oleh T. Austin-Sparks
Bab 4 – Manusia Duniawi … di Alam Hal-Hal Sorgawi
Bacaan: Yohanes 3:3, 6, 8, 10-13; 1 Korintus 2:7-16, 3:1-4.
Ketika kami membuka perkara yang telah Tuhan taruh di dalam hati kami pada saat ini, salah satu komentar kami adalah bahwa seluruh Perjanjian Baru berkaitan dengan penggantian manusia duniawi dengan Manusia sorgawi, dan kami telah melanjutkan untuk melihat sesuatu tentang betapa benarnya hal itu. Saya dapat memperbesar itu dan mengatakan bahwa hal yang sama berlaku tentang Perjanjian Lama, membawa seluruh Alkitab sejalan dengan itu – menggantikan manusia duniawi dengan yang sorgawi, menggantikan yang satu demi kepentingan yang lain.
Kita juga telah melihat bagaimana surat kepada jemaat di Roma cocok dengan pasal ketiga Yohanes pada poin yang ditandai oleh ayat 14-21. Kita telah melihat bagaimana kedua orang itu, Nikodemus yang mewakili manusia duniawi, dan Yesus Anak Manusia, berhadapan satu sama lain, tidak memiliki kesamaan apa pun, tetapi saling memandang melintasi jurang pemisah yang besar. Dan kemudian bagaimana Salib diperkenalkan, dan dalam misteri identifikasi mereka berdua turun ke dalam maut: satu-satunya manusia duniawi tertinggal selamanya di dalam kubur sejauh mana menyangkut pandangan Allah; yang lain, Manusia sorgawi, dibangkitkan dan berlangsung selamanya. Itulah surat kepada jemaat di Roma, yang titik fokusnya adalah pasal 6.
Sekarang ini sangat mudah bagi kita untuk melihat dari pasal-pasal yang telah kita baca dari Yohanes 3 dan 1 Korintus bagaimana surat pertama kepada jemaat di Korintus ini cocok dengan pasal ketiga dari Yohanes itu. Pernyataan pertama, “Kamu harus dilahirkan dari atas”, didefinisikan sebagai dilahirkan dari Roh, kodrat darinya dikatakan sebagai yang rohani – “apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh” – dan kemustahilan luar biasa yang berhubungan dengan manusia duniawi disingkirkan ketika kita dilahirkan dari Roh. Jangkauan dan jarak jauh dari pemikiran dan niat Ilahi segera terbuka, dan itu semua ditandai dengan sangat jelas bagi kita di sini dalam surat kepada jemaat di Korintus ini. Kita segera berada di hadapan dua laki-laki ketika kita membuka surat ini: manusia duniawi atau alami, dan manusia rohani. Sekarang ini bukanlah dua laki-laki di luar Kristus, kedua orang itu menempati satu tubuh. Ini adalah orang-orang Kristen, tetapi orang-orang Kristen yang terbagi-bagi. Saya tidak berbicara tentang orang Kristen dalam bentuk jamak, tetapi orang Kristen secara individu. Orang-orang Kristen yang terbagi-bagi menciptakan kondisi yang terbagi-bagi di luar. Faktanya adalah bahwa ada perpecahan di sini, sebuah pembagian di dalam orang Kristen. Keduanya ditemukan di sebuah tempat yang sama sekali bertentangan dengan maksud Allah; kedagingan di satu sisi, dan kerohanian di sisi lain. Manusia duniawi membawa penangkapan atas manusia rohani; manusia rohani menemukan dirinya tidak dapat melanjutkan, di bawah batasan yang ketat dan berat karena manusia duniawi yang ada di sampingnya. Seluruh surat ini melanjutkan untuk menunjukkan bagaimana keduanya ini bertentangan satu sama lain, dan betapa tidak mungkin-nya situasi bagi mereka untuk hidup berdampingan.
Apa jumlah isi surat itu sebenarnya hanyalah ini. Dikatakan, pada dasarnya, manusia yang lahir dari atas tidak boleh mengikuti manusia duniawi, tidak boleh mencoba berjalan bergandengan tangan dengan manusia duniawi. Surat itu hampir seluruhnya penuh dengan keduniawian manusia duniawi ini, tetapi di atasnya, membayangi-nya, adalah manusia rohani. Kita menemukan keduniawian di sini di dalam diri orang Kristen dalam tiga kategori standar duniawi.
(a) Berkenaan dengan hikmat
Pertanyaan tentang hikmat adalah standar yang sempurnanya dan murninya duniawi dengan jemaat di Korintus ini. Mereka menganggapnya sebagai hal yang penting, hal tertinggi, hikmat dunia ini. Sikap mereka adalah bahwa jika saudara diberkahi dengan hikmat dunia ini dalam arti dan kepenuhan yang ekstra, itu menjadikan saudara seseorang yang penting, itulah yang membuat saudara penting.
Dan kemudian ada aspek lain dari standar duniawi mereka. Mereka melihat orang-orang dan menilai orang-orang sepenuhnya dari sudut pandang duniawi. Jika saudara adalah seseorang sebagai seorang di bumi ini yang dapat diperhitungkan secara alami, meskipun saudara mungkin seorang yang sangat rohani, kerohanian saudara memberi saudara beberapa pengaruh dan kedudukan, dan oleh karena itu kerohanian saudara disalahpahami dan disalahartikan, dan saudara dibuat menjadi sesuatu yang penting secara alami oleh kerohanian saudara sendiri; begitu halusnya manusia duniawi ini. Itu tentu saja terbuktikan dengan cara mereka memandang para rasul. Seseorang berkata, “Aku dari golongan Paulus.” Mengapa mereka berkata, “Aku dari golongan Paulus?” Mereka menilai dia secara alami. Paulus memiliki anugerah, nilai-nilai rohani, ukuran rohani, pengaruh rohani. Paulus adalah faktor rohani, tetapi mereka tidak mengatakan, “Ini adalah kerohanian Paulus yang membuat Paulus menjadi siapa dia itu”, mereka berkata, “Paulus sendiri adalah orang yang penting, seseorang yang harus diperhitungkan.” Mereka kehilangan makna rohaninya dan hanya menjadikan laki-laki itu sesuatu dan melakukan kekerasan terhadap apa yang membuatnya menjadi pengaruhnya.
Yang lain berkata, “Aku dari golongan Apolos.” Apolos memiliki kualifikasi dan kualitas tertentu yang kita ketahui. Ia perkasa dalam Kitab Suci, ia adalah seorang yang fasih berbicara (Kisah Para Rasul 18:24-25). Ia bisa bernalar dan berdebat dan menang debat, dan itu menarik bagi sisi duniawi orang-orang ini, dan mereka menilai Apolos murninya dari standar duniawi. Yang lain berkata, “Aku dari golongan Petrus”; standar penilaian yang sama: bukan kerohanian mereka yang diperhitungkan sebagai siapa mereka itu, tetapi hanya fakta bahwa mereka adalah sesuatu, dan itulah hal yang penting, bahwa saudara adalah sesuatu, bukan bahwa saudara rohani. Betapa daging-nya itu, betapa duniawinya itu. Itu dilakukan dengan cukup banyak. Orang-orang dipandang secara dangkal mengenai kedudukan mereka, pengaruh mereka, nilai mereka, dan orang tersebut dijadikan sesuatu hanya karena posisi yang mereka pegang, dan bukan bagaimana mereka sampai di sana, berapa biayanya, semua penderitaan dan kesusahan serta penyaliban diri yang memberi mereka posisi itu di hadapan Allah.
Tentu saja, satu-satunya hasil dari memandang segala sesuatu dengan cara duniawi itu, dari standar nilai-nilai duniawi itu, adalah pembagian. “Bukankah kamu bertindak seperti manusia, manusia duniawi ketika kamu mengatakan hal-hal ini?” Itu hanyalah manusia, bukan Manusia sorgawi, dengan cara apa pun, tetapi manusia duniawi. Saya akan kembali ke sana lagi, mungkin, sebelum kita selesai.
(b) Berkenaan dengan perilaku
Kategori kedua dari hal-hal duniawi di sini dalam surat ini adalah perilaku duniawi. Oh, tindakan, perilaku, orang-orang ini seperti yang dinyatakan dalam surat ini, mengerikan dan memalukan: pengungkapan, lisensi, tuntutan hukum, legalitas, perjamuan Tuhan. Perilaku duniawi di segala arah dan koneksi – perilaku yang memalukan – manusia duniawi di gereja.
(c) Berkenaan dengan ‘kerohanian’
Ketiga – saya akan menggunakan sebuah kalimat yang akan terdengar aneh, tentu terdengar seperti kontradiksi dalam istilah – ‘kerohanian duniawi’, Ada banyak tentang itu di mana-mana. Artinya, menarik hal-hal sorgawi turun ke bumi. Orang-orang ini dimuliakan dalam karunia rohani. Paulus berkata mereka adalah karunia rohani. Tuhan memberikan mereka dari sorga, tetapi orang-orang ini, karena posisi duniawi mereka, menarik mereka turun dari alam sorgawi mereka dan menjadikan mereka duniawi dan memuliakan mereka sebagai hal-hal untuk membawa manusia menjadi terkenal dan untuk membawa kepuasan kepada kehidupan alami, kehidupan-jiwa manusia. Ini sangat menyenangkan untuk melihat hal-hal luar biasa ini bekerja. Lidah memang luar biasa, supranatural, di luar kebiasaan, tetapi jika ini dijadikan sesuatu dalam dirinya sendiri, tidak akan lama sebelum akan muncul fanatisme. Fanatisme bukanlah dari sorga; itu jahat dan itu menghancurkan jemaat. ‘Kerohanian’ duniawi. Saya dapat merenungkan itu untuk waktu yang lama dalam banyak dan berbagai bentuknya. Saya hanya menunjukkan bahwa dalam surat ini kita memiliki di satu sisi presentasi manusia duniawi ketika ia datang ke alam hal-hal sorgawi dan mengganggu keseimbangannya, mengacaukan segalanya, dan menciptakan sebuah situasi yang merupakan pelanggaran dari sifat hal-hal yang sorgawi itu sendiri dan sebuah kontradiksi dengan apa yang lahir dari Roh.
Apa yang dikatakan Roh Kudus melalui rasul di dalam surat ini adalah bahwa manusia sorgawi tidak akan melakukan hal-hal ini. Tidak satu pun dari hal-hal ini akan menjadi karakteristik manusia sorgawi.
Ambil contoh soal pembagian ini. Paulus berkata di sini, atau, Roh melalui Paulus berkata di sini, “Ini daging, ini alami, ini duniawi.” “Sebagai manusia”. Pembagian ini adalah aspek hal-hal manusia duniawi. “Aku pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi … bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?” (1 Korintus 3:1-3). Ini tidak dilarang bahwa kita harus, dalam pengertian manusia yang sempurna, menjadi manusia. Tuhan tidak ingin kita memiliki roh tanpa tubuh. Itu bukanlah apa yang ada di sini, tetapi ketika ia berbicara tentang menjadi sebagai manusia, yang ia maksud adalah manusia duniawi ini, dan saudara dilarang untuk menjadi seperti itu, dan ia berkata bahwa pembagian di antara umat Tuhan adalah pengungkapan fakta tentang keduniawiannya umat Tuhan dan Ia menetapkan menghadapi itu Manusia sorgawi, dan ia sampai ke pasal 12 – satu tubuh, satu Roh, dan keterkaitan yang lengkap dari seluruh anggota tubuh. Dan di sini, dalam menjawab tentang pembagian ini, ia bertanya, “Adakah Kristus terbagi-bagi?” Manusia sorgawi tidak terbagi, dan ekspresi Manusia sorgawi adalah jemaat sebagai satu tubuh, dan ia kembali dengan itu ke meja perjamuan Tuhan. “Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus?” (1 Korintus 10:16). “Satu roti, satu tubuh.” Ini adalah Manusia sorgawi, dan tidak ada pembagian di dalam Manusia sorgawi, semua pembagian adalah milik keduniawian, mereka adalah karakteristik keduniawian, mereka adalah tanda-tanda keduniawian.
Telah ada banyak hal yang dikatakan dan ditulis tentang pembagian dan persatuan, semuanya dengan maksud untuk mencoba dan membawa lebih banyak kesatuan Kristen. Kadang-kadang ini dijadikan masalah ajaran esensial, bahwa kita berhenti untuk dibagikan oleh yang tidak esensial, dan kita akan mengambil dasar umum bersatu di atas ajaran-ajaran esensial. Kadang-kadang ini adalah permohonan pada Yohanes 17, “Supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu”, doa yang agung untuk keesaan Tuhan. Kadang-kadang hal itu dijadikan dasar permohonan untuk kesatuan. Ada hal-hal lain yang dapat saya sebutkan yang telah dikemukakan sebagai dasar kesatuan Kristen. Sekarang, mereka mungkin tidak semuanya salah. Jangan berpikir bahwa saya sedang mengambil posisi yang lebih tinggi dan berkata bahwa saya memiliki tempat yang lebih tinggi dari itu, tetapi apa yang saya sampai di sini adalah ini di dalam Perjanjian Baru: tempat di mana pembagian di antara orang-orang Kristen ditunjukkan dengan cara yang paling terbuka menghubungkan pembagian itu sepenuhnya dengan keduniawian orang-orang Kristen. Dan bertentangan dengan itu, ini menunjukkan dengan cukup jelas bahwa di dalam Manusia sorgawi pembagian-pembagian itu tidak ada dan tidak dapat ada. Oleh karena itu, hanya ketika orang Kristen mengambil dasar sorgawi, dasar Manusia sorgawi, dan menjadi serupa dengan Manusia sorgawi maka pembagian seperti itu akan berhenti mempengaruhi mereka. Itulah yang ada di sini. Ini adalah masalah yang harus kita perhatikan dengan cermat, seluruh masalah pembagian dan perselisihan di antara orang-orang Kristen ini.
Seperti yang telah kami katakan sebelumnya, objek Yohanes adalah untuk membawa masuk Manusia sorgawi, dan menunjukkan bagaimana Ia meniadakan dan menggantikan manusia duniawi dan, mengabaikan pembagian pasal, melihat Injil sebagai satu hal dan melanjutkan ke titik itu yang ditandai oleh pasal 17, “Demikianlah kata Yesus. Lalu Ia mengadah ke langit dan berkata: “Bapa, telah tiba saatnya … ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada” (ayat 1-5). Pengaturan doa itu adalah di dalam kekekalan, di luar waktu. Dan kemudian melalui doa, seberapa seringnya “mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia”, “Aku bukan dari dunia”, “Semua orang yang Engkau berikan kepada-Ku keluar dari dunia”, “bukan dari dunia”, “keluar dari dunia”, “Aku bukan dari dunia”. Pengaturannya ada di luar waktu, dan di luar dunia, dan saudara harus melihat kesatuan itu, “supaya mereka semua menjadi satu” membutuhkan pengaturan itu, dan saudara tidak akan pernah memilikinya sementara manusia masih duniawi di dalam standar penilaian mereka, di dalam perilaku mereka, di dalam ‘kerohanian’ mereka.
Sebagian besar Kekristenan saat ini bersifat duniawi; ini menurut standar manusia. Doa Tuhan Yesus hanya mungkin dijawab dan digenapi ketika umat Tuhan menjadi umat sorgawi, dan Ia berkata dengan cukup jelas bahwa itu tidak berarti bahwa saudara secara harfiah harus meninggalkan bumi. “Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat.” “Mereka bukan dari dunia.” Ini bukanlah meninggalkan dunia secara harfiah. Tidak, ini adalah keterpisahan dan pemisahan rohani batiniah dari standar dunia ini sebagai penggerak dan pengatur pikiran, gagasan, konsepsi, orang-orang Kristen. Saudara turun ke bumi, dan saudara dapat memperpanjang – aku dari golongan Paulus, aku dari golongan Apolos, aku dari golongan Petrus, aku dari golongan Wesley. Berapa banyak orang yang bisa saudara sebutkan namanya? Ini semua milik alam yang sama; ini duniawi.
Satu-satunya cara yang mungkin untuk menangani masalah ini adalah dengan mengambil dasar Kristus di sorga, dan seperti yang dikatakan Paulus dalam surat kedua, “Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang juga pun menurut ukuran manusia. Dan jika kami pernah menilai Kristus menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilai-Nya demikian” – dan jemaat di Korintus melakukan itu. “Aku dari golongan Kristus”, menjadikan Kristus bagian darinya. “Dan jika kami pernah menilai Kristus menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilai-Nya demikian” (2 Korintus 5:16). Kita mengenal Kristus menurut Roh, Manusia sorgawi, dan sikap kita terhadap semua orang Kristen adalah dari jenis itu. Kita memiliki pengetahuan tentang satu sama lain sejauh mana Kristus hadir di dalam satu sama lain. Ukuran Kristuslah yang menciptakan kesatuan. Kita melanjutkan hanya sejauh mana Kristus dominan dan unggul dan berkuasa. Ketika kita berhenti menjadi Kristus, atau ketika ini berhenti menjadi Kristus, dan kita mulai mengambil sesuatu yang lain, kita tidak dapat melangkah lebih jauh. Kita berkata, “Aku akan terus pergi bersamamu selama kita masih bertemu Tuhan di dalam satu sama lain, tetapi jika kamu turun pergi ke jalan itu, kita tidak bisa melangkah lebih jauh lagi.”
Tapi ingatlah, ini adalah tantangan yang luar biasa seluruh pertanyaan tentang keesaan dan kesatuan rohani ini. Jika saudara mengkhawatirkannya sama sekali, dan sangat banyak yang bergantung padanya, ingatlah bahwa jiwa manusia adalah tempat bermain Iblis. Ini bukan hanya bahwa orang-orang Kristen terbagi-bagi, ini adalah bahwa Iblis telah mendapatkan apa yang ia inginkan. Dengan cara itu, Ia menetralkan objek kematian Kristus itu sendiri: “Dengan demikian semua orang akan tahu …” (Yohanes 13:35). Saudara harus ingat bahwa ini akan menjadi Tubuh dalam kesatuan sempurna yang pada akhirnya akan mengusir seluruh hierarki Iblis dari sorga, dan pembagian di antara umat Tuhan adalah cara Iblis untuk menunda itu, menghalangi itu, melawan itu. Dan pembagian dan perpecahan itu bersumber dari iblis, ini adalah sesuatu yang lebih dari sekedar kesalahpahaman.
Kami sudah sering mengatakan hal-hal ini di sini, tetapi izinkan saya mengingatkan saudara bahwa jika Iblis dapat melakukannya dengan sederhana, ia akan segera melakukannya dengan cara itu, sebab itu tidak mengkhianatinya. Jika ia bisa dengan cara yang sederhana membawa pembagian di antara beberapa umat Tuhan sehingga mereka benar-benar dapat menyelesaikannya dengan alasan yang sederhana dan berkata, “Tidak ada yang sangat Iblis tentang itu”, ini hanyalah itu yang melayani tujuan Iblis dengan paling sesuai. Ia dapat menyembunyikan dirinya di balik hal-hal sederhana dan mengecewakan orang-orang Kristen dalam hubungan mereka dengan hal-hal kecil yang, di hadapannya, tidak dapat dikatakan sebagai gerakan neraka. Itu sangat cocok untuknya. Jika ia tidak dapat melakukannya dengan sederhana, ia akan melakukannya dengan cara yang jauh lebih drastik, dan ia akan membawa hal ini lebih tinggi dan lebih tinggi lagi, sehingga jika tidak mungkin untuk membawa pembagian di antara orang-orang Kristen dengan cara sederhana di balik mana ia bersembunyi, yang tidak menunjukkan jejak tangannya yang nakal, ia akan pergi tepat ke tempat di mana, karena tidak dapat melakukannya di sepanjang garis sederhana yang biasa itu, ia akan membawanya ke alam di mana itu sangat menyeluruhnya rohani sehingga saudara tidak dapat melacaknya. Saudara hanya tahu bahwa sesuatu telah terjadi, dan antara saudara dan orang lain, atau di antara umat Tuhan, sesuatu telah terjadi, suatu ketegangan, suatu jarak. Saudara tidak bisa mengatakan itu karena alasan ini atau itu, saudara tidak bisa mengalaskannya pada apa pun sama sekali. Kita tidak bertengkar; kita tidak memiliki kesalahpahaman apa pun; ini bukan karena ini atau itu, namun di sinilah dia: entah bagaimana ada keterkaitan yang tegang, atau ketidak-terkaitan. Iblis akan mengikutinya seperti itu dan menciptakan sebuah situasi yang sama sekali tidak nyata dan tidak benar dengan jalur penalaran praktikal, tetapi ia akan melakukannya. Ambillah ini ke dalam hati; ini sangat penting jika tujuan Allah ingin dicapai – yaitu, keserupaan dengan Kristus, kepenuhan Kristus, bahwa Kristus harus menjadi segalanya di dalam segala sesuatu, kita harus meletakkan ini di dalam hati.
Jadi, kita perlu keluar dari dan semakin menjauh dari dan lebih jauh lagi dari dasar duniawi. Perencanaan kekuatan jahat, roh-roh yang memecah belah, tidak terhitung jumlahnya dalam hal ini. Tidakkah saudara melihat bahwa seringkali ketika musuh telah mengikat umat Tuhan dengan beberapa hal-hal duniawi bahwa saudara akan segera mulai bertengkar? Kesulitan muncul atas hal-hal duniawi. Iblis akan membuat saudara terlibat dalam beberapa tanggung jawab duniawi, beberapa kewajiban duniawi, beberapa masalah duniawi, membuat saudara terlibat dengan beberapa masalah mesin-mesin dan organisasi-organisasi, sisi hal-hal duniawi, dan kemudian kesulitan muncul, dan hal itu menjadi membebani dan bermasalah dan kemudian saudara akan mencari kambing hitam – dan itu karena si ini dan itu melakukan ini! Menyalahkan akan melekat di suatu tempat. Ia telah membawa saudara ke dasar duniawi, dan akan menghancurkan persatuan saudara dengan melibatkan orang-orang dalam hal-hal duniawi.
Saya sedang mencoba untuk menunjukkan kepada saudara bahwa segala jenis keterlibatan dalam hal-hal duniawi memberi musuh dasar untuk menimbulkan perselisihan dan ketegangan ini. Kita harus sangat berhati-hati bagaimana kita membiarkan diri kita terlibat dalam hal-hal duniawi, bagaimana kita mengambil hal-hal duniawi sebagai orang Kristen. Mungkin ada beberapa jerat, beberapa halangan, di dalamnya. Musuh saat ini akan membawa beberapa masalah di sepanjang garis itu. Kesederhanaan hidup, sejauh mana dunia ini bersangkutan, adalah cara yang paling aman.
Nah, ini semua ada dalam kompas surat ini kepada jemaat di Korintus. Di sini adalah seseorang yang memiliki beberapa properti. Orang Kristen lain juga terlibat, dan di sini adalah urusan duniawi dunia ini. Salah satu dari orang-orang ini gagal dalam beberapa cara, atau menegaskan beberapa kepentingan pribadi. Orang Kristen lainnya pergi ke hukum. Paulus berkata, “Adakah saudara yang satu mencari keadilan terhadap saudara yang lain, dan justru pada orang-orang yang tidak percaya?” (1 Korintus 6:6). Itu adalah kasus yang ekstrim, tetapi itu menggambarkan apa yang saya maksud. Orang-orang Kristen terlibat dalam sesuatu, kemudian kesalahpahaman atau kepentingan pribadi timbul dalam beberapa cara, dan kemudian melanjutkan untuk mendapatkan hak-hak saudara dijaminkan kepada saudara. Tidak masalah tentang jemaat, tidak masalah tentang Nama Tuhan, saudara harus menegakkan hak-hak saudara. Jemaat dapat dibelah dari atas ke bawah.
Tuhan Yesus, Manusia sorgawi, tidak pernah membiarkan diri-Nya sendiri untuk sedetik pun untuk terlibat dalam hal-hal di bumi ini. Ia menjalani kehidupan yang sangat sederhana. Ini menghemat banyak masalah. Saya tahu itu mungkin menimbulkan beberapa masalah bagi sebagian dari saudara, tetapi saya hanya sedang mencoba untuk menekankan intinya. Kita harus menetap di atas dasar Kristus sebagaimana Ia dikenal menurut Roh, sebagai Manusia sorgawi, sebagai Satu yang tidak berada di bawah sini seperti manusia lain jika akan ada kemenangan kehidupan rohani ini. Jika kita akan turun ke bawah sana pada tingkat manusia dan membiarkan reaksi kita terhadap sikap dan perilaku orang terhadap kita untuk menjadi reaksi manusia duniawi – mereka memberi kita sesuatu, kita memberi mereka sama atau lebih baik dalam perkataan atau perbuatan – jika kita turun pada tingkat seperti itu, untuk membalas dendam, untuk menjadi seimbang, untuk membela hak-hak kita dan seterusnya, kita melanggar prinsip kelahiran baru kita itu sendiri, kita menentang kelahiran kita dari atas. Seluruh Perjanjian Baru mengatakan itu. Dan saudara akan dicela, tetapi saudara tidak boleh mencela; saudara akan difitnah, tetapi saudara tidak boleh menjawab balik. Saudara tidak boleh menemui daging dengan daging, bumi dengan bumi. Saudara harus mempertahankan posisi saudara. Petrus berkata, “Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah” (1 Petrus 2:20). Tetaplah di dasar sorgawi.
Sekarang saya ingin mengumpulkan semua ini. Masih ada lebih banyak lagi dalam surat ini. Tapi saya ingin merangkumnya dengan cara ini. Bukti keduniawian ditemukan dalam apa yang Roh katakan dan dalam fakta bahwa Ia harus mengatakannya. Fakta bahwa surat kepada jemaat di Korintus ini terdiri dari apa yang ada di sini dalam dirinya sendiri merupakan bukti dari keadaan jemaat Korintus. Roh Kudus berbicara menurut apa yang Ia ketahui sebagai keadaan segala sesuatu. Pelayanan di dalam Roh Kudus akan selalu mengkhianati keadaan umat. Saudara benar-benar tidak dapat berbicara tentang beberapa hal di dalam Roh Kudus di antara beberapa orang, “Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani” (1 Korintus 3:1). Dalam surat kepada orang-orang Ibrani, saudara memiliki sesuatu yang serupa tentang Melkisedek – “Tentang hal itu banyak yang harus kami katakan, tetapi yang sukar untuk dijelaskan, karena kamu telah lamban dalam hal mendengarkan” (Ibrani 5:11). “Kamu tidak ada dalam keadaan itu”, kata penulis, “untuk mendengarkan mereka.” Pikirkan tentang wahyu Ilahi apa yang tertahan karena kondisi rohani! Dan di sini rasul berkata – “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.” Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah” (1 Korintus 2:9, 10). “Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani” – ada pembatasan yang dikenakan pada pelayanan dan wahyu oleh kondisi rohani.
Di sisi lain, bukankah ini suatu hal yang agung ketika Roh Kudus bebas untuk memberi dalam kepenuhan tanpa pengekangan dan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah semuanya bisa keluar! Ini menunjukkan bahwa ada keadaan yang siap, ada peluang yang dihadirkan. Fakta bahwa surat ini memiliki di dalamnya apa yang ada di dalamnya, mengkhianati keadaan umat ini. Bagaimana Tuhan berbicara, bahwa Ia harus mengatakan hal-hal seperti ini, hanya menunjukkan seperti apa orang-orang itu. Ambil, misalnya, satu poin. Surat ini penuh dengan itu. Ambil 1 Korintus 13, klasik besar tentang kasih. Tidak ada yang seperti itu tentang kasih di seluruh Alkitab, bukan karena orang-orang ini begitu penuh kasih sehingga Tuhan dapat berbicara kepada mereka seperti itu tentang kasih, tetapi karena mereka begitu tidak mengasihi. Ia harus menetapkan melawan kondisi rohani mereka sesuatu yang kontras dengan kondisi rohani mereka. Ia harus berbicara seperti ini, dan siapa pun akan jatuh di hadapan wahyu kasih ini. Pecahkan, dan kita masing-masing harus berlutut dan berkata, “Itu menemukanku!” “Kasih itu sabar, kasih itu murah hati.” Itu bukan Korintus, dalam terang semua yang telah dikatakan sampai saat ini. “Sabar … Tapi kamu pergi kepada hukum dengan satu sama lain! Kasih tidak cemburu … tidak sombong karena hikmat duniawi. Kasih tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mecari keuntungan diri sendiri.” Bagian mana pun dari itu akan menemukan siapa pun, tetapi bagaimana itu menemukan jemaat di Korintus!
Baliklah ke surat-surat kepada jemaat di Tesalonika, dan apa yang saudara miliki di sana? “Kasihmu seorang akan yang lain makin kuat di antara kamu” (2 Tesalonika 1:3). “Kamu tidak perlu berkata apa-apa (1 Tesalonika 1:8), semua orang berbicara tentang kamu, kasihmu berlimpah, dikenal di seluruh jemaat.” Ini adalah cara yang berbeda untuk berbicara tentang kasih, ini menunjukkan keadaan orang-orang. Jika saudara dapat mengatakan, “Kasihmu berlimpah dan semua orang tahu tentang itu” ada keadaan yang baik di sana. Jika saudara harus mengatakan, “Kasih tidak cemburu … tidak sombong … tidak mencari keuntungan diri sendiri”, ini mengungkapkan suatu keadaan.
Bentuk di mana Kristus disajikan sesuai dengan kesempatan yang diberikan. Itu adalah aksioma lain, kebenaran lain. Bagaimana Ia disajikan dalam surat pertama kepada jemaat di Korintus? “Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan” (1 Korintus 2:2). “Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa” (1 Korintus 1:18). Saudara tahu bahwa kata “pemberitaan” di sana adalah ‘logos’, bukan hanya sebuah bagian dari pidato. Ini adalah kata yang digunakan oleh Yohanes: “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah … Firman itu telah menjadi manusia” (Yohanes 1:1, 14). Itulah kata yang digunakan Paulus di sini, Logos dari Salib. Kristus disajikan sebagai disalibkan, Salib; dan kemudian secara korporat, “Satu tubuh, satu Roh” (1 Korintus 12:13). Itulah bagaimana Kristus disajikan kepada jemaat di Korintus. Itu adalah semua kesempatan yang mereka berikan untuk presentasi Kristus. Ia akan disajikan dengan cara lain kepada orang lain. Bandingkan presentasi Kristus dengan jemaat di Kolose. Tidak ada apa pun di dalam seluruh Alkitab yang dapat dibandingkan dengan Kolose 1, atau lagi, Filipi 2. Betapa menakjubkannya penyajian Kristus itu. Tetapi di sini, ini harus Kristus yang disalibkan. Benar-benar suatu tuduhan terhadap kondisi rohani!
Apa artinya ini? Ini berarti begini, bahwa jika kita menginginkan semua yang Allah ingin kita miliki, jika kita ingin melihat Kristus sebagaimana Allah akan menyatakan Dia kepada kita, dan untuk memberikan kepada kita semua yang ada dalam jangkauan kata-kata itu, “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia”, kita harus memberikan kesempatan kepada Allah untuk itu, dan satu-satunya kesempatan adalah untuk mengambil dasar sorgawi. Saudara mendapatkan wahyu sorgawi jika saudara mengambil dasar sorgawi; saudara mendapatkan presentasi Kristus yang penuh dan mulia jika saudara mengambil dasar Kristus, Manusia sorgawi.
Posisi kitalah yang menentukan seberapa jauh kita berjalan terus, berapa banyak yang akan Tuhan berikan kepada kita. Jadi marilah kita bertanya kepada Tuhan, “Tuhan, apakah aku bertindak atas dasar manusia? Cara-ku berbicara – apakah itu cara manusia berbicara? Cara-ku bertindak – apakah itu cara manusia bertindak? Reaksi-ku terhadap apa yang aku temui – begitukah cara manusia melakukannya? Apakah aku berada di level rendah itu? Yah, aku tidak akan pergi jauh.” Kita harus datang pada hal-hal dari atas, bukan dari bawah, dan jika demikian, maka tidak ada halangan untuk melanjutkan. Tuhan mempercayakan diri-Nya sendiri kepada Manusia sorgawi sebagaimana Ia tidak akan melakukannya kepada manusia duniawi. Semoga Tuhan menjelaskan hal ini kepada kita di dalam hati kita!
Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.