oleh T. Austin-Sparks
Bab 8 – Dalam Surat-Nya kepada Timotius
“… Injil dari Allah yang mulia dan diberkati, seperti yang telah dipercayakan kepadaku” (1 Timotius 1:11).
“Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah …” (2 Timotius 1:8).
“… Juruselamat kita Yesus Kristus, yang oleh Injil telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa. Untuk Injil inilah aku telah ditetapkan sebagai pemberita, sebagai rasul dan sebagai guru” (2 Timotius 1:10).
“Ingatlah ini: Yesus Kristus, yang telah bangkit dari antara orang mati, yang telah dilahirkan sebagai keturunan Daud, itulah yang kuberitakan dalam Injilku …” (2 Timotius 2:8).
Sekarang kita sampai pada pemikiran penutup kita tentang apa yang disebut Paulus sebagai “Injil yang aku beritakan”. “Injil dari Allah yang mulia dan diberkati.” Pertama-tama, kita perlu mencatat terjemahan yang benar dari kata-kata ini, sebab versi-versi yang berbeda menerjemahkannya dengan cara yang berbeda. Versi Diotorisasi memiliki: “Injil yang mulia dari Allah yang maha bahagia.” Saudara akan melihat betapa berbedanya ini dari Versi Revisi yang telah saya kutip di atas. Yang terakhir – yang Revisi – adalah terjemahan yang benar dari pernyataan tersebut, dan poin-nya untuk memastikan yang benarnya adalah ini. Paulus tidak sedang berbicara tentang apa Injil itu – isi Injil. Ia sedang berbicara tentang Injil yang ada kaitannya dengan perwujudan kemuliaan Allah. Itu mungkin terdengar sedikit teknis, tetapi ini sangat penting. Izinkan saya ulangi: Apa yang Paulus maksudkan di sini adalah Injil, atau kabar baik, yang prihatin dengan perwujudan kemuliaan Allah. Kemuliaan Allah dalam perwujudannya – itulah Injil.
Perhatikan hal lain: “Injil dari Allah yang mulia dan diberkati.” Ada terjemahan yang mengubah kata itu, dan menggunakan kata ‘bahagia’ menggantikan kata ‘diberkati’: “Injil dari Allah yang mulia dan maha bahagia.” Tapi itu kedengarannya tidak tepat, bukankah demikian, di telinga kita? Namun, jika kita memahami arti sebenarnya, kita harus menyadari bahwa itu bukanlah kata yang sama sekali tidak pantas.
Ada dua kata Yunani yang diterjemahkan ‘diberkati’ di dalam Perjanjian Baru. Satu, yang jauh lebih umum, secara harfiah hanyalah berarti ‘dibicarakan dengan baik.’ Itu adalah arti harfiahnya, tetapi di dalam Perjanjian Baru, itu hampir secara eksklusif digunakan dalam arti ‘diberkati’, dan dengan demikian diterjemahkan. Namun, itu bukanlah kata yang digunakan di sini. Kata yang digunakan di sini – kata kedua dari dua kata yang telah saya rujuk – adalah kata yang jauh lebih jarang muncul. Itu adalah sebuah kata yang mengungkapkan apa yang secara tepatnya berbicara adalah yang benar tentang Allah saja: yaitu, keunikan Allah sebagai apa Dia itu di dalam diri-Nya sendiri, sama sekali terlepas dari apa yang orang pikirkan tentang Dia atau katakan tentang Dia. Ini hanyalah siapa Dia itu di dalam diri-Nya sendiri. Saudara dapat berpikir sesuka saudara, dan mengatakan sesuka saudara, tetapi Allah adalah ini. Inilah kata yang di sini diterjemahkan ‘diberkati’. Kata itu benar-benar berarti kebahagiaan yang khidmat, tenang, tentram, abadi yang memenuhi hati Allah. Jika saudara bisa merasakan definisi itu, saudara hampir memahami arti kata yang diterjemahkan ‘diberkati’ di sini. Ini adalah Injil tentang kebahagian hati Allah yang tenang, tentram, yakin; berita baik, kabar baik, tentang itu.
Apa kemuliaan Allah ini yang menjadi Injil itu, kabar baik itu? Ini adalah kemuliaan Allah dalam wahyu tentang diri-Nya sendiri di dalam Anak-Nya Yesus Kristus. Wahyu tentang diri-Nya sendiri. Di dalam Perjanjian Lama, kemuliaan Allah memiliki bentuk simbolis, seperti yang kita ketahui. Misalnya, di Tempat Maha Kudus di kemah suci, di antara kerub pada tutup pendamaian, kemuliaan ditemukan. Kemuliaan menutupi tutup pendamaian. Itu adalah cahaya yang mengalir di atas tutup pendamaian, di atas tabut perjanjian, mengalir dan berfokus di sana. Itu adalah pancaran sorgawi. Itu hanyalah sebuah simbol. Apa yang dilambangkannya ada di sini – terang Allah mengalir di atas, dan melalui, Anak-Nya Yesus Kristus. Itulah kemuliaan Allah. Paulus dalam menulis kepada Jemaat di Korintus mengatakannya sebagai berikut: “terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus” (2 Korintus 4:6). Ini adalah apa yang ada di dalam Tuhan Yesus, kepuasan Allah yang sempurnanya tenang, tentram, sentosa, kekal.
Sekarang, berikut ini adalah hal yang sangat luar biasa. Saudara menanggung kemuliaan Allah. Banyak yang dikatakan tentang itu, dan saudara diberitahu bahwa itulah yang akan saudara temukan di dalam Alkitab; bahwa, jika saudara membaca Alkitab, di sana saudara akan menemukan banyak hal tentang kemuliaan Allah. Ketika saudara mempelajari Alkitab untuk mencari kemuliaan Allah, apa yang saudara temukan? Seorang Manusia! Saudara menemukan bahwa saudara dihadapkan dengan seorang Manusia. Saudara tidak bisa lepas dari Manusia itu: Perjanjian Lama selalu menunjuk, dengan berbagai cara dan metode dan jalan, kepada seorang Manusia; Perjanjian Baru, dari awal sampai akhir, memiliki satu Manusia dalam pandangan, seorang Manusia selalu dalam pandangannya. Sehingga saudara harus mengatakan: ‘Ini adalah jawaban untuk pencarian-ku. Aku sedang mencari pengetahuan tentang kemuliaan Allah, dan jawaban Allah untuk pencarian itu adalah seorang Manusia.’ Itu hanyalah sebuah eksposisi dari kalimat kecil ini, “Injil dari Allah yang mulia dan diberkati”, yang merupakan wahyu Allah di dalam Anak-Nya, Yesus Kristus.
Di sini, Allah diwakili sebagai yang berada di dalam keadaan ketenangan yang sempurna, ketentraman, ketenangan, kepastian kekal dan kepuasan dan kegembiraan, dan segala sesuatu yang dapat diringkas dalam kata ‘berkat’. Allah direpresentasikan sebagai berada, Allah dinyatakan sebagai yang berada di dalam kondisi itu. Apa dasar dari keadaan Allah itu? Ini hanyalah bahwa Allah telah menemukan ekspresi diri-Nya yang sempurna dan lengkap di dalam diri seroang Manusia. Ya, kita tahu siapa Manusia itu. Saya tidak mengabaikan atau mengesampingkan Ketuhanan-Nya, Ketuhanan-Nya sendiri, tetapi saya tidak sedang memikirkan hal itu sekarang. Saudara lihat, Allah menciptakan manusia dengan tujuan yang sangat, sangat tinggi. Memang, manusia diciptakan untuk menjawab dan memuaskan hati Allah: dan ketika kita mengatakan itu, kita mengatakan hal-hal yang luar biasa. Untuk memuaskan hati Allah! Ada sebagian orang yang mengambil banyak kepuasan. Memang, mereka sepertinya tidak pernah puas. Segala sesuatunya selalu gagal memenuhi standar dan cita-cita mereka. Tetapi saudara bisa pergi jauh, saudara bisa pergi sejauh mungkin dengan konsep kepuasan manusia apa pun, dan saudara masih jauh, sangat jauh, tidak terjangkaunya jauh, dari ide Allah. Allah jauh lebih besar, jauh lebih indah.
Kita memiliki di dalam ciptaan yang jatuh refleksi yang samar tentang betapa indahnya dan agungnya Allah itu. Namun bahkan ketika kita memandang ciptaan ini sebagaimana adanya, dengan segala kesalahannya dan kelemahannya dan variasinya dan seterusnya, kita harus berdiri dengan kagum dan menyembah. Kita dapat melihat hanya indikasi samar-samar tentang betapa indahnya Allah itu, dan betapa banyaknya yang harus dilakukan untuk memuaskan Dia. Namun di sini Ia berada dalam keadaan kepuasan yang mutlak, tenang, sentosa, tentram, bahagia, sebab semua pikiran-Nya, semua keinginan-Nya, semua niat-Nya, dan semua usaha pertama-Nya, sekarang telah diwujudkan dan disempurnakan – bukan dalam ciptaan pada umumnya, tetapi di dalam seorang Manusia. Manusia itu menjawab kepada Allah sampai pada persyaratan terakhir dari Pikiran yang tak terbatas itu. Betapa agung-nya Kristus itu! Allah menemukan, oleh karena itu, kebahagiaan-Nya, keberkatan-Nya, kepuasan-Nya, ketenangan-Nya, di dalam itu.
Mungkin saudara berpikir, ‘Itu adalah kata-kata yang indah, itu adalah pikiran-pikiran yang sangat indah untuk diungkapkan, tetapi di manakah nilai praktisnya?’ Ah, itulah Injil, saudara lihat. Menurut saudara apakah Tuhan Yesus, Anak Allah, datang dan mengambil posisi sebagai manusia, dan dijadikan sempurna untuk kepuasan Allah yang menyeluruh dan final, hanya agar Allah memilikinya di dalam satu Manusia? Tidak, Injil adalah ini, bahwa Tuhan Yesus adalah wakil dari semua manusia yang akan Allah miliki. Ia adalah representatif dan ia adalah inklusif. Awal Injil yang lama dan indah, yang saudara dan saya, setelah sekian lama mengenalnya, masih sering membutuhkan, demi ketenangan kita sendiri, untuk memahami dengan lebih sempurnanya, hanyalah ini: bahwa Yesus Kristus, Anak Allah, adalah suatu bidang ke dalam apa kita dipanggil, diminta datang, diundang untuk masuk dengan iman, sehingga kita tersembunyi di dalam Dia tentang siapa kita itu di dalam diri kita sendiri; Allah hanya melihat Dia dan bukan kita. Suatu hal yang luar biasa! Saudara harus mengesampingkan segala argumen dan segala pertanyaan saudara, dan menerima fakta Allah. Bahwa kalimat ini, “di dalam Kristus”, yang muncul dua ratus kali dan lebih di dalam Perjanjian Baru pastinya memiliki arti tertentu.
Hal yang pertama, dan mungkin yang mencakup segalanya, yang diartikan, adalah bahwa, jika saudara berada di dalam Kristus, Allah melihat Kristus alih-alih melihat saudara. Saya memiliki selembar kertas kecil di sini. Biarlah kertas ini mewakili saudara atau saya di dalam diri kita sendiri, apa kita itu. Saya memasukkannya ke dalam sebuah kitab, dan kitab itu mewakili Kristus. Saudara tidak melihat kertas itu lagi, saudara hanya melihat kitabnya. Itu adalah posisi kita “di dalam Kristus”. Itulah arti dari Kristus. Semua kepuasan-Nya kepada Allah diperhitungkan kepada kita. Itulah Injil: ketika saudara dan saya berada di dalam Kristus, Allah puas dengan kita – tenang, bahagia, diberkati. Oh, Injil yang luar biasa! Saudara tidak bisa menangkapnya, atau menjelaskannya, tetapi itulah fakta yang dinyatakan. Ini adalah Injil kemuliaan dari Allah yang puas.
Menempatkan kembali ujian yang kami terapkan dalam hubungan lain di bab sebelumnya, ini hanyalah begini: bahwa, ketika saudara dan saya benar-benar datang ke dalam Kristus dan menemukan tempat kita di dalam Kristus, salah satu hal pertama yang kita sadari adalah bahwa semua ketegangan telah hilang; kita telah tiba ke tempat peristirahatan. Ketenangan yang luar biasa, yang tidak alami, telah datang ke dalam diri kita. Kita merasa pertempurannya sudah berakhir antara kita dan Allah. Ini mengagumkan; kondisi yang diberkati dan bahagia. Nah, itulah pengalaman kita, tetapi apa kepentingannya? Ini adalah Roh dari Allah yang bahagia yang menjadi saksi kebahagiaan Allah di dalam hati kita. “Injil dari Allah yang mulia dan diberkati.” Tahap pertama dari itu adalah sebuah posisi. Kita ada di dalam Kristus.
Tahap kedua atau aspek kedua dari itu adalah bahwa Kristus ada di dalam kita. Tetapi kita tidak harus mengejar itu kepada kesimpulan yang sama seperti pada poin terakhir. Itu tidak berarti bahwa kita terlihat dan Kristus tersembunyi. Tidak, Kristus ada di dalam kita dan kita ada di dalam Kristus: suatu hal yang mustahil untuk dijelaskan, kecuali mungkin kita bisa mengatakannya seperti ini. Dr. Campbell Morgan ditanyai pada satu kesempatan apakah baptisan itu percikan atau benam. Ia berkata: ‘Temanku tersayang, ikutlah denganku ke Air Terjun Niagara, dan berdirilah di bawahnya. Apakah saudara diperciki atau saudara di benamkan?’ Baiklah, saya biarkan saudara menjawabnya. Tapi memang seperti itu. Kristus ada di dalam kita. Mengapa Ia ada di dalam kita? Ia ada di dalam kita sebagai kepuasan hati Allah itu sendiri, agar Roh Allah dapat bekerja di dalam kita untuk menjadikan kita serupa dengan Kristus.
Dan itu memperkenalkan aspek lain dari kehidupan Kristen: bahwa, jika saudara dan saya terus berjalan berdasarkan Kristus di dalam, sukacita kita meningkat. Itu bisa diuji. Berhentilah berjalan dengan Tuhan, dan lihatlah apa yang terjadi dengan sukacita kita. Menjauhlah dari Tuhan, dan lihat apa yang terjadi dengan berkat kita. Kita kemudian akan mulai meratapi –
‘Di mana berkat yang aku tahu
Ketika pertama kali aku melihat Tuhan?
Di mana pemandangan yang menyegarkan-jiwa
Tentang Yesus dan Firman-Nya?’
Ah, tapi jangan sampai siapa pun dari kita yang harus menyanyikan himne itu. Itu tidak perlu. Pergilah dengan Tuhan Yesus atas dasar kepuasan Allah dengan-Nya, dan berkat bertambah. Kebahagian Allah membesar di hati kita. Kristus dipasang di dalam sebagai pola, standar, dan dasar di mana Allah bekerja.
Sekarang, berikut ini adalah sesuatu yang fundamental. Oh, berapa lama waktu yang kita butuhkan untuk mempelajari ini! Ini sederhana, saya tahu, tetapi ini mendasar dan ini adalah hal yang selalu membuat kita tersandung. Jika kita mulai mencoba untuk berjalan terus atas dasar siapa diri kita itu sendiri, Allah berhenti. Jika kita masuk ke dasar kita sendiri, apa kita itu di dalam diri kita sendiri – diri kita yang sengsara dan malang, yang Allah anggap sebagai mayat dan mayat yang bau – maafkan saya karena saya mengatakan itu – sebab mayat ini telah mati selama dua ribu tahun (itu mungkin terdengar lucu, tetapi sesungguhnya ini sangatlah serius): jika saudara beranjak dari dasar “Kristus di dalam kamu” ke dalam apa saudara itu di dalam diri saudara sendiri, Allah berkata, ‘Aku tidak akan pergi lebih jauh.’ Semua operasi Ilahi berhenti. Kita hanya dapat melanjutkan seperti saat kita mulai. Kita mulai dengan iman bahwa Yesus Kristus adalah pengganti kita, menggantikan tempat kita dengan Allah dan menjawab kepada Allah untuk kita. Itulah iman kita yang membawa kita ke dalam Kristus. Kita harus terus maju sampai akhir dengan iman yang sama di dalam Tuhan Yesus, dan tidak dengan iman di dalam diri kita sendiri, dan Allah akan berjalan terus jika kita berjalan terus di atas dasar-Nya. Kabar baiknya adalah bahwa Allah siap untuk melanjutkan dengan berkat yang meningkat jika saja kita mau tetap berada di atas dasar-Nya. Kemuliaan-Nya ada di dalam Anak-Nya, dan Ia tidak memiliki kemuliaan di dalam manusia selain Anak-Nya.
Jadi Kristus adalah lingkungan kita, Kristus adalah pusat kita, dan Kristus adalah model kita, dan kita dijadikan serupa, kata Rasul, sampai Kristus sepenuhnya terbentuk di dalam kita. Sederhana, mendasar: kemuliaan Allah di dalam Kristus diwujudkan di dalam orang percaya, di dalam Jemaat, sebab orang percaya bersandar pada kepuasan Allah dengan Anak-Nya. Itu dan hanya itu adalah jalan kemuliaan Allah dan ekspresi dari berkat Allah, kebahagiaan Allah. Itulah Injil.
Saudara lihat, itu semuanya akhirnya berfokus pada hal ini. Apakah Injil itu? Ketika saudara telah mengatakan semua yang saudara bisa katakan tentang itu, itu termasuk di dalam, dan dikompas oleh, ini – kepuasan, ketenangan, ketentraman Allah yang sempurna, tentang Anak-Nya, tersedia bagi kita. Oh, semoga saudara dan saya dapat hidup tanpa konflik dengan Allah, karena kita menetap di dalam Kristus! Saudaraku, saudariku, ketika saudara mulai merasa sedih tentang diri saudara sendiri, tolaklah. ‘Ya, aku tahu segalanya tentang itu. Jika aku tidak tahu semuanya tentang itu sekarang, inilah saatnya aku tahu. Aku tahu segalanya tentang siapa aku itu; aku tahu ke mana hal itu akan membawaku jika aku mulai memperhitungkannya. Aku mengesampingkan itu. Ini adalah sebuah fakta – Allah telah melakukannya – bahwa, dulu sekali, di dalam Kristus, aku disalibkan, di dalam Kristus aku mati, di dalam Kristus aku dikuburkan, di dalam Kristus aku telah dibangkitkan. Itu semuanya ada di dalam Kristus. Di situlah aku berdiri.’ Pertahankan posisi itu; tetaplah di dalam Kristus. Keluar dari sana kepada dasar lainnya apa pun, dan kemuliaan itu pergi, keberkatan, kebahagiaan, ditangkap.
Paulus sedang berbicara kepada Timotius tentang Injil, dan Timotius membutuhkan kabar baik, berita baik. Pertama-tama, Timotius adalah seorang laki-laki muda. Seorang laki-laki muda yang beragama Kristen memiliki masalah pribadinya sendiri – ia memiliki banyak kesulitan dan masalah dalam dirinya sendiri. Seorang laki-laki muda mewakili jumlah kehidupan pada awalnya: semua masalah hidup ada di sana. Timotius adalah seorang laki-laki muda. Kepada seorang yang begitu muda, Rasul berkata: ‘Tidak apa-apa, Timotius: kamu mungkin diliputi oleh semua masalah ini dan kesulitan ini, kamu mungkin mengalami semua masalah ini secara rohani dengan cara yang berbeda ini, tetapi Yesus Kristus setara dengan seluruh situasinya!’ Ingatlah, anak muda, remaja putri, bahwa Tuhan Yesus adalah jawaban Allah untuk semua masalah remaja. Itu adalah kabar baik, bukankah demikian?
Timotius bukan hanya seorang laki-laki muda, tetapi ia adalah seorang laki-laki muda dalam jenis kesulitan tertentu karena posisinya dalam pekerjaan Kristen. Kesulitan datang kepadanya dari tiga arah. Pertama, ada dunia penyembah berhala. Benar-benar tantangan yang sangat berarti bagi seorang pemuda pada masa itu! Itu adalah dunia yang tidak memiliki tempat untuk Allah, tidak ada tempat untuk Tuhan, tidak ada tempat untuk hal-hal Allah, dan semua kekuatan yang berlawanan dari dunia itu pasti tampaknya terkonsentrasi pada pemuda ini. Kedua, ada segala kesulitan dari dunia bangsa Yahudi. Paulus mengisyaratkan mereka di sini. Orang-orang Yahudi ini mengejar Paulus ke seluruh dunia, dengan tekad: ‘Orang ini akan diakhiri – pekerjaan orang ini akan seluruhnya di musnahkan!’ Dengan segala cara, orang-orang Yahudi ini siap untuk menghancurkan Paulus dan pekerjaannya serta para petobatnya, dan Timotius dikaitkan dengan Paulus. Paulus berkata: “Janganlah malu karena aku.” Asosiasi menciptakan banyak kesulitan bagi Timotius. Jawabannya adalah: ‘Baiklah, Timotius; ada kabar baik untukmu! Tuhan Yesus setara dengan itu – Ia akan memastikan kamu melalui semuanya.’
Dan kemudian Timotius adalah seorang pemuda yang memiliki tanggung jawab yang besar dalam pekerjaan Allah – di Jemaat Allah. Jika saudara tahu apa pun tentang itu, saudara tahu bahwa saudara membutuhkan dasar kepercayaan yang cukup pasti. Ia menghadapi beberapa orang Kristen yang sangat sulit. Tetapi Paulus berkata: “Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda.” Ada orang-orang bijak tertentu – orang-orang yang menganggap diri mereka adalah sesuatu – yang cenderung berkata, ‘Oh, Timotius hanyalah seorang anak muda, kamu tahu – kamu tidak boleh terlalu memperhatikan dia.’ Mereka menganggap rendah kemudaannya. Itu agak sulit untuk diderita. Itu membuat hati saudara jatuh jika saudara kebetulan berada di posisi itu. Saya ingat dengan baik, ketika saya memulai pelayanan dan menjadi bertanggung jawab atas sebuah gereja, di mana sebagian besar pejabat gerejanya adalah orang tua, salah satu dari mereka terdengar berkata, suatu hari, ‘Ia sangat muda, kamu tahu!’ Tetapi saya memiliki seorang juara di antara mereka, dan ia berkata, ‘Jangan khawatir tentang itu – ia mengatasinya setiap hari!’ Yah, itu sangat baik dan menyenangkan: tetapi sikap seperti itu di antara rekan kerja, mungkin akan membuat hati saudara jatuh, ketika saudara harus memikul tanggung jawabnya. Timotius berada dalam posisi itu, tetapi ini adalah Injil untuk Timotius: ‘Tidak apa-apa: Tuhan Yesus setara dengan situasi itu – Ia dapat memastikan saudara melalui itu juga.’
Bagaimanapun juga, ini benar-benar hanyalah ini. Ini hanyalah apa Tuhan Yesus itu “dijadikan bagi kita … dari Allah”: kepuasan Allah. Oh, puji Allah bahwa Tuhan Yesus menutupi kesalahan dan kelemahan dan kecacatan kita. Saya pernah membaca sebuah kisah – saya pikir itu benar – tentang sebuah hotel tertentu di Benua Eropa, di mana orang-orang biasa pergi dan tinggal untuk beristirahat dan bertenang serta melepaskan diri. Suatu hari seorang ibu datang dengan gadis kecilnya, dan gadis kecil itu baru saja mulai belajar piano. Setiap pagi, hal pertama, ia pergi ke piano dan bermain dan bermain, dan sepanjang hari ia bermain. Pagi, siang dan malam ia bermain, sampai orang-orang di sana itu hampir teralihkan, dan mereka berkonsultasi bersama tentang apa yang harus mereka lakukan, ketika seorang pianis terkenal datang untuk menginap di hotel itu. Ia segera merasakan suasananya, memahami situasinya, dan ketika gadis kecil itu pergi ke piano, ia naik ke sampingnya dan duduk, dan meletakkan tangannya di atas tangan gadis kecil itu dan membimbingnya, dan dari sana mulai muncul musik yang paling indah. Orang-orang turun dari kamar mereka ke ruangan tempat piano berada, dan duduk serta mendengarkan. Saat pertunjukannya selesai, pianis itu berkata kepada gadis kecil itu, ‘Terima kasih banyak, sayang; kami sangat menikmatinya hari ini’ – dan semua masalahnya telah berakhir.
Ya, Tuhan Yesus hanya meletakkan tangan-Nya di atas tangan kita. Kita mungkin membuat kekacauan; kita melakukannya, jika kita dibiarkan sendiri. Kita merusak banyak, melakukan banyak hal yang merugikan; kita sangat tidak sempurna, begitu salah: dan kemudian Tuhan Yesus datang, dengan cara yang diberkati ini, dan mengoreksi kecacatan kita, menjawab kepada Bapa untuk kita, memperbaiki kekurangan kita – bagaimana? – dengan diri-Nya sendiri, hanya diri-Nya sendiri.
Itulah jawabannya; itulah kabar baiknya – “Injil dari Allah yang mulia dan diberkati”
Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.