah

Di sini, di dalam kasus Israel, hal ini dinyatakan di dalam Kemah Suci. Segera setelah Tuhan menyelesaikan penebusan umat-Nya, Ia melanjutkan untuk mengungkapkan rancangan besar itu yang mewujudkan tujuan-Nya – Kemah Suci – alat-Nya. Dan sekali lagi, kita tahu betul bahwa Kemah Suci adalah sosok dua-langkap akan Kristus dan Jemaat-Nya; jika saudara berkenan, tentang Kristus yang dominan, dan kemudian dalam eskpresi korporatnya; saya tidak perlu memperdebatkan itu, saya pikir kita semua akan setuju bahwa memang demikian. Kristus dan Jemaat-Nya, Kristus fondasi-nya, Kristus karakternya, Kristus memberinya kodratnya dan maknanya – Jemaat mengambil segalanya dari Dia – itulah alat tujuan Allah. Hal itu harus mendahului, hal itu harus menjadi pusat, hal itu harus memerintah, dan semua bimbingan Ilahi terkait dengan itu.

Ini adalah poin yang mungkin belum dikenali dengan jelas. Kemah Suci ini adalah hal yang jauh, jauh lebih penting daripada yang telah kita ketahui. Kita menyukai aspek gambarannya dan kita sangat senang dengan semua tipologi Kemah Suci ini, tetapi ini telah diturunkan ke tingkat duniawi. Renungkanlah sejenak bahwa selama empat puluh hari dan empat puluh malam, dalam persekutuan tak henti-hentinya, Allah mengungkapkan kepada Musa perinciannya, seluruh konsepsi dan konstruksi dan pembentukan Kemah Suci itu. Empat puluh hari dan empat puluh malam Musa bersama Tuhan di gunung mendapatkan hal ini. Sebuah pola, kita diberitahu, hanya sebuah pola; representasi dari sesuatu dan kemudian, ketika ia telah menerimanya dari Tuhan dengan begitu cermatnya, hati-hatinya dan penuhnya, ini membutuhkan kedatangan Roh Kudus yang pasti untuk mengawasi pembuatannya pada setiap bagiannya dan detailnya – seluruh strukturnya dan seluruh bahannya. “Orang-orang yang penuh Roh”, Roh Kudus pastinya berkuasa atas hal ini, ada sesuatu di sini yang sangat penting dan diperhitungkan.

Ini adalah tatanan hal-hal sorgawi yang agung, tatanan hal-hal sorgawi yang luas yang diringkas ke dalam kerangka dan bahan dari representasi bersifat simbolis, tetapi semua tatanan dan sistem sorgawi yang luas itu ada di sana secara implisit dalam prinsipnya dan ketika itu telah ditetapkan, semua bimbingan Ilahi terikat dengannya. Itulah intinya. Awan itu hinggap di atas Kemah Suci, mereka tidak bisa bergerak; umat-umat tidak bisa bergerak tanpanya. Kemah Suci – Kristus dan Jemaat-Nya – dalam gambar. Ia mengatur semua gerakan mereka dan semua waktu mereka – kepergian mereka, dan juga pemberhentian dan masa tinggal mereka. Saudara lihat, Jemaat – ketika ini seperti yang dikehendaki Allah – mengatur gerakan, menentukan kemajuan.

Allah terkadang harus menunggu Jemaat-Nya sebelum Ia dapat bergerak. Ada penetapan dan menunggu awan itu karena hal-hal tidak benar di antara umat-umat. Penyesuaian harus dilakukan, kesalahan harus dibenarkan, kejahatan harus disingkirkan. Tidak ada gerakan di dalam Jemaat, tidak ada petunjuk untuk langkah atau tahap atau ukuran lebih lanjut sampai Tubuh ini dibenarkan. Dan itu dapat diperluas secara menguntungkan tetapi ini merupakan hal yang sangat penting untuk melihat bagaimana Allah mengikat bimbingan-Nya dengan keadaan umat-Nya; dengan Jemaat-Nya dan bagaimana hubungan kita dengan Jemaat merupakan faktor yang penting dalam bimbingan hidup kita sendiri. Tidak satu individu di antara ribuan orang Israel adalah unit yang independen dalam hal ini dan dapat pergi tanpa yang lain! Setiap individu seperti itu harus menunggu semua yang lainnya untuk bimbingan mereka. Bimbingan mereka adalah hal yang terkait; itulah intinya: bimbingan mereka adalah masalah korporat. Awan hinggap di atas Kemah Suci, dan umat-umat terikat dengan itu, tak terpisahkan dari itu; itu adalah satu hal.

Ini adalah hal-hal yang sangat penting, teman-teman, untuk kemajuan, untuk bimbingan. Saudara dilatih tentang pedoman hidup saudara? Bimbingan saudara, jika ini benar, sebagian besarnya, jika tidak mutlaknya, bertumpu pada dua hal ini: tujuan Allah – kepenuhan Kristus, dan sarana atau alat Allah – Jemaat-Nya. Ini adalah hal yang terkait. Saya tahu ketika saya berbicara bahwa kesulitan muncul, tetapi saya hanya dapat mengucapkan prinsipnya pada saat ini, meninggalkan detailnya untuk lain waktu.

Lihat, kemudian, betapa cemburunya Allah terhadap Kemah Suci ini – cemburu pada setiap-tiap detailnya, dan cemburu pada hubungan dengannya karena Ia tidak sedang melihat sesuatu yang disebut ‘kemah suci’, atau kemah pertemuan dan semua perlengkapannya. Ia melihat Anak-Nya, Ia melihat Jemaat-Nya. Allah selalu memiliki pandangan itu, bukan hal-hal, tetapi kenyataan kekal, yang darinya ini hanyalah sebuah pola. Nah sekarang, setelah mengatakan itu, saudara harus mengingatnya dan memikirkannya, sebab itu dapat menjawab beberapa pertanyaan, atau memecahkan beberapa masalah.

Selanjutnya kita perhatikan, bahwa selalu ada unsur misteri tentang bimbingan ini, seperti yang selalu ada, unsur misteri di dalam hal ini bahwa hikmat Allah dan pengetahuan Allah di dalam jalan-Nya dengan kita, dalam bimbingan-Nya atas kita, tidak selalu diungkapkan kepada kita. Unsur iman selalu ada, atau harus selalu ada. Dan hikmat Allah adalah hikmat yang tersembunyi, pengetahuan penuh-Nya adalah hal yang rahasia – Ia tidak mengungkapkan kepada kita ‘mengapa’-Nya, ‘karenanya’-Nya, apa yang sedang Ia lakukan dan mengapa Ia melakukannya, dengan cara ini atau itu, Ia tidak menjelaskannya. Tetapi selalu ada makna, seperti yang ditunjukkan oleh sejarah Israel ini, selalu ada makna dalam setiap tahapan bimbingan Ilahi. Ada makna di setiap tahap. Ada sesuatu di sana, terletak di dalam setiap hal dari gerakan Ilahi – atau ketidak-gerakan Ilahi. Ada sesuatu di dalam hal ini; ini bukan hanya hal yang acak, hal yang biasa saja, hal yang ngawur. Dengan tujuan-Nya dalam pandangan, Allah memiliki makna dalam setiap fase dan setiap tahap dari jalan-jalan-Nya dengan kita dan ini penting bagi kita untuk percaya itu, dan selalu melihat pada setiap fase, atau tahap, atau aspek tertentu dari kehidupan kita dengan Allah dari sudut pandang itu: Apa yang Allah dapatkan dalam hal ini? Itulah hal yang penting. Tidak, “Ayo keluar dari ini secepat mungkin, ayo kita lewati ini, ayo pergi”; lihat? Tidak, apa yang harus diungkapkan dari hal ini? Apa yang harus diajarkan oleh hal ini? Ada sesuatu di sana yang Allah miliki, dan kita harus menemukannya, karena awan tidak akan bergerak sampai kita memilikinya.

Mungkin beberapa berada di tempat pemberhentian bimbingan Ilahi, dan saudara semuanya gelisah dan panas untuk melanjutkan ke fase berikutnya, tahap berikutnya. Saudara tidak sabar. Apakah saudara cukup yakin, apakah saudara cukup yakin bahwa saudara telah memahami arti dari fase yang sedang saudara jalani ini, yang sedang saudara alami? Apakah saudara cukup yakin? Apakah saudara cukup jelas, bahwa saudara dapat berkata, “Yah, aku tidak tahu, aku tidak tahu mengapa Tuhan membawa situasi seperti itu, penangkapan seperti itu; mengizinkan pengalaman seperti itu, tetapi aku percaya bahwa Ia memiliki beberapa makna di dalamnya, dan aku pastinya memiliki pemahaman ini dengan-Nya bahwa aku tidak ingin melewatkan apa yang Ia miliki pada saat ini sebab itu semuanya adalah bagian dari nilai kumulatif yang, setelah semuanya, adalah kepenuhan Kristus!” Sebab kepenuhan Kristus bukanlah suatu tempat yang saudara tuju, melainkan suatu Kehidupan rohani yang sedang bertumbuh sekarang. Kita harus menghilangkan faktor-faktor geografis ini, saudara lihat, dari representasi duniawi dari hal-hal sorgawi, dan mengingat bahwa di sini waktu dan jarak tidak memiliki tempat sama sekali. Mereka hanya memiliki tempat – jika mereka memiliki tempat sama sekali – di dalam ini: bahwa kita dapat melanjutkan bertahun-tahun dalam sekejap, kita dapat mengambil, untuk menggunakan istilah harfiah, bermil-mil secara rohani, dalam satu langkah.

Kita hanya perlu memahami apa yang Allah maksudkan dengan cara ini: bahwa saudara bertekad untuk tidak, untuk tidak bergerak sampai saudara tahu bahwa saudara telah mendapatkan apa yang Allah maksudkan dengan pengalaman saudara saat ini. Saudara hanya perlu menggenggamnya, melihatnya, menjadi hidup kepadanya, dan saudara telah menempuh bertahun-tahun dan bergerak dalam jarak yang sangat jauh. Waktu hanyalah sebuah faktor ketika kita gagal baik dalam penangkapan karena suatu alasan atau lainnya, atau dalam ketaatan. Apakah saudara melihat intinya? Israel bisa saja melalui dan masuk ke negeri itu dalam waktu sembilan hari. Dan perjalanan itu memakan waktu empat puluh tahun. Mengapa? Bukan karena Tuhan telah menetapkan empat puluh tahun, tetapi karena tujuan Allah tidak cukup kuat menetap di hati mereka sebagai yang menguasa-seluruhnya untuk mengesampingkan kepentingan dan pertimbangan pribadi. Dan jadi mereka yang membuat waktu, bukan Tuhan; mereka membuat mil-nya, bukan Tuhan. Saya harap saudara telah memahami itu.

Tapi mari kita berkonsentrasi kembali pada satu hal ini, teman-teman. Mari kita pastikan bahwa kita sedang mempelajari apa yang Allah sedang coba ajarkan kepada kita sekarang, sebab tidak akan ada gerakan sampai kita melakukannya. Awan tidak akan naik dan meneruskan perjalanannya sampai kita telah mendapatkannya di tangan kita, “Apa yang Tuhan kehendaki dalam semua ini?” Itu penting untuk fase berikutnya dan semua fase-fase berikutnya. Apakah saudara sudah mendapatkannya? Apakah saudara cukup yakin tentang hal itu? Nah, ada sesuatu yang tersembunyi untuk ditemukan dan dipegang dalam setiap fase dan tahap perjalanan.

Dan semua itu adalah:

Disiplin

Saudara lihat, fakta bahwa Allah memiliki tujuan besar yang telah diselesaikan, dan ditetapkan, dan didefinisikan dengan jelas, dan bahwa kita dipanggil sesuai dengan itu, dan bahwa ada pekerjaan kedaulatan Ilahi – semua itu tidak pernah menghilangkan faktor disiplin, untuk alasan sederhana bahwa Allah tidak bertindak secara mekanis. Ini bukanlah sebuah mesin yang disatukan dan dibuat dan mulai berjalan dengan sendirinya, dengan momentumnya sendiri. Selalu dalam rencana Allah dan cara-Nya dengan kita, ada unsur tanggung jawab. Allah tidak pernah membuat mesin, Ia membuat manusia, manusia! Dan manusia memiliki tanggung jawab. Lihat? Tanggung jawab. Kita adalah makhluk yang bertanggung jawab, dan oleh karena itu disiplin memiliki tempatnya sebab tidak ada mencapai akhir-Nya secara mekanis oleh Allah, melainkan di sepanjang garis pilihan kita. Kehendak, tentu saja, adalah intinya, titik fokus dari segalanya. Kehendak, kehendak, kehendak – itulah masalahnya dengan Israel; itulah masalahnya dengan kita semua. Ini adalah kehendak. Akan selalu ada kebingungan dalam pikiran manusia, sebagian besarnya, tetapi jalan melaluinya adalah kehendak yang benar-benar ditetapkan pada akhir Allah, berapa pun biayanya.

Dan kemudian, meskipun akan selalu ada unsur misteri dan kebingungan ini, disiplin dan instruksi, menumbuhkan kecerdasan hingga tanggung jawab, akan selalu ada margin besar untuk kedaulatan Ilahi. Pikirkan kembali tentang Paulus dan perjalanannya ke Roma. Saudara tahu apa yang ia katakan, bukan, di awal suratnya kepada orang-orang di Roma, jauh sebelum ia pergi kepada mereka. Pembukaan suratnya kepada mereka memberi tahu mereka tentang kasihnya dan doanya yang tak henti-hentinya untuk mereka, dan kemudian ia memberi tahu mereka bahwa ia ingin mereka tahu bahwa ia akan datang kepada mereka lagi dan berulang kali ia akan datang kepada mereka, tetapi ia terhambat. Di sini adalah seorang laki-laki yang hatinya tertuju pada kepentingan Tuhan di dalam Jemaat-Nya sebagaimana yang diwakili di Roma. Ia adalah seorang laki-laki yang hidupnya sepenuhnya dan seluruhnya diserahkan kepada Kristus dan Jemaat, yang rindu untuk dapat melayani Kristus kepada mereka dalam kepenuhan yang lebih besar, yang bermaksud untuk pergi, dan kemudian terhalang; dan bertujuan lagi dan terhalang; berusaha untuk bergerak ke arah mereka, dan tampaknya dikecewakan. Intinya adalah, betapa kuatnya tujuan dan keinginan akan Allah yang ada di sini – dan misterinya, misteri rintangan, kekecewaan dan penundaan!

Dan kemudian, akhirnya, pada akhirnya, bagaimana ia bisa sampai ke Roma? Sangat, sangat berbeda dari apa yang ia maksudkan, dan bertujuan, dan pikirkan! Ia tidak pernah menghitung dengan perjalanan terakhir itu dan semua yang ada di dalamnya. Tampaknya, di satu sisi, bahwa seluruh neraka menentukan bahwa ia tidak boleh sampai di sana. Di sisi lain, cara Allah yang misterius. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi jika Paulus pergi begitu saja ke Roma dengan cara ia pergi ke tempat lainnya, ke tempat-tempat lain, berkunjung, tetapi Allah memiliki pemikiran yang jauh lebih besar di dalam diri Paulus pada akhirnya mencapai Roma daripada yang pernah dipikirkan Paulus. Itu adalah misteri jalan Allah.

Nah, kapal terkandas, kapal terkandas adalah cara dia sampai di sana, tetapi sejarawan hanya merangkum semuanya dalam satu kalimat: “sesudah itu kami berangkat ke Roma …” keputusan jangka panjang, misteri antara konsepsi dan lahirnya dan perwujudannya – misteri campur tangan iblis, misteri kesulitan, misteri kebalikan dan kapal terkandas dan segala sesuatu yang lainnya, tetapi keputusannya: “sesudah itu kami berangkat ke Roma.” Kami datang ke Roma! Bimbingan Ilahi harus menutupi segalanya. Jika Paulus telah menetap di salah satu dari insiden-insiden ini, ia akan sungguh berada di dalam kesulitan yang sangat besar dengan Tuhan. Tapi, ia sampai di sana, ia sampai di sana, akhirnya.

Jika saudara dan saya, teman-teman terkasih, begitu diatur, didominasi, dikuasai, oleh akhir Allah – kepenuhan Kristus – dan dinikahkan dengan Kristus sendiri, dan akan membiarkan Tuhan melakukannya dengan cara-Nya sendiri, dan akan berusaha untuk menguasai makna dan nilai dari setiap bagian jalannya, akhirnya pasti, akhirnya terjamin. Akhirnya akan – “Sesudah itu kami berangkat ke Roma … kadang-kadang tampaknya seolah-olah kami tidak akan pernah sampai di sana! Kapal terkandas? Ya, kapal terkandas dalam banyak cara, ini kelihatannya sangat, sangat sepertinya kami tidak akan pernah sampai di sana, tetapi faktanya adalah, kami ada di sana!”

Tetapi kita harus melihat prinsip-prinsip bimbingan Ilahi. Yang pertama adalah tujuan Allah akan kepenuhan; yang kedua adalah alat perwujudan Allah, Jemaat adalah kepenuhan-Nya, dan ini adalah keterkaitan yang adalah hukum kepenuhan. Akan selalu ada cukup misteri tentang jalan-jalan Allah untuk menuntut iman, yang merupakan hukum bimbingan lainnya. Tapi, kedaulatan di atas segalanya untuk semua itu; dan tidak peduli apa penundaannya, kekecewaannya, rintangannya, atau ancamannya, pada akhirnya kita akan mengatakan tepat di atas semua waktu dan pengalaman itu ketika kita begitu berpikir sebaliknya, dalam situasi sekarang, tepat di atasnya: “Yesus memimpin-ku di sepanjang jalan.”

Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.