oleh T. Austin-Sparks
Bab 6 – Pemisahan Langit dan bumi
Krisis Pentakosta dan signifikan Roh Kudus. Kita telah terlalu jauh maju ke depan sekarang, dan telah membahas terlalu banyak dasar untuk melakukan apapun yang memadai dalam sifat ulasan dan ringkasan. Tapi, demi teman-teman yang baru pertama kali bergabung dengan kita, saya akan secepat mungkin menunjukkan di mana kita berada pada hari ini; tidak balik kembali lebih jauh dari pada pagi hari ini.
Hari ini, kita melihat apa arti kitab yang disebut “Kejadian” di dalam Perjanjian Lama itu dalam kaitannya dengan ciptaan jasmani – sebagai kitab permulaan dan banyak permulaan-permulaan – arti kitab “Kisah Para Rasul” di dalam Perjanjian Baru dalam kaitannya dengan ciptaan baru di dalam Kristus Yesus. Pada yang pertama, prinsip-prinsip rohani dibungkus dengan cara dan sarana yang alami. Dalam yang terakhir, prinsip-prinsip itu dibawa keluar secara telanjang; di sini kita memiliki prinsip-prinsip rohani dari segala pekerjaan Allah dan tujuan Allah, terungkapkan. Ciptaan baru mengikuti garis ciptaan lama dalam prinsipnya, dari langkah ke langkah, tahap ke tahap, dan pada pagi hari ini, kami mempertimbangkan tiga dari gerakan-gerakan itu di dalam Perjanjian Lama sebagai yang menggambarkan dan mewakili mereka di dalam ciptaan baru di dalam Kristus.
Kami mulai dengan kata-kata pertama: “Pada mulanya Allah …”. Dan kami menghabiskan beberapa waktu dengan itu dalam kitab Kisah Para Rasul. Kitab Kisah Para Rasul adalah perantaraan baru Allah di dalam sejarah dunia ini, dan apa yang kita miliki di sana adalah perjumpaan dengan Allah, bukan hanya dalam hal-hal jasmani, simbol, dan representasi dan sosok, tetapi dalam kenyataan rohani langsung di dalam kuasa Roh Kudus. Penekanan kami dalam hubungan itu diletakkan pada hal ini: bahwa kedatangan Roh Kudus, kehadiran Roh Kudus, kedatangan Roh Kudus, arti dari Pentakosta, adalah untuk membawa pendaftaran baru dan perkasa dari Allah atas dunia ini. Dan itu bukan hanya sebuah pernyataan kebenaran, itu adalah ujian hidup; sebuah ujian tentang apakah kita, secara individu dan kolektif, baik secara lokal maupun universal, benar-benar hidup dalam kebaikan kedatangan Roh Kudus. Apakah dampak, pendaftaran, efek, pengaruh, perasaan bahwa Allah hadir, Allah ada di sini, Allah ada bersama kita? Jadi demikianlah dalam “Kejadian kedua” ini. Orang-orang mengira bahwa mereka sedang berurusan dengan manusia, dan jadi mereka menjebloskan mereka ke dalam penjara. Mereka membunuh mereka, mereka menganiaya mereka. Mereka mengira bahwa mereka sedang berhadapan dengan gerakan, agama, sistem, dan aliran baru; mereka memperlakukannya dengan demikian, dan kemudian mereka bertemu dengan Allah, dan menemukan, seperti yang dikatakan Gamaliel, bahwa mereka tidak melawan manusia, dan tidak melawan sebuah sistem kebenaran, mereka berperang melawan Allah.
Maka, signifikan paling pertama dari ciptaan baru di dalam Kristus, adalah: Allah ada di sini – bukan dalam bentuk, bukan hanya dalam alat-alat seperti di dalam Perjanjian Lama – tetapi ada di sini secara pribadi, sebenarnya, langsung, segera. Allah ada di sini. Dan kita harus memperhitungkan dengan Allah, tetapi kita juga harus menikmati Allah – ini bekerja dua arah. Itulah hal pertama dalam kedua ciptaan itu: “Pada mulanya Allah”.
Hal kedua yang kami catat dan pikirkan adalah Roh yang melayang-layang. “Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.” Kami menunjukkan bahwa itu bukan hanya melayang-layang yang abstrak dan tidak tentu … itu adalah melayang-layang dalam tujuan, dalam antisipasi, dalam apa yang kita sebut suatu ketegangan, bahwa sesuatu harus terjadi, sesuatu harus dilakukan dengan situasi ini, ini bukanlah apa yang Allah maksudkan … keadaan hal-hal ini bertentangan dengan pikiran Allah dan Roh ada di sana di dalam suasana hati itu, merenung, melayang-layang di atas sesuatu yang tidak pernah bisa memuaskan Allah.
Kita sampai pada kitab Kisah Para Rasul, kita memiliki suatu periode – mungkin tampak sebuah periode yang singkat, sepuluh hari, akhir dari empat puluh – ketika ada semacam tanda kurung. Suasananya penuh dengan pengharapan. Sesuatu akan terjadi, sesuatu harus terjadi, kita menunggu untuk hal itu terjadi … tidak hanya diberitahu bahwa sesuatu akan terjadi dan pergi jalan-jalan, sambil menunggu hal itu terjadi, melainkan tegang, terkonsentrasi. Roh melayang-layang. Akan ada sesuatu. Kita menghabiskan cukup banyak waktu dengan hal itu dan apa artinya itu dan kemudian kita melanjutkan ke hal ketiga: perintah Ilahi, “Berfirmanlah Allah: “Jadilah terang.” Lalu terang itu jadi.”
Dan kembali lagi kepada kitab Kisah Para Rasul, kita melihat bagaimana, dengan Hari Pentakosta dan Kedatangan Roh Kudus, kegelapan lenyap, kegelapan bahkan yang menyelimuti pikiran mereka yang hadir. Sebab sesungguhnya mereka telah meraba-raba di dalam kegelapan, di dalam rahasianya, di dalam kebingungan, bertanya-tanya apa arti semua ini: penyaliban dan kematian, dan kebangkitan ini. Itu semuanya sangat aneh. Hal itu membutuhkan penjelasan, penjelasan yang perkasa. Mereka perlu memahami arti sebenarnya dari semua itu dan di sanalah mereka berada. Roh datang, dan segera, hal pertama yang terjadi adalah bahwa Alkitab terbuka dengan terang baru. Petrus berdiri dengan sebelas yang lainnya, mengambil Alkitab-nya, itu adalah kitab baru. Ia belum pernah melihat sebelumnya, ia tidak akan pernah bisa berperilaku seperti yang dilakukannya, jika ia telah melihat arti dari Salib, bahwa “menurut maksud dan rencana-Nya” semua itu telah terjadi. Sekarang ia mengatakannya! Ia telah mendapatkan sisi batiniah dari Salib yang belum pernah ia lihat sebelumnya, atau ia tidak akan pernah bisa menyangkal Tuhan-nya jika ia telah mengetahuinya dan melihatnya. Jadi ia mengambil Alkitabnya dengan Yoel dan dengan Daud, dan dalam wacana yang luar biasa itu, ia membuka Kitab Suci sebagaimana Tuhan telah membukanya kepada para murid, ia melakukan itu sekarang di bawah sinar terang baru yang telah datang masuk ini … Allah telah berfirman, “Jadilah terang!” dan terang itu jadi! Nah, hal itu membawa jauh lebih banyak hal-hal dengannya daripada yang kami ulangi sekarang, saya hanya menunjukkan garis yang telah kita ambil.
Sekarang, pada sore hari ini kita akan pergi sejauh yang kita bisa dengan lebih banyak lagi tentang hal ini. Kita sampai pada fakta besar keempat dalam gerakan paralel ini. Fakta keempat adalah
Itu adalah salah satu tindakan pertama Allah. Langit dan bumi telah kehilangan kekhasan mereka, mereka semuanya tercampur aduk dalam kekacauan. Saudara tidak bisa membedakan mana yang mana. Langit telah turun dan menyelimuti bumi, dan bumi telah menjadi berkabut, dan itu semuanya ada di sana: satu gumpalan yang tidak tentu. Dan Tuhan berkata: “Kita harus memisahkan kedua hal ini. Kita harus dengan jelas mendefinisikan kedua alam ini, dan kita harus menempatkan masing-masing pada tempatnya. Apa yang menjadi milik sorga harus diletakkan di sana, dan apa yang menjadi milik bumi harus diletakkan di sana, dan harus ada cakrawala di antaranya; sebuah lingkup atau alam pemisah, pembagian antara langit dan bumi.
Kita sampai pada kitab Kisah Para Rasul dan Perjanjian Baru. Perkenankan saya hanya mengatakan di sini, dengan cara menjernihkan pikiran saudara tentang suatu perkara, bahwa keempat Injil yang dimasukkan ke dalam jilid Perjanjian Baru kita sebelum kitab Kisah Para Rasul, tidak dituliskan sebelum Kisah Para Rasul. Intinya adalah bahwa kita memiliki banyak di dalam Injil yang menggambarkan kehidupan Tuhan Yesus tentang hal-hal rohani di dalam kitab Kisah Para Rasul. Sekarang saudara akan melihatnya, setidaknya dalam satu koneksi, dalam beberapa saat.
Di sini, kemudian, dengan gerakan ini, tindakan ini, tindakan Allah yang menentukan ini, pintu terbuka dan di sanalah muncul segala ajaran yang kita miliki di dalam Perjanjian Baru tentang perbedaan antara yang sorgawi dan yang duniawi; jika saudara berkenan, antara pikiran alami dan rohani. Dan saudara, teman-teman terkasih, saya cukup yakin menyadari sampai taraf tertentu banyak, banyak masalah besar karena kurangnya diskriminasi antara kedua hal itu: memisahkan kedua hal itu dan menempatkan mereka ke dalam tempat yang mereka miliki dan mengetahui apa yang menjadi milik alam ini, dan apa yang menjadi milik alam itu. Harus ada, dalam penetapan dan pengaturan dan tindakan Allah, cakrawala atau bentangan antara langit dan bumi. Sampai hal ini demikian, ini semuanya masih kebingungan … ini semuanya masih kekacauan.
Ketidak-mampuan untuk membedakan dan mendiskriminasi di sini adalah penyebab kesulitan dan kesusahan yang hampir tak terkatakan. Sebuah contoh yang bagus adalah dalam pasal ketiga Injil oleh Yohanes; sebuah ilustrasi yang indah tentang hal ini: Nikodemus. Nikodemus … apa kesimpulan akhir dari pembicaraan Tuhan dengan Nikodemus? Dengan cara apa semuanya mengarah? Apa keputusan yang akhirnya Tuhan berikan kepada Nikodemus? “Kamu tidak percaya, waktu Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal duniawi, bagaimana kamu akan percaya, kalau Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal sorgawi?” Itu adalah ringkasan dari semuanya. Berikut ini adalah seorang laki-laki dengan kecerdasan yang hebat, banyak pendidikan, banyak pengaruh di bumi, bahkan secara agama. Seorang laki-laki yang mengetahui Alkitabnya, Perjanjian Lama, dengan sangat teliti; yang sangat mengenal sepenuhnya semua pergerakan sejarah, terutama sejarah bangsanya sendiri, Israel. Seorang laki-laki yang merupakan perwakilan sepenuhnya dari apa yang duniawi secara beragama, meraba-raba di dalam kegelapan … berkeliaran di dalam bayang-bayang, merasakan dan meraba-raba untuk sesuatu seperti orang buta.
Yesus, dalam berbicara dengannya tentang dilahirkan dari atas sebagai kebutuhan mendasar untuk permulaan pemahaman tentang hal-hal sorgawi, berkata, pada dasarnya: “Ini adalah dua alam dan engkau telah mencampur-adukkannya. Engkau semuanya bercampur aduk; semuanya dalam kekacauan. Engkau berada dalam kegelapan, Nikodemus, sampai terjadi sesuatu di dalam diri engkau dari sorga, sebuah kelahiran baru. Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh; sampai yang terakhir itu terjadi, engkau tidak akan melihat sekilas pun atau secercah pun dari makna hal-hal sorgawi.” Itulah contohnya. Ada, tentu saja, banyak yang lainnya. Banyak yang lain, dan ketika saudara tiba ke dalam kitab Kisah Para Rasul, saudara mendapatkannya: kasus demi kasus tentang orang-orang yang telah mewarisi dan dibesarkan dalam kepenuhan tatanan lama dan ajaran lama yang sepenuhnya berada di dalam kegelapan!
Sida-sida Etiopia itu telah pergi ke Yerusalem ke bait suci, ke markas besar semua itu; telah pergi ke sana. Tidak diragukan lagi, karena ia jelas-jelas adalah seorang yang mencari, mencari … seorang yang sedang mencari sesuatu, dan meninggalkan Yerusalem dan kembali, tidak menemukan apa yang sedang ia cari, masih seorang laki-laki dalam kegelapan … Roh mengambil tindakan. Itulah titik fokusnya: Roh mengambil tindakan, Roh Kudus, “Lalu kata Roh kepada Filipus: “Pergilah ke situ dan dekatilah kereta itu!” Sekarang, perhatikan apa yang terjadi. Sida-sida itu sedang membaca dalam nubuat Yesaya, pasal 53. Ia telah mendapatkannya, ia telah mendapatkan Alkitabnya, ia telah mendapatkan apa yang saudara sebut “jantung segala sesuatu” itu sendiri, sejauh mana surat itu bersangkutan. Filipus, oleh Roh berkata, “Mengertikah tuan apa yang tuan baca itu?” – itulah intinya.
Ada perbedaan antara membaca Alkitab dan memahami apa yang saudara baca dalam terang, penerangan Roh Kudus – mereka adalah dua hal yang berbeda, dua dunia yang berbeda. Saudara dapat membaca Alkitab dan berada di dalam satu dunia dan kemudian saudara dapat membacanya lagi dan berada di dalam dunia yang sama sekali lain. Dan orang malang dalam kegelapan itu berkata, “Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?” Mengambil Kitab Suci yang sama, Filipus memberitakan Yesus kepadanya. Dan Roh Kudus masuk dan menciptakan ruang di antaranya, meletakkan segalanya di tempatnya, memberikan wahyu yang luar biasa ini. Filipus pasti telah membawanya jauh, pasti telah membawanya jauh dengan Yesaya 53. Saya ragu apakah saudara pernah mendengar khotbah tentang baptisan orang percaya dikhotbahkan di Yesaya 53. Filipus jelas melakukan itu, sebab secara spontan sida-sida itu berkata, tanpa referensi apa pun dalam narasi itu tentang baptisan, “Lihat, di situ ada air; apakah halangannya, jika aku dibaptis?” Filipus jelas telah memberitahunya bahwa Yang Satu itu dari Yesaya 53 telah mati untuknya, dan sebagai dia, mewakili dia di dalam kematian dan penguburan, di bawah penghakiman Allah. Ia pasti telah membawanya jauh dan sida-sida itu ternyata, meskipun tidak dikatakan, pasti telah berkata, “Oh, begitu, begitu! Aku telah salah mengerti tentang hal ini. Aku telah berada dalam kabut tentang hal ini, sekarang aku mengerti! Ini jelas; hal-hal sorgawi telah menjadi nyata.” Hal-hal sorgawi sekarang sudah jelas baginya. Apakah saudara mengerti maksudnya, tanpa saya berlama-lama merenungkannya?
Kondisi Nikodemus, atau sida-sida ini, atau yang lainnya, dan mungkin contoh yang lebih menonjol dari hal itu sendiri adalah Saulus dari Tarsus … siapa pun, jika ada orang yang mengetahui sisi duniawi dari hal-hal beragama, ia tahu. Ia tahu. Ia adalah seorang laki-laki di dalam kegelapan, bukankah demikian? Ia kemudian berulang kali mengatakan hal-hal yang dengan jelas menunjukkan bagaimana ia tahu bahwa sampai sorga menerobos masuk, ia adalah seorang laki-laki di dalam kegelapan. Ia berkata, “Ia berkenan menyatakan Anak-Nya di dalam aku, Ia berkenan menyatakan Anak-Nya di dalam aku.” Ini hanyalah cara lain untuk mengatakan: “Ketika Allah menerobos masuk, ketika Kristus menerobos masuk, Ia meletakkan segala sesuatu di tempatnya masing-masing dan menunjukkan kepada aku bahwa semua itu, semua itu bagaimanapun juga, hanyalah pengetahuan duniawi. Meskipun beragama, itu semuanya hanya pengetahuan duniawi. Itu hanyalah kemampuan alami-ku untuk menangani dan berurusan dengan Firman Allah, dan kekacauan apa yang telah aku bikin dari semuanya itu!” Tetapi sekarang, dengan memisahkan antara yang alami dan yang rohani, dan menempatkan mereka di tempatnya masing-masing, sungguh luar biasa perbedaannya! Yang satu tidak bernyawa, yang lainnya hidup.
Sekarang, apa artinya ini? Nah, hanya ini saja: bahwa tanda kerohanian sejati (yang hanya mengatakan tentang kehidupan yang diatur oleh Roh Kudus) adalah kemampuan untuk membedakan antara hal-hal yang duniawi dan dari manusia, dan hal-hal yang sorgawi dan dari Allah. Dan setelah mengatakan itu, teman-teman yang terkasih, saya telah mengatakan hal yang penting, jika saya boleh mengatakannya; hal yang jauh lebih penting daripada yang saya kuatirkan saudara mungkin sadari, sebab hanya di sinilah terdapatkan begitu banyak masalahnya. Ada, (dengarkan!) ada perbedaan yang sama besarnya di sini di antara orang Kristen, seperti yang ada di antara bukan orang Kristen dan orang Kristen.
Kekristenan saat ini sebagian besar terbagi antara apa yang disebut “liberal” dan “konservatif”, “modernis” dan “fundamentalis”, mereka mengklaim bahwa ini adalah dua kutub yang terbelah. Ya, mungkin! Tetapi apa yang saya katakan adalah ini: bahwa ada perbedaan yang sama besarnya antara banyak orang Kristen evangelis atau fundamentalis, dan orang-orang rohani. Karena saudara percaya pada ke-ilahian Kristus, kelahiran seorang perawan, kematian yang menebuskan, kebangkitan tubuh, dan kedatangan kembali secara pribadi, ilham dari Kitab Suci, dan sebagainya, itu tidak menjadikan saudara seorang laki-laki atau perempuan yang rohani. Saudara dapat memiliki semua itu, dan menjadi orang yang paling tidak rohani dalam hidup dan dalam perilaku.
Ya, saudara mungkin … menggunakan istilah “fundamentalis” dari jenis yang paling fanatik, dan tetap menjadi seorang laki-laki atau perempuan yang tidak suci dan tidak rohani. Ada kesenjangan yang sangat besar bahkan di sana, antara yang duniawi dan yang sorgawi. Dan salah satu hal yang membuat seseorang rohani, atau yang menjadi ciri orang yang rohani, adalah kemampuan untuk membedakan antara hal-hal yang berbeda. Itu adalah ungkapan Paulus, bukan? “Hal-Hal yang berbeda.” Dan seluruh surat pertamanya kepada jemaat di Korintus didasarkan pada hal itu. Kekacauan seperti apa! Betapa kacaunya di Korintus! Sungguh suatu kebingungan! Sungguh suatu kontradiksi! Sungguh suatu ketidak-efektifan! Sungguh suatu kelemahan! Sungguh suatu kemaluan! Mengapa? Pikiran alami telah masuk ke dalam jemaat dan telah menguasai hal-hal rohani dan menurunkannya ke tingkat itu. Seluruh upaya rasul adalah untuk membawa Salib masuk untuk memotong bersih antara pikiran alami dan pikiran rohani. Dan ia berkata, “Tetapi manusia rohani menilai segala sesuatu.” Apakah saudara telah memahami ini? Sungguh, inilah apa yang terjadi dengan orang-orang ini pada Hari Pentakosta. Mereka sangat duniawi sampai saat itu meskipun sangat setia secara agama, tetapi Roh Kudus membuka jalan antara jiwa dan roh, antara yang duniawi dan yang sorgawi, antara yang alami dan yang rohani. Dan jika saudara mau mengambil ini sebagai kuncinya, saudara akan menemukan begitu banyak di dalam Perjanjian Baru saudara.
Tuhan Yesus menggunakan metode ibarat karena hal itu sendiri. Ia berkata kepada murid-murid-Nya: “Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak.” Wawasan, penilaian, pemahaman, membedakan – suatu kemampuan, yang diberikan Roh Kudus, untuk mengetahui dengan sebenarnya apa yang sorgawi dan apa yang bukan sorgawi, apa yang duniawi. Hari ini, Kekristenan adalah sebuah campuran yang mengerikan antara dunia dengan hal-hal keagamaan, dengan hal-hal orang Kristen. Kedua hal tersebut telah saling menaungi satu sama lain, dan kebanyakan orang Kristen tidak mengetahui perbedaannya.
Sudahkan saya mengatakan cukup banyak tentang hal itu? Saudara lihat, prinsip agung yang diucapkan di permulaan di dalam yang jasmani ada di sini disingkapkan dan ditegakkan di dalam yang rohani, dalam dispensasi Roh. Di bawah naungan Roh, pemerintahan Roh, selalu ada perbedaan, diskriminasi, dan pemisahan yang jelas antara apa yang sorgawi dan apa yang duniawi. Dan jika saudara belum memilikinya di dalam hidup saudara, saudara tidak memiliki kesaksian. Jika saudara bingung dengan apa yang ada di sini sebagai seorang Kristen, saudara tahu betul bahwa tidak ada dampak dari hidup saudara terhadap lingkungan saudara. Saudara dinetralkan, seperti adanya hal-hal sebelum Allah memisahkan antara langit dan bumi.
Sekarang, itu mungkin semuanya sangat misterius bagi sebagian dari saudara, terutama yang lebih muda, tetapi jika saudara tidak dapat mengerti dan memahaminya, jangan hanya menganggapnya tidak ada artinya, jika saudara berjalan terus di dalam hidup dalam Roh, saudara akan belajar. Roh akan memberi tahu saudara di dalam hati saudara sendiri: “Lihat di sini; itu milik alam yang bukan milik-mu sebagai anak Allah. Tinggalkan itu! Tinggalkan itu.” Ia juga akan berkata: “Lihat di sini, ini adalah hal yang baik untuk kamu, untuk keuntungan-mu, di sinilah ke mana kamu harus pergi, di mana kamu seharusnya berada, apa yang harus kamu lakukan, untuk kesejahteraan rohani-mu.” Ia akan membuat perbedaannya bagi saudara di dalam hati saudara sendiri. Oh, untuk kehidupan dan jemaat, yang begitu diatur oleh Roh sehingga tidak ada campuran dan kebingungan, dan dengan demikian, menetralkan keefektifan yang nyata.
Yah, itu terlalu panjang untuk satu hal, bukan? Mari kita datang kepada yang berikutnya. Dan saya pikir saya hanya harus menyebutkan ini dan meneruskan, sebab saya ingin mengatakan lebih banyak lagi tentang hal itu, mungkin pada malam hari.
Hal berikutnya yang muncul dalam urutan, fakta yang mengatur-segalanya:
Saya hanya akan menyebutnya, saudara akan ingat bahwa manusia adalah mahkota dan pusat dari segala sesuatu di dalam maksud penciptaan Allah. Di dalam Perjanjian Baru, ini demikian. Izinkan saya meninggalkannya untuk sementara waktu agar tidak merusaknya karena kekurangan waktu, sebab itu adalah kepentingan utama, sementara saya melanjutkan ke hal berikutnya dalam gerakan ini.
Kita telah sampai sejauh ini: manusia berada di tempatnya, dan Manusia berada di tempat-Nya adalah kunci segalanya. Selanjutnya:
Sekarang saudara lihat, sangat sulit untuk tidak menetap dengan hal yang lain itu di dalam kitab Kisah Para Rasul, tetapi ini sangat jelas bahwa Manusia ada di tempat-Nya ketika saudara masuk ke dalam kitab Kisah Para Rasul – Manusia ada di tempat-Nya – Pusat dan kunci segalanya ada di sana. Kita akan meninggalkan Dia di sana untuk sementara waktu.
Kemudian, musuh. Musuh, seperti namanya: orang yang berlawanan. Berlawanan dengan semua ini dari Allah, bagi Allah; kepada Allah. Berlawanan dengan terang. Berlawanan dengan ketertiban – allah kebingungan. Berlawanan dengan segala sesuatu, dan memusatkan perlawanannya pada Manusia. Yah, itu sangat jelas. Manusia berada di tempat-Nya, Roh Kudus datang dan membentuk, pada mulanya, seratus dua puluh ini, ekspresi korporat dari Manusia – Kristus dalam representasi dan ekspresi korporat. Sebagaimana dikatakan Paulus, “satu Manusia baru.”
Gerakan selanjutnya adalah melawan Manusia di sorga dan Manusia di sini, seperti yang diwakili dalam perkumpulan korporat. Sebuah langkah untuk menghancurkan, sebuah langkah untuk merusak, langkah untuk menghancurkan ciptaan baru seperti yang dilakukannya dengan yang lama. Dan sungguh suatu langkah! Kitab Kisah Para Rasul adalah, seperti yang saudara ketahui, hanyalah satu catatan yang panjang dan sangat lengkap dari kegiatan musuh yang banyak sisi dan jahat. Ini hampir menarik untuk menonton ular dan gerakannya. Kadang-kadang halus, datang sebagai malaikat terang, kadang-kadang siap untuk menyerang dengan racunnya. Tapi itu dia, awasi dia! Sampai ke titik yang indah, yang indah ini: “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.” Dan Musuh berkata, “Aku akan menghancurkan itu! Aku akan merusak itu! Aku akan mengganggu itu!” Dan Ananias dan Safira menjadi alatnya. Kita memiliki kisah mengerikan tentang terobosan yang masuk ke dalam lingkaran itu, persekutuan itu, kehidupan organik itu, tentang sesuatu yang diperhitungkan untuk mengacaukan dan menghancurkan, dan membawa masuk kematian, kematian, kematian. Pukulan maut tepat di jantungnya.
Dan saya tidak akan membawa saudara melalui kitab itu, saudara mengetahuinya, tetapi saudara pikirkanlah lagi: saudara melihat Musuh sedang bekerja pada Ciptaan Baru ini, untuk menghancurkannya. Ia sepertinya tidak akan berhenti. Baiklah, tapi apa yang kita lihat? Apa yang kita lihat? Saudara lihat, seperti yang telah kami katakan, inilah perjumpaan dengan Allah! Oh, puji Allah, teman-teman terkasih, bahwa di dalam dispensasi ini Allah telah berkomitmen, telah melibatkan diri-Nya sendiri, dan telah datang ke jemaat-Nya untuk menghadapi kekuatan jahat ini. Dan meskipun jemaat akan merasakan pukulannya, orang percaya akan mengetahui tekanan dari pertentangan rohani ini, hasil dari setiap serangan gencar, hasil dari setiap serangan gencar adalah bahwa Tuhan memiliki situasi dan masalahnya di dalam tangan-Nya. Ia memilikinya! Saya tergoda untuk mengambil contoh-contoh darinya – kitab ini penuh dengannya. Melalui, melalui Herodes yang digerakkan dan diilhami iblis itu, iblis menyerang jemaat, dan menyerang pada titik yang sangat, sangat vital di dalam jemaat ketika ia menyerang Petrus. Tetapi sorga tertarik akan hal ini dan Herodes, dan ia yang mengilhami dan memberinya energi, harus menghadapi Allah. Masalahnya semakin buruk bagi Herodes!
Tetapi kitab ini menyelesaikan dirinya sendiri ke dalam ini: Allah bergerak, iblis balik melawan, dan Allah mengambil langkah terakhirnya, setiap saat. Itu karena Allah terlibat dalam masalah ini dengan umat-Nya; Allah telah mempercayakan diri-Nya kepada jemaat-Nya. Pentakosta berartikan itu! Kedatangan Roh hanya berarti Allah telah mempercayakan diri-Nya sendiri, Allah telah keluar, dan Allah telah, pada dasarnya dan dalam tindakan, berkata, “Ini urusan-Ku. Ini perkara-Ku. Sentuh ini, kamu menyentuh Aku; lawan ini, kamu melawan Aku.”
Dan siapa yang akan mengatakan, betapapun sulitnya melihat keseluruhannya, bagaimanapun juga, siapa yang akan mengatakan bahwa campur tangan awal itu, campur tangan asli itu dari iblis di taman itu tidak diambil alih oleh Allah untuk membawa masuk sesuatu yang lebih besar daripada yang mungkin pernah terjadi, dan bahwa sesuatu yang lebih besar itu adalah kasih karunia. Kasih karunia! Jika manusia tidak pernah jatuh kepada iblis, kasih karunia tidak akan pernah ada di dalam kamus bahasa. Saya katakan sulit untuk mengatakannya di dalam terang segala yang diartikan dari kasih karunia, dan segala yang ada yang menuntut kasih karunia. Namun demikian, kasih karunia adalah hal yang paling indah yang pernah dinyatakan kepada manusia, dan itu hanya bisa datang dengan campur tangan iblis. Ini adalah satu cara untuk mengatakan hal-hal, tetapi itu adalah kunci kepada banyak hal dalam kitab Kisah Para Rasul ini. Penderitaan, ya. Iblis membuat mereka menderita, tetapi mereka belajar pelajaran sorgawi yang luar biasa melalui penderitaan mereka, dan mereka bertumbuh secara luar biasa secara rohani melalui kegiatan iblis. Rasul yang merupakan salah satu dari mereka di dalam kitab ini yang merupakan contoh luar biasa itu sendiri dari hal ini, dapat menulis di kemudian hari: “Aku menghendaki, saudara-saudara, supaya kamu tahu, bahwa apa yang terjadi atasku ini justru telah menyebabkan kemajuan Injil.” Ketika saudara mempertimbangkan hal-hal yang menimpanya, saudara dapat melihat tangan iblis dengan sangat jelas bekerja untuk keruntuhannya, untuk kehancurannya, tetapi apa yang terjadi justru telah menyebabkan kemajuan Injil. Semuanya baik-baik saja, Roh Kudus yang berkuasa.
Sekarang, teman-teman terkasih, dengan satu kata singkat tentang satu hal lain, kita akan meninggalkannya untuk sore ini. Hal berikutnya dalam gerakan ini adalah:
Saudara lihat itu adalah sebuah gerakan. Hal berikutnya dalam catatan Kejadian adalah bahwa iblis telah campur tangan dan telah melakukan pekerjaan jahatnya, tetapi ia belum mengalahkan akhir Allah. Perluasan yang luar biasa akan terjadi di atas bumi, cakrawala menekan balik – saudara dapat melihat di sini di kejauhan, hal-hal terbuka yang jauh melampaui batas taman itu dan dindingnya atau pagarnya. Dan dari pemusatan pekerjaan Ilahi itu, seluruh bumi akan dipenuhi, diisi ulang, disediakan; buahnya akan berkembang, bertambah, dan akan tumbuh sampai ke ujung bumi. Jika itu adalah dari satu sudut pandang, semacam kehancuran, dari sudut pandang lain itu adalah terobosan buka. Ketika saudara datang kepada kitab Kisah Para Rasul, saudara dapat melihatnya dengan sangat jelas dalam kenyataan rohani.
Di sini adalah Yerusalem dan di sini adalah serangan gencar iblis atas para murid dalam pembunuhan Stefanus. Tampaknya racunnya paling beracun terhadap Stefanus melalui mereka yang Tuhan Yesus sendiri katakan bahwa bapa mereka adalah iblis, “Iblislah yang menjadi bapamu … Ia adalah pembunuh manusia sejak semula” di sinilah dia, melalui mereka, anak-anaknya, menunjukkan permusuhannya yang mengerikan, limpanya, kebenciannya. “Mereka menyambutnya dengan gertakan gigi dan sambil menutup telinga serentak menyerbu dia!” Sungguh suatu gambaran kebencian, kedengkian, iblis, setan. Ya, apakah itu terlihat seperti malapetaka, sebuah tragedi, suatu akhir? “Mereka yang tersebar setelah kematian Stefanus itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil.” Yerusalem hancur, tetapi Yerusalem tersebar! Ini sungguh indah, hampir romantis.
Bahkan para rasul membatasi hal-hal. Yakobus yang malang telah mengusulkan perjanjian sumpah Nazaret, untuk menahan hal-hal dalam batas-batas tertentu. Mereka sendiri tidak punya niat untuk meruntuhkan tembok Israel; Roh Kudus telah melakukannya dan mempercepatnya, pertama-tama oleh kematian Stefanus itu sendiri. Ia menyebarkan mereka semua ke negeri-negeri. Dan kemudian, melalui diri Petrus sendiri, jauh di Kaisarea di rumah Kornelius. Petrus yang malang, ia berada di dalam posisi yang paling malu karena hal itu, tetapi ia berkata: “Siapakah aku ini? Bagaimanakah mungkin aku mencegah Roh Kudus?” Roh Kudus telah menangani hal ini terlepas dari segalanya. “Sampai ke ujung bumi” firman Tuhan. Bukan Yerusalem saja, bukan Samaria sebagai tambahan, dan bahkan tidak seluruh Yudea; tetapi “sampai ke ujung bumi”. Tuhan telah mengatakan itu. Mereka terlambat dan iblis ditentang, tetapi Roh Kudus telah menangani masalah itu, dan memang demikianlah adanya.
Kitab Kisah Para Rasul dibagi menjadi dua bagian utama. Sampai dengan pasal 12, ini adalah pendirian jemaat di Palestina, Yerusalem dan sekitarnya. Dari pasal 12 dan selanjutnya, ini adalah “sampai ke ujung bumi” tepat sampai ke Roma. Ini adalah Kisah Roh Kudus!
Sekarang, teman-teman terkasih, saudara lihat aplikasinya dan implikasinya. Signifikan Roh Kudus … saudara tidak pernah bisa hanya menjadi lokal, terbatas, sempit, kecil di dalam pandangan saudara, dan penglihatan, dan minat, dan perhatian, jika saudara adalah seorang manusia dari Roh. Tidak kurang jangkauan dan cakrawala yang lebih sempit daripada keseluruhan dari apa yang untuknya Allah telah menunjuk Anak-Nya sebagai yang berhak atas segala sesuatu! Tidak kurang dari itu yang harus menjadi perhatian saudara jika saudara berada di bawah pemerintahan Roh Kudus. Dan jika saudara benar-benar seperti itu; jika kita benar-benar seperti itu, hal-hal akan terjadi. Kita tidak akan perlu mencoba dan mewujudkannya, mengatur untuk mewujudkannya – mereka akan terjadi.
Tuhan memiliki hal ini di dalam tangan. Yang Ia butuhkan hanyalah untuk memiliki kita di tangan, dan sepenuhnya di tangan. Kita tidak perlu kuatir. Semua masalah kita, semua kesulitan kita, semuanya yang menyusahkan kita, akan terpecahkan ketika Roh Kudus benar-benar menguasai kita dan segalanya. Pekerjaannya akan terus berlanjut!
Yah, kami akan meninggalkannya di sana untuk saat ini.
Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.