oleh T. Austin-Sparks
Bab 7 – Dalam Surat-Nya kepada Jemaat di Tesalonika
“… Sebab Injil yang kami beritakan bukan disampaikan kepada kamu dengan kata-kata saja, tetapi juga dengan kekuatan oleh Roh Kudus dan dengan suatu kepastian yang kokoh” (1 Tesalonika 1:5).
“Tetapi sungguhpun kami sebelumnya, seperti kamu tahu, telah dianiaya dan dihina di Filipi, namun dengan pertolongan Allah kita, kami beroleh keberanian untuk memberitakan Injil Allah kepada kamu dalam perjuangan yang berat” (2:2).
“…Allah telah menganggap kami layak untuk mempercayakan Injil kepada kami …” (2:4).
“… Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu … Sebab kamu masih ingat, saudara-saudara, akan usaha dan jerih lelah kami. Sementara kami bekerja siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapa pun juga di antara kamu, kami memberitakan Injil Allah kepada kamu” (2:8, 9).
“… kami mengirim Timotius, saudara yang bekerja dengan kami untuk Allah dalam pemberitaan Injil Kristus …” (3:1, 2).
“… mengadakan pembalasan terhadap mereka yang tidak mau mengenal Allah dan tidak mentaati Injil Yesus, Tuhan kita …” (2 Tesalonika 1:8).
“… Untuk itulah Ia telah memanggil kamu oleh Injil yang kami beritakan, sehingga kamu boleh memperoleh kemuliaan Yesus Kristus, Tuhan kita” (2:14).
Kita melihat bahwa Injil memiliki tempat yang cukup besar dalam surat-surat ini. Kita sekarang mencari untuk menemukan arti sebenarnya dari Injil, yaitu, arti penting dari kabar baik, dari sudut pandang surat-surat ini dan orang-orang percaya di Tesalonika, dan kita akan dibantu untuk memahami Injil jika kita melihat pada sejarah rohani, kehidupan dan keadaan orang-orang percaya di Tesalonika ini.
Saudara akan melihat dalam sekilas betapa istimewanya mereka itu bagi Paulus. Konon ia menggunakan kata-kata seperti ini: “Kami selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu semua.” Baik dalam surat pertama dan surat kedua ia berbicara seperti itu (1. 1:2, 2. 1:3, 2:13). “Kami wajib selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu.” Dan kemudian ia mengatakan tentang mereka hal yang sangat indah, yang memberi kita petunjuk pasti dalam pertimbangan ini. Ia berkata di dalam surat pertama, pasal 1, ayat 7: “Kamu telah menjadi teladan untuk semua orang yang percaya di wilayah Makedonia dan Akhaya.” Perkataan itu sungguh suatu perkataan yang dapat dikatakan tentang sekelompok umat Tuhan, dan perkataan itu menuntun kita sekaligus untuk mengajukan pertanyaan – Bagaimana mereka bisa menjadi teladan? Ini jelasnya tidak hanya kepada mereka yang segera dirujuk, di wilayah Makedonia dan Akhaya, sebab surat-surat ini masih ada hingga hari ini, dan oleh karena itu, mereka mewakili apa yang merupakan teladan bagi semua umat Tuhan. Jika hal itu benar tentang mereka, maka Injil pastinya memiliki arti yang sangat besar di mana mereka bersangkutan. Injil pastinya memiliki bentuk ekspresi yang sangat khusus di dalam mereka, dan jadi kami berusaha menjawab pertanyaannya: Bagaimana mereka “menjadi teladan untuk semua orang yang percaya?”
Kita menemukan jawabannya di tempat pertama di sini, di pasal yang paling pertama ini. Ini adalah dalam realisme mereka dalam penerimaan Injil. “Injil yang kami beritakan bukan disampaikan kepada kamu dengan kata-kata saja, tetapi juga dengan kekuatan oleh Roh Kudus dan dengan suatu kepastian yang kokoh.” Dan sekali lagi: “sebab kamu telah menerima firman Allah, bukan sebagai perkataan manusia, tetapi – dan memang sungguh-sungguh demikian – sebagai firman Allah” (2:13). Sekarang, itu merupakan awal yang sangat bersih; dan jika kita akan datang ke tempat orang-orang percaya Tesalonika ini, jika Injil akan mendapatkan ekspresi itu di dalam kita seperti yang ada di dalam mereka, jika ini akan menjadi benar dalam kasus kita bahwa kita adalah teladan bagi mereka semua yang percaya, maka ini sangatlah penting bagi kita untuk memiliki awal yang bersih.
Bagi kita, tentu saja, jika kita telah maju dalam kehidupan Kristen tanpa menjadi orang percaya yang patut diteladani, itu mungkin berarti menelusuri kembali langkah-langkah kita demi memulai kembali di suatu tempat di mana kita telah salah jalan; membersihkan banyak sampah dan mulai dari titik tertentu sekali lagi. Tetapi saya juga memikirkan tentang orang Kristen muda yang baru-baru ini memulai. Saudara benar-benar berada di awal, dan kami paling prihatin tentang saudara, sebab saudara mungkin bertemu banyak orang Kristen tua yang sama sekali bukan teladan bagi semua orang percaya. Saya menyesal harus mengatakan ini, tetapi ini cukup benar, dan kami tidak ingin saudara menjadi seperti itu. Kami ingin saudara menjadi orang Kristen teladan; menjadi mereka yang Rasul Paulus, jika ia hadir, dapat berkata, ‘Aku selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu.’ Ini akan menjadi hal yang luar biasa, bukankah demikian, jika perkataan itu bisa dikatakan tentang kita? ‘Mengucap syukur kepada Allah karena kamu! Mengucap syukur kepada Allah karena kamu! Mengucap syukur kepada Allah bahwa kita pernah berhubungan dengan yang ini, dan yang itu! Aku selalu mengucap syukur kepada Allah karena mereka – mereka adalah teladan dari apa yang seharusnya menjadi umat Kristen!’
Nah, itu adalah keinginan Tuhan, itu adalah keinginan kami untuk saudara, dan itu seharusnya menjadi keinginan hati kita untuk diri kita sendiri. Meskipun kita mungkin belum berhasil, janganlah kita putus asa bahwa beberapa mungkin masih mengucap syukur karena kita, bahwa kita dapat menjadi teladan, bahwa dalam beberapa hal, bagaimanapun, bahwa ini dapat menjadi benar tentang kita seperti hal ini benar tentang mereka. Paulus berkata di sini: “Kamu telah menjadi penurut kami” (1 Tesalonika 1:6). Tuhan membantu kita menjadi teladan yang sedemikian rupanya sehingga kita dapat mengundang orang lain, setidaknya dalam beberapa hal, untuk menjadi penurut kita, tanpa kesombongan rohani.
Nah, jika ini harus menjadi demikian, awalnya harus bersih. Saudara lihat, cukup jelas, ketika jemaat di Tesalonika ini mendengarkan Paulus memberitakan kabar baik, pikiran dan hati mereka bebas dari prasangka. Mereka tidak akan sampai pada kesimpulan yang mereka dapatkan jika ada prasangka apa pun, jika mereka sudah menutup perkaranya dalam pikiran mereka, atau tiba pada posisi tertentu. Mereka terbuka di dalam hati mereka sejak awal, siap untuk apa pun yang berasal dari Allah, dan itu menciptakan kapasitas untuk membedakan apa yang berasal dari Allah. Saudara tidak akan pernah tahu apakah suatu hal berasal dari Allah jika saudara memiliki prasangka, jika saudara sudah menilainya, jika saudara sudah mencapai suatu posisi tetap. Jika saudara tetap dalam pikiran saudara, tertutup dalam hati saudara, menyimpan kecurigaan dan ketakutan, saudara telah menyabotase pekerjaan Roh Kudus, dan saudara tidak akan pernah tahu apakah hal itu berasal dari Allah. Saudara harus berhati terbuka, berpikiran terbuka, bebas dari kecurigaan dan prasangka, dan siap dalam sikap ini – ‘Sekarang, jika ada sesuatu dari Tuhan, apa pun dari Allah, aku siap untuk itu, tidak peduli melalui siapa hal itu datang, bagaimana hal itu datang, dari mana hal itu datang. Jika hal itu berasal dari Allah, aku siap untuknya.’ Itu menciptakan disposisi di mana Roh Kudus dapat memberikan kesaksian, dan membuat hal-hal menjadi mungkin bagi Tuhan.
Sekarang, seperti yang akan kita lihat, persis seperti itulah jemaat di Tesalonika ini. Mereka menerima firman, ya, dalam banyak kesusahan, tetapi mereka menerimanya sebagai Firman Allah, bukan sebagai firman manusia. Karena kemurnian roh mereka, mereka memiliki perasaannya – ‘Hal ini benar, hal ini berasal dari Allah!’ Itu adalah awal yang bagus. Seperti yang saya katakan sebelumnya, mungkin sebagian dari kita harus kembali ke suatu tempat untuk memulainya lagi. Kepada siapa pun yang membaca kata-kata ini, yang mungkin berusia lanjut dalam kehidupan Kristen, saya akan berkata: Sahabat terkasih, jika kamu telah, di mana pun di jalan, dengan cara apa pun, terpengaruh, terinfeksi, oleh prasangka dan kecurigaan, kamu telah menutup pintu untuk apa pun yang lebih jauh lagi dari Allah. Mari kita pahami itu dengan jelas. Memang benar bahwa –
‘Tuhan memiliki lebih banyak lagi terang dan kebenaran
Untuk keluar dari Firman-Nya.’
Kita belum menghabiskan semua yang Tuhan harus tunjukkan kepada kita di dalam Firman-Nya; tetapi Ia hanya akan menunjukkannya kepada yang suci hatinya. “Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah” (Matius 5:8).
Jemaat di Tesalonika ini, kemudian, memiliki roh yang suci sejak awal.
Hal berikutnya yang kita perhatikan tentang mereka, setelah realisme mereka dalam penerimaan, adalah mutualitas dan kedewasaan mereka – dua hal yang selalu berjalan seiringan. Dalam kedua surat ini, hal yang Rasul bicarakan mungkin lebih dari apa pun adalah kasih yang luar biasa di antara orang-orang percaya ini. “Kasihmu seorang akan yang lain makin kuat di antara kamu” (2 Tesalonika 1:3). Ia berbicara sepanjang waktu tentang kasih timbal balik mereka. Dan sejalan dengan itu adalah pertumbuhan rohani mereka. Saudara lihat, kasih selalu membangun (1 Korintus 8:1). Kasih semacam ini, kasih timbal balik ini, selalu berarti peningkatan rohani. Kita dapat melihat betapa benarnya itu jika kita melihatnya dari sudut pandang yang berlawanan. Kecil, pribadi, picik, egois, terpisah, orang Kristen individu, atau kelompok atau badan orang Kristen yang eksklusif dan tertutup, dan tidak memiliki hati yang terbuka lebar untuk mengasihi semua orang kudus – betapa kecilnya mereka, betapa sempitnya mereka. Hal ini benar. Dan dalam kasih timbal balik satu sama lain ini, dan kasih yang bertumbuh dan meningkat satu sama lain, bahwa pertumbuhan rohani terjadi. Jangan lupakan itu. Jika saudara prihatin tentang pertumbuhan rohani hati saudara sendiri, kehidupan saudara sendiri, dan orang lain, ini akan sejalan dengan kasih, kasih timbal balik, dan saudaralah yang memulainya. Mutualitas dan kedewasaan selalu berjalan seiringan.
Dan kemudian, di tempat ketiga, saudara akan menemukan bahwa mereka dicirikan oleh penderitaan dan pelayanan, dan ini adalah kombinasi Ilahi yang luar biasa. Ini adalah sesuatu yang tidak natural. Rasul banyak berbicara tentang hal itu, seperti yang akan saudara lihat jika saudara menggarisbawahi kata ‘penderitaan’ di dalam surat-surat ini, dan perhatikan rujukannya tentang penderitaan dan penindasan mereka. Mereka “menerima firman dalam penindasan berat” (1 Tesalonika 1:6). Ia berbicara tentang penderitaan mereka, dan ia menggambarkan penderitaan itu. Mereka yang ada di Tesalonika menderita di sepanjang garis yang sama dan untuk tujuan yang sama seperti saudara-saudara mereka yang ada di Yudea, katanya (2:14).
Sekarang, di Yudea, yaitu, di negara bangsa Yahudi, saudara tahu bagaimana orang Kristen menderita. Kristus Sendiri menderita di tangan orang-orang Yahudi; Stefanus menjadi martir di tangan orang-orang Yahudi; Jemaat menemui penganiayaan pertamanya di Yudea, di Yerusalem, dan mereka tersebar di luar negeri oleh penganiayaan yang muncul di sana atas Stefanus; dan Paulus berkata, ‘Sekarang, kamu menderita seperti itu.’ Ternyata di Tesalonika ada banyak penganiayaan, banyak pertentangan; ancaman dan segala macam kesulitan – jenis hal-hal yang mungkin, membuatnya sangat sulit bagi mereka untuk berbisnis dan mendapatkan pekerjaan, semuanya karena bisnisnya ada di tangan mereka yang tidak memiliki ruang untuk Kekristenan ini dan untuk orang-orang Kristen ini.
Tetapi dengan semua penderitaan yang parah itu, dan dengan semua “penindasan berat” mereka, mereka tidak menjadi mawas diri. Itulah bahaya dari penderitaan. Jika saudara menderita frustrasi, pertentangan, penganiayaan, atau jika pekerjaan terbaik diberikan kepada orang lain, dan sebagainya, hal yang wajar adalah untuk berbalik pada diri sendiri, untuk sangat mengasihani diri sendiri, untuk mulai merawat masalah saudara dan menjadi sepenuhnya sibuk dengan diri saudara sendiri. Tapi di sini, penderitaan mengarah pada pelayanan.
Rasul berkata bahwa Firman keluar dari mereka, tidak hanya di seluruh wilayah Makedonia dan Akhaya, tetapi ke seluruh negeri (1:8). Penderitaan mereka – apa fungsinya? Penderitaan itu membuat mereka berbalik keluar dan berkata, ‘Ada orang lain di mana-mana yang membutuhkan, yang berada dalam penderitaan, seperti kita: mari kita lihat apa yang bisa kita lakukan untuk mereka.’ Itulah cara untuk menanggapi Injil, bukankah demikian? Itu berbicara tentang Injil yang mulia! Injil telah menjadi bagi mereka, kabar baik yang sedemikian rupanya sehingga Injil memiliki efek ini atas mereka, membebaskan mereka sepenuhnya dari semua rasa kasihan pada diri sendiri di dalam penindasan yang paling dalam. Mari kita mengingat itu.
Selanjutnya, Rasul berbicara tentang “ketekunan pengharapan” (1:3), dan itu hanyalah berarti bahwa mereka tidak mudah menyerah. Itu terhitung untuk sesuatu, saudara tahu. Saudara mengalami waktu yang sulit; segala sesuatu dan semua orang menentang saudara. Ini sangatlah mudah untuk menyerah – hanya untuk menyerah; untuk mundur dari perlombaan, atau menjatuhkan tangan saudara dalam pertarungan, dan berkata, ‘Tidak ada gunanya – lebih baik serahkan semuanya.’ Tetapi tidak: orang-orang Kristen ini memiliki ketekunan dan pengharapan. Mereka tidak dengan mudah menyerah, mereka ‘berpegang teguh pada itu’, dan kita akan melihat bahwa mereka memiliki pengharapan yang membuat mereka tetap berpegang teguh pada itu.
Mereka inilah yang menjadi ‘teladan bagi semua orang percaya.’ Di dalam mereka, kita melihat unsur dari orang-orang Kristen teladan, dan mereka adalah ciri-ciri Injil yang sebenarnya. Saudara lihat, Injil adalah untuk orang Kristen dalam kesulitan! Ini bukan hanya untuk yang belum diselamatkan, tetapi untuk orang Kristen ketika mereka berada dalam kesulitan atau penderitaan. Ini masih kabar baik. Jika kita kehilangan unsur ‘kabar baik’ di dalam Injil, jika Injil kehilangan, bagi kita, sisi tajamnya sebagai ‘kabar baik’, kita menjadi basi; kita datang ke tempat di mana kita ‘mengetahui semuanya’. Jika kita kehilangan akal sehat itu, maka ketika masalah datang kita menyerah, kita melepaskannya; tetapi jika untuk mencapai pada pengetahuan yang menyelamatkan tentang Tuhan Yesus masihlah bagi kita adalah hal terbesar di seluruh dunia dan di seluruh alam semesta, maka kita akan berhasil melewatinya.
Sekarang, karena kesulitan selalu sesuai dengan watak kita, yaitu, siapa kita itu selalu menyebabkan sifat pencobaan kita, begitu pula dengan Jemaat di Tesalonika. Tidak ada yang menjadi cobaan bagi saudara kecuali saudara dibuat dengan cara tertentu. Sesuatu yang merupakan cobaan bagi saudara mungkin tidak akan pernah menjadi cobaan bagi saya sama sekali. Atau mungkin sebaliknya. Apa yang mungkin menjadi hal yang mengerikan bagi saya dan membuat saya kehilangan keseimbangan, orang lain dapat melewatinya dengan cukup tenang, dan bertanya-tanya mengapa saya membuat keributan seperti itu. Masalah dan pencobaan kita sebagian besarnya muncul dari cara kita diciptakan.
Sekarang saya ingin saudara mengikuti ini. Ketelitian Jemaat di Tesalonika ini membawa mereka ke dalam ujian yang khusus. Dan itu selalu demikian. Jika saudara tidak teliti, saudara tidak akan mengalami kesulitan yang disebabkan dari ketelitian. Saudara akan melaluinya lebih atau kurangnya dengan mudah. Jika saudara teliti, saudara akan menemui ujian ketelitian. Mereka muncul cukup alami dari sikap saudara sendiri atau watak saudara sendiri.
Sekarang, saudara tahu bahwa sifat dan konstitusi manusia dibuat dengan berbagai cara. Saudara tahu secara umumnya bahwa kita tidak sama. Itu bagus! Tetapi kita dapat, secara luas, menggolongkan sifat manusia ke dalam kategori-kategori yang berbeda – apa yang kita sebut temperamen. Di utama, ada tujuh temperamen yang berbeda, atau kategori konstitusi manusia. Saya tidak akan membahasnya secara mendetail, tetapi ada poin yang sangat berguna di sini tentang masalah ini. Jemaat di Tesalonika ini sangat jelasnya memiliki temperamen ‘praktis’, dan ketajaman penderitaan khusus mereka sebagian besarnya ditemukan karena mereka seperti itu. Tentu saja, saya tidak bermaksud bahwa orang lain tidak menderita, tetapi mereka menderita dengan cara lain.
Saudara lihat, standar hidup temperamen praktis adalah hasil yang cepat dan langsung. Kita harus segera melihat suatu pengembalian untuk uang kita! Ini adalah temperamen bisnis, temperamen kehidupan komersial. Hal-hal yang mengatur temperamen ini adalah kesuksesan yang cepat. ‘Sukses’ adalah kata yang besar dari temperamen praktis. Sukseslah yang berhasil. Yang sukses adalah idola dari jenis bentuk khusus ini.
Tidak ada banyak sentimen di sini. Orang-orang ini tidak bisa berhenti untuk yang sentimen. Hal-hal yang tidak mereka sebut praktis dianggap oleh mereka hanya sebagai yang ‘sentimental’. Tentu saja, mereka tidak demikian, tetapi demikianlah reaksi Marta terhadap Maria. Maria tidak sentimental, tetapi Marta mengira begitu, sebab Marta sangatlah praktis. Sekali lagi, hanya ada sedikit imajinasi dalam bentuk ini. Yang ini berlaku kasar terhadap semua kepekaan. Yang ini tidak berhenti untuk memikirkan bagaimana perasaan orang tentang apa yang dikatakan; yang ini hanya berjalan terus begitu saja.
Dan kemudian yang ini kadang-kadang membuat kesalahan besar – yang ini membingungkan hal-hal. Misalnya, yang ini salah mengartikan rasa ingin tahu dengan kedalaman, sebab yang ini selalu mengajukan pertanyaan tanpa akhir. Orang ‘praktis’ selalu mengajukan pertanyaan, pertanyaan, pertanyaan; mereka membuat saudara terus berjalan dengan pertanyaan-pertanyaan sepanjang waktu, berpikir bahwa ini adalah bukti kedalaman rohani. Mereka berpikir bahwa mereka tidak hanya menerima sesuatu pada nilai permukaannya, mereka sangat praktis, juga mendalam. Tetapi ada banyak perbedaan antara keingintahuan dan kedalaman. Ini sangatlah mungkin untuk membingungkan hal-hal.
Sekarang kita ingin memahami Jemaat di Tesalonika ini dan efek dari Injil. Tidak bisakah kita sekarang membayangkan mereka, dalam terang apa yang telah saya katakan? Mereka menanggapi dengan cepat, dan dengan cara yang sangat praktis, dan dengan cara yang sangat menyeluruh. Salah satu tema utama yang mereka tanggapi adalah kedatangan Tuhan. Tepat di awal Paulus berkata: “Bagaimana kamu berbalik dari berhala-berhala kepada Allah untuk melayani Allah yang hidup dan yang benar, dan untuk menantikan kedatangan Anak-Nya dari sorga” (1:9, 10). Itu adalah hal yang besar bagi mereka, kedatangan Tuhan ini, dan mereka telah menyimpulkan bahwa kedatangan Tuhan akan terjadi, paling lambat, dalam kehidupan mereka sendiri. Itulah reaksi praktis mereka terhadap Injil, dan itu baik dalam caranya sendiri. Tetapi saudara tahu bahwa kedua surat Paulus ini hampir seluruhnya diisi dengan mengoreksi unsur yang salah dalam reaksi itu.
Sekarang saudara menemukan mereka dalam masalah – masalah yang muncul dari bentuk mereka sendiri – di dalam perkara ini. Mereka telah mengatakan kepada diri mereka sendiri sesuatu seperti ini. ‘Tuhan akan datang – kami telah diberitahu bahwa Tuhan akan datang, kami telah menerima bahwa “kedatangan Tuhan sudah dekat” dan kami telah menerima bahwa kedatangan Tuhan itu dapat terjadi kapan saja; dan kami diberitahu bahwa, ketika Tuhan datang, semua milik-Nya akan diangkat untuk bertemu dengan-Nya. Kami menyimpulkan bahwa semua orang percaya akan diangkat, diangkat, dan masuk ke dalam kemuliaan seperti itu, bersama-sama. Oh, betapa indahnya – semuanya pergi bersama-sama ke dalam hadirat Tuhan! Tetapi beberapa teman-teman kita meninggal, kemarin, minggu lalu, dan masih ada orang-orang yang sekarat. Ini tampaknya mengganggu seluruh perkara tentang semuanya diangkat bersama-sama ini.’ Mereka dilemparkan ke dalam kebingungan dan ketakutan karena, bukannya Tuhan datang dan mengumpulkan mereka semua kepada-Nya, ada orang-orang di antara mereka yang pergi ke dalam kuburan. Itu adalah kemunduran karena bentuk praktis mereka, saudara lihat.
Sekarang, Rasul menulis kepada mereka. Ia menulis kepada mereka Injil, kabar baik, untuk orang-orang yang berada dalam kebingungan dan dalam kesedihan karena kekecewaan dengan cara ini, dan ia berkata: ‘Aku ingin kamu tahu, saudara-saudara yang terkasih, aku ingin kamu mengerti, bahwa itu tidak membuat perbedaan sama sekali dalam perkara terakhirnya. Ketika Tuhan datang, mereka tidak akan pergi mendahului kita; dan ketika Ia datang, kita tidak akan pergi mendahului mereka. Itu tidak ada bedanya sama sekali. Mereka yang tertidur di dalam Yesus dan kita yang hidup dan tetap, semuanya akan diangkat bersama. Engkau tidak perlu membiarkan hal ini mengganggu engkau lagi. Engkau tidak boleh bersedih seperti mereka yang tidak memiliki pengharapan, atau yang telah kehilangan pengharapan besar mereka – seperti mereka yang pengharapan besarnya akan kedatangan Tuhan telah dihantam oleh kematian orang-orang percaya ini. Benar-benar tidak ada tempat untuk unsur kekecewaan atas hal ini. Ini adalah kabar baik bagi mereka yang telah kehilangan orang yang dicintainya – ini adalah kabar baik tentang perkara hidup dan mati – bahwa kita semua akan bersama-sama naik “untuk bertemu Tuhan di udara: dan demikianlah kita akan selalu bersama Tuhan.” Itu sangatlah indah.’
Jadi kita melihat bahwa di sini Paulus mampu membawa masuk Injil – berita baik, kabar baik – untuk mengatasi kesulitan tertentu yang telah muncul karena bentuk mereka, watak mereka.
Mari kita berhenti sejenak. Saudara tahu, kita akan mengatasi banyak masalah kita jika kita tahu seperti apa temperamen kita itu. Jika saja kita akan duduk sebentar – dan ini sama sekali bukan introspeksi – duduk sebentar dan berkata: ‘Sekarang, apa watak dan bentuk-ku yang khas? Apa hal yang paling rawan bagi-ku, berdasarkan konstitusi diriku? Apa faktornya, unsurnya, yang membentuk temperamen-ku?’ Jika saudara dapat meletakkan jari saudara pada hal itu, saudara memiliki kunci untuk banyak masalah saudara. Asaf, sang pemazmur, pernah mengalami saat-saat yang sangat buruk pada suatu waktu. Ia memandang pada orang jahat dan melihat mereka makmur. Ia melihat orang benar mengalami masa-masa sulit – termasuk dirinya sendiri – dan ia menjadi sangat sedih tentang semua ini. Tetapi kemudian ia menenangkan diri, ia mengingat, dan ia berkata: “Inilah kelemahanku; tetapi aku hendak mengingat tahun-tahun tangan kanan yang Mahatinggi” (Mazmur 77:10). “Inilah kelemahanku!” Ini bukanlah Tuhan, ini bukanlah kebenaran – ini hanyalah diriku sendiri, ini adalah kecenderunganku untuk jatuh pada saat-saat sulit. Inilah bagaimana aku dibuat; ini adalah reaksiku terhadap masalah.’
Sekarang, mungkin itu terdengar seperti cara yang sangat alami untuk berurusan dengan hal-hal. Tetapi saya masih belum selesai. Jika saudara dan saya akan memahami hal ini – bahwa banyak dari masalah kita datang karena kita dibuat dalam cara tertentu; bahwa ini benar-benar ada di dalam konstitusi kita – kita akan memiliki dasar pada apa untuk datang kepada Tuhan. Kita akan dapat pergi kepada Tuhan dan berkata: ‘Tuhan, Engkau tahu bagaimana aku dibuat; Engkau tahu bagaimana aku secara alami bereaksi terhadap hal-hal. Engkau tahu bagaimana, sebab aku dibuat demikian, aku selalu tertangkap dalam cara tertentu; Engkau tahu bagaimana aku bertingkah di bawah tekanan-tekanan tertentu. Engkau mengenal-ku, Tuhan. Sekarang, Tuhan, Engkau berbeda dari apa aku ini: di mana aku lemah, Engkau kuat; di mana aku bersalah, Engkau sempurna.’
Apakah saudara tidak melihat bahwa Tuhan Yesus, Manusia yang sempurna, adalah keseimbangan yang sempurna dari semua kualitas yang baik di dalam segala temperamen, dan di dalam Dia tidak ada kualitas yang buruk dari temperamen apa pun, dan bahwa Roh Kudus dapat membuat Kristus untuk menjadi bagi kita apa yang bukanlah kita itu di dalam diri kita sendiri? Itu adalah keajaiban besar, rahasia besar, kemuliaan besar, dari arti Kristus seperti yang dimediasi kepada kita oleh Roh Kudus. Ini adalah keajaiban dari kemanusiaan-Nya: kemanusiaan yang sempurna tanpa semua ini yang mengganggu kita. Lihatlah Dia dalam paksaan: Ia tidak jatuh. Lihatlah Dia dari sudut pandang apa pun dari pengujian dan cobaan: Ia melewatinya. Tetapi Ia adalah seorang manusia. Ia tidak melewatinya atas dasar Kedewaan-Nya. Ia melewatinya atas dasar kemanusiaan-Nya yang sempurna, dan itu akan dimediasikan kepada kita.
Pertumbuhan rohani berarti ini, bahwa kita menjadi sesuatu selain dari apa kita itu secara alami. Apakah ini tidak demikian? Secara alami, kita mungkin cenderung menjadi orang-orang yang menyedihkan – selalu mengambil sudut pandang yang menyedihkan, selalu jatuh ke dalam pembuangan. Sekarang, ketika Roh Kudus mengambil alih diri kita, orang-orang yang cenderung sedih menjadi bersukacita, meskipun ini tidak alami bagi mereka untuk bersukacita. Itulah keajaiban dari kehidupan Kristen. Kita menjadi sesuatu yang bukanlah diri kita secara alami. Secara alami, kita akan sangat cepat jatuh di bawah beberapa jenis kritik atau penganiayaan, dan merawat masalah kita, tetapi ketika Tuhan Yesus ada di dalam kita, kita dapat menanggungnya dan berjalan terus. Kita tidak jatuh, kita berjalan terus. Ia membuat kita menjadi selain dari diri kita sendiri. Itulah pekerjaan kasih karunia di dalam kehidupan orang percaya.
Jemaat di Tesalonika ini menderita sangat banyak karena temperamen praktis mereka. Mereka berharap bahwa apa yang telah diberitahukan kepada mereka di awalnya akan segera terjadi. Mereka berkata kepada diri mereka sendiri: ‘Tuhan akan datang – Ia mungkin datang hari ini, kapan saja – dan itu akan menjadi akhir dari segala masalah kita. Tetapi waktu terus berjalan, dan orang-orang sekarat, dan hal-hal menjadi semakin sulit. Tidak kelihatan tampaknya Tuhan akan datang …’ Mereka mungkin hampir tiba pada titik kehancuran dan penyebaran. Dan pada titik itu, sebuah presentasi baru dari Injil Tuhan Yesus datang masuk, membawa pengharapan akan sesuatu yang lain dari apa mereka itu secara alami.
Apa yang benar dalam kasus temperamen praktis juga benar dalam semua temperamen lainnya. Kita mungkin mengambil ini sebagai suatu prinsip. Jika saja kita mengertinya, Tuhan berurusan dengan setiap-tiap dari kita seperti itu. Ia berurusan dengan kita sesuai dengan siapa kita itu. Tidak ada gunanya untuk stereotip atau membakukan urusan Allah dengan orang-orang. Urusan Allah dengan saya mungkin tidak terlalu bermasalah bagi saudara, tetapi urusan Allah dengan saudara mungkin saja menjatuhkan saya. Ia berurusan dengan kita sesuai dengan diri kita sendiri, agar mungkin ada apa yang dari Kristus di dalam kita yang bukanlah dari diri kita sendiri. Saya katakan sekali lagi, itu adalah pekerjaan kasih karunia. Itu adalah mediasi Kristus – itulah arti dari menjadi serupa dengan gambaran Kristus itu sendiri. Ini adalah mengambil bagian dari sifat-Nya – sesuatu yang sama sekali lain. Tetapi ini adalah proses yang mengerikan. Sekarang kita harus melaluinya sama seperti orang-orang ini melaluinya.
Apakah itu kabar baik? Saya pikir ini demikian. Saya pikir ini adalah Injil, ‘kabar baik’. Ini adalah kabar baik bagi mereka yang selalu terlalu siap untuk keluar, menyerah dan menjadi sedih. Ini adalah kabar baik bagi mereka yang, karena harapan dan reaksi alami mereka sendiri, menjadi kecewa dalam apa yang sebenarnya sedang terjadi. Ini adalah kabar baik bahwa Kristus adalah sesuatu yang lain dari siapa diri kita itu, dan bahwa kita dapat diselamatkan dari siapa diri kita itu oleh Kristus. Ini sangatlah praktis, saudara lihat. Bagaimana kita diselamatkan dari siapa diri kita itu? Oleh Kristus! Bukan oleh Kristus yang hanya datang dan mengulurkan tangan-Nya dan menarik kita naik. Itulah yang kita semua inginkan Dia lakukan. Kita memohon kepada Tuhan untuk datang dan melakukan sesuatu seperti itu, secara harfiah mengangkat kita keluar dari tempat di mana kita berada. Apa yang sedang Ia lakukan adalah menggantikan kita, dan menempatkan diri-Nya sendiri di tempat kita secara batiniah. Ini adalah sebuah proses, proses yang dalam, dan ini mungkin hanya melalui bertahun-tahun bahwa saudara dapat melihat lebih banyak lagi Kristus. Orang itu dulunya seperti begini-dan-begitu, tetapi ada perbedaannya sekarang, saudara dapat melihat Kristus sekarang; mereka bukan lagi seperti dulunya mereka, mereka melewatinya. Mereka sedang diubah menjadi “serupa dengan gambaran yang sama.” Itu adalah berita baik: berita baik bagi Jemaat di Tesalonika, dan berita baik bagi kita.
Tetapi ada satu hal lain dengan Jemaat di Tesalonika ini. Hal-hal di dunia menjadi semakin sulit; hal-hal berubah dari buruk menjadi lebih buruk. Orang-orang terkasih ini melihat banyak hal-hal terjadi, mereka melihat kekuatan sedang bekerja, dan mereka berpikir: ‘Ini tidak terlihat seolah-olah Tuhan akan datang, seolah-olah Kerajaan-Nya akan datang. Tampaknya Iblis mendapatkan keinginannya. Segalanya berubah dari buruk menjadi lebih buruk; dan mengenai hal-hal akan diubah, tentang adanya “langit baru dan bumi baru” dan keadaan dunia baru, semua ini yang kita pikir akan datang dengan kedatangan Kristus dan Kerajaan-Nya, kita tidak melihat tanda-tanda apapun dari itu sama sekali. Justru sebaliknya: dunia semakin memburuk, orang-orang jahat semakin bertambah buruk. Tampaknya ada lebih banyak yang dari Iblis daripada sebelumnya.’
Sekarang, Rasul menulis suratnya tentang itu, dan ia berkata: ‘Lihat di sini, itu tidak berarti ada yang tidak beres; itu tidak berarti kekecewaan atas harapan saudara. Tuhan tidak akan datang sampai hal-hal itu terjadi dan menjadi penuh. “Karena secara rahasia kedurhakaan telah mulai bekerja.” Sebelum Ia datang, ada dua hal yang harus terjadi.
‘Pertama-tama, harus terjadi murtad.’ Murtad yang hebat? Umat Kristen murtad? Orang yang mengaku Kristen murtad, menjauh dari Tuhan, berbalik? Itu tidaklah sangat praktis bagi orang-orang ini! Ya, itulah yang akan terjadi menjelang akhir. Semakin dekat kedatangan Tuhan, semakin banyak ujian yang akan menemukan orang-orang. Pengayakan akan bekerja. Akan ada murtad; akan ada bnayak orang – profesor – yang berkata, ‘Kami tidak akan melakukan ini, kami tidak dapat melanjutkan dengan ini lebih lama lagi.’ Mereka akan mundur dari mengikuti Tuhan. Ini selalu begitu. Itu terjadi pada hari-hari daging Tuhan kita. Pada akhirnya akan seperti itu. ‘Oh, betapa mengecewakannya!’ Ah, ya, tapi pahamilah bahwa begitulah yang akan terjadi, dan itu tidak berarti bahwa segalanya salah. Ini hanya akan menjadi seperti itu. Ketika Tuhan benar-benar mengambil suatu umat, itu akan menjadi suatu umat yang telah terus berjalan bersama-Nya sampai akhir; dan Ia sedang menguji, menguji. ‘Sekarang, hai Jemaat di Tesalonika, pahamilah bahwa apa yang sedang Ia lakukan adalah menguji kamu, apakah kamu akan terus berjalan sampai akhir.’ Itu harus dinyatakan apakah akar masalahnya ada pada orang-orang percaya, atau apakah itu hanyalah profesi. Jadi jangan salah paham tentang tanda-tanda zaman.
Dan kemudian hal yang kedua. Antikristus, manusia berdosa itu, Iblis, tampaknya semakin banyak mendapatkan jalannya sendiri, pikir mereka. Dan memang begitu. ‘Tetapi’, kata Rasul, ‘hari Tuhan tidak akan datang sampai manusia berdosa itu, Antikristus, telah dinyatakan.’ ‘Oh, kita pikir Kristus akan datang, bukan Antikristus!’ Ah, tetapi Kristus tidak akan datang sampai Antikristus telah datang. Jangan salah paham. Jika ada gerakan besar di dunia ini oleh Setan, Iblis tampaknya menjelma, inkarnasi besar dari dia – itu mungkin dalam bentuk manusia atau bentuk sistem, apa pun itu – yang gigih ditetapkan untuk melenyapkan segala sesuatu yang menjadi milik Kristus, itu bukanlah pertanda buruk. Itu adalah pertanda baik – Tuhan akan segera datang! Itu adalah kabar baik pada hari ketika Iblis tampaknya sedang membawa segalanya pergi. Itu luar biasa. Tuhan sudah dekat.
“Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat”, kata Yesus (Lukas 21:28). Jadi jika penderitaan meningkat, jika kesabaran diuji; jika Iblis tampaknya mendapatkan jalannya, dan mendapatkan kekuatan di dalam tangannya, jangan tertipu – jangan biarkan hal itu mengatakan kepada saudara, ‘Ya, pengharapan kami tidak diwujudkan.’ Balikkanlah ke arah lain, dan berkata, ‘Inilah hal-hal yang mengatakan bahwa pengharapan kita akan segera terwujudkan.’ Ini adalah kabar baik untuk hari kesengsaraan, kabar baik bagi orang Kristen yang menderita, kabar baik ketika Iblis sedang melakukan yang terburuknya. Tuhan sudah dekat!
Tapi di mana kita akan merangkum semuanya? Kami selalu berusaha menemukan bagian kecil di mana semuanya dapat disimpulkan, dan saya pikir kita memilikinya di sini:
“Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya” (1 Tesalonika 5:24).
Inilah kesimpulan dan ringkasan dari keseluruhan perkaranya. Ya, yang terkasih sedang sekarat, pergi kepada Tuhan. Waktu terus berjalan. Iblis tampaknya makin mendapatkan kekuatan dan melakukan yang terburuknya. Kita, umat Tuhan, sedang menderita: meskipun demikian, Allah dapat memastikan kita melaluinya. “Ia juga akan menggenapinya.” Apa lagi yang kita inginkan? Melawan segalanya – ‘Ia juga akan menggenapinya.’ Itu adalah kabar baik! Bagaimanapun juga, dan pada kesimpulan terakhir, kabar baiknya adalah bahwa itu tidak ditinggalkan pada kita. Ini adalah perkara Tuhan. Apa yang ditinggalkan pada kita adalah untuk mempercayai Allah, untuk berusaha memahami jalan-Nya, untuk teguh, untuk berharap sampai akhir, dan kemudian Tuhan mengambil alih. “Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya.” Kabar baik!
Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.