oleh T. Austin-Sparks
Bab 4 – Dalam Surat-Nya kepada Jemaat di Efesus
“… firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu …” (Efesus 1:13).
“… orang-orang bukan Yahudi, karena Berita Injil, turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus. Dari Injil itu aku telah menjadi pelayannya …” (3:6, 7).
“… kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera …” (6:15).
“… berdoa … juga untuk aku, supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku, dikaruniakan perkataan yang benar, agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia Injil, yang kulayani sebagai utusan yang dipenjarakan …” (6:19, 20).
Ketika kita membahas ‘Injil menurut Paulus’ dalam surat kepada Jemaat di Efesus, kita menemukan bahwa kita memiliki kata ‘Injil’ dalam bentuk kata bendanya sebanyak empat kali. Kita juga memilikinya, pada satu atau dua kesempatan lain, dalam bentuk kata kerjanya, seperti dalam pasal 2:17 –
“… Ia datang dan memberikan damai sejahtera kepada kamu yang “jauh” …”
Saudara perhatikan garis-tepi-nya mengatakan “memberitakan kabar baik tentang damai sejahtera.” Nah, itu hanyalah cara bahasa Inggris menyulap kata bahasa Yunani. Kata bahasa Yunaninya adalah kata kerja di mana ‘Injil’ adalah kata benda; dan, seperti yang telah saya coba tunjukkan sebelumnya, apa yang sebenarnya dikatakan – ini tidak dapat diterjemahkan secara harfiah ke dalam bahasa Inggris – adalah: “datang dan ‘mengabarkan baik’ atau ‘memberitakan baik’ damai sejahtera.” Itu tidak mungkin dalam bahasa Inggris, tetapi itu hanyalah kata kerja dari kata benda ‘Injil’. Itu muncul sekali lagi dalam pasal 3, ayat 8 “… untuk memberitakan kepada orang-orang bukan Yahudi kekayaan Kristus, yang tidak terduga itu …” – yaitu, “untuk memberitakan baik kepada orang bukan Yahudi”, “untuk memberitakan kepada orang bukan Yahudi kabar baik dari …”. Ini sekali lagi adalah kata kerja untuk ‘injil’. Saya pikir itu memberi kita dasar untuk mengatakan bahwa surat ini adalah tentang Injil.
Banyak orang berpendapat bahwa ketika saudara sampai pada surat kepada Jemaat di Efesus, saudara telah meninggalkan Injil, saudara lebih jauh ke depan dari pada Injil, saudara sekarang pastinya sudah pergi jauh melampaui Injil. Saya tidak berpikir bahwa kita bisa melangkah lebih jauh dari surat ini, sejauh mana wahyu Ilahi bersangkutan: seperti yang akan kita lihat, hal ini memang membawa kita sangat jauh dalam hal-hal Ilahi; tetapi ini masih tetaplah Injil. Injil adalah sesuatu yang memang sangat luas, sangat lengkap, sangat luas jangkauannya.
Hal ini membuat kita memperhatikan bahwa surat kepada Jemaat di Efesus adalah surat yang penuh dengan superlatif-superlatif. Kata sifat yang ekspresif telah menjadi adat istiadat dalam beberapa tahun terakhir, di mana orang-orang mencoba menyampaikan gagasan bahwa sesuatu sangatlah hebat, atau dari kualitas tertinggi. Mereka bilang itu ‘super’. Sekarang di sini, di dalam surat ini, semuanya – bolehkah saya menggunakan kata itu? – ‘super’! Seluruh surat ini ditulis dalam istilah apa yang superlatif; dan saya dapat menganggap bahwa saudara dapat mengingat sesuatu tentang apa yang ada di sini. Superlatif berhubungan dengan hampir semua hal dalam surat ini.
Ada yang superlatif dari waktu. Waktu sepenuhnya dilampaui: kita dibawa ke dalam alam tanpa batas waktu. Melalui surat ini, kita dibawa kembali ke dalam kekekalan masa lalu, sebelum dunia dijadikan, dan ke dalam kekekalan yang akan datang, sampai selama-lamanya. Ini adalah yang superlatif dari waktu – melampaui waktu.
Ada yang superlatif dari angkasa. Satu kalimat ada di seluruh surat ini – “di sorga”. Ketika saudara datang ke sorga, saudara hanya kagum dengan luasnya hamparan. Di alam yang alami, hal itu benar, bukankah demikian, bahkan di ‘langit duniawi’ yang sangat terbatas, seperti yang diwakili oleh atmosfer bumi. Jika saudara sering bepergian lewat udara, saudara melewati bandara dan melihat pesawat-pesawat lalu lalang, hilir mudik, setiap beberapa menit, sepanjang hari dan sepanjang malam dan hari demi hari – namun ketika saudara berada di udara, saudara jarang bertemu mesin lain. Ini sungguh suatu peristiwa yang luar biasa untuk melewati pesawat lain di udara, begitu luasnya langit di hamparannya. Dan surat ini ditulis dalam alam yang superlatif dari angkasa, di sorga rohani, seluruhnya di atas batas-batas bumi.
Sekali lagi, ini tertulis dalam istilah yang superlatif dari kuasa. Ada satu kalimat di sini, yang begitu akrab bagi kita, yang menyentuh itu: “betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya” (Efesus 1:19). Ada sangat banyak tentang kuasa itu, kuasa yang superlatif, dan operasinya, di dalam surat ini.
Selanjutnya, surat ini adalah surat yang superlatif dalam kaitannya dengan isi-nya. Bagaimana mendekati dan menjelaskan itu sangatlah sulit. Saudara lihat, beberapa dari kita telah berbicara, memberikan ceramah, memberikan khotbah, tentang surat kepada jemaat di Efesus ini – dan ini hanyalah surat yang kecil sejauh mana menyangkut pasal-pasal atau kata-kata yang sebenarnya – selama lebih dari empat puluh tahun, dan kita masih belum mendekatinya. Saya menantang saudara untuk menghabiskan isi surat ini. Tidak peduli berapa lama saudara melakukan-nya – saudara akan selalu merasa, ‘Aku masih belum mulai mendekati itu.’ Saya tahu apa yang sebagian dari saudara pikirkan tentang saya atas surat ini. Saya hampir takut untuk menyebut nama ‘Jemaat Efesus’ itu sendiri! Bahkan ketika saya telah sekali lagi merenungkan surat ini pada saat ini, saya telah berkata pada diri saya sendiri: ‘Aku ingin mulai sekarang untuk memberikan serangkaian pesan-pesan yang sangat panjang tentang surat kepada jemaat di Efesus ini, dan aku tidak boleh menyentuh banyak dari dasar yang lama!’ Ini begitu. Tetapi ketika saudara melihat ke dalamnya dan mempertimbangkannya, saudara menemukan bahwa saudara berada di alam yang superlatif sejauh mana isinya bersangkutan, dan ini dimulai dengan “telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga” (1:3). Bisakah saudara melampaui di atas atau di luar itu? Saudara tidak bisa!
Sekali lagi, ini ada di dalam alam yang super-duniawi. Bumi di sini menjadi hal yang sangat kecil, dan semua yang terjadi di dalamnya. Semua sejarahnya dan semua yang ada di sini memang menjadi sangat kecil. Bumi sepenuhnya dilampaui.
Ini super-kebangsaan, sebagaimana yang akan kita lihat sebentar lagi. Ini tidak hanya berurusan dengan satu bangsa atau dua bangsa-bangsa. Ini semuanya adalah satu bangsa di sini.
Ini adalah super-natural. Lihatlah sekali lagi, dan saudara akan menemukan bahwa semua yang ada di sini berada di dataran yang sama sekali berada di atas yang natural. Saudara tidak dapat secara alami menangkapnya, memahaminya, menjelaskannya. Ini adalah wahyu Ilahi. Ini adalah dengan “Roh hikmat dan wahyu.” Itu super-natural. Pengetahuan yang ada di sini diperoleh secara super-natural.
Dan apa lagi yang harus saya katakan tentang yang ‘super’? Daftar ini dapat dengan mudah diperpanjang. Sudahkah saya mengatakan cukup banyak? Dapatkah saya terus menunjukkan di alam apakah ini, kisaran apakah ini? Saudara lihat, saudara memiliki kata-kata yang sangat besar di sini. Saya memberi saudara tiga dari mereka.
“Kepadaku, yang paling hina di antara segala orang kudus, telah dianugerahkan kasih karunia ini, untuk memberitakan kepada orang-orang bukan Yahudi kekayaan Kristus, yang tidak terduga itu” (3:8).
Surat ini ditulis dalam istilah dari apa yang tidak terduga, yang tidak terlacak.
“… dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah” (3:19).
“Kasih yang melampaui segala pengetahuan.” Di sini kita memiliki apa yang tidak terpahami.
“Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita …” (3:20).
Inilah apa yang teramat. Ini adalah kata-kata yang besar, tetapi saudara membutuhkan kata-kata yang besar di seluruh surat ini, dan saya berusaha untuk membuat saudara terkesan.
Sekarang, marilah kita lebih ke sisi dalam dari hal ini. Surat ini, dalam isinya, mewakili mungkin krisis terbesar dalam sejarah agama. Itu mengatakan cukup banyak. Telah ada banyak krisis-krisis dalam sejarah agama, dan krisis yang sangat besar, tetapi surat ini mewakili yang terbesar dari semuanya. Sebelum Tuhan Yesus dibangkitkan dari antara orang mati dan naik ke Sorga, dan Roh Kudus datang pada hari Pentakosta, hanya ada dua golongan manusia di bumi. Seluruh umat manusia dibagi menjadi dua kelas orang-orang, orang bukan Yahudi dan orang Yahudi. Ketika Roh Kudus datang, kelas ketiga muncul, yang, dari sudut pandang Allah, bukanlah orang bukan Yahudi ataupun orang Yahudi: ini adalah Jemaat Allah. Mereka diambil ke luar dari bangsa-bangsa bukan Yahudi dan diambil keluar dari antara orang-orang Yahudi, tetapi, sejauh mana Allah bersangkutan, mereka bukan orang Yahudi atau bukan orang bukan Yahudi, atau seperti yang dikatakan oleh Paulus, “tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani” (Galatia 3:28). ‘Yunani’ adalah kata perwakilan yang mencakupi orang bukan Yahudi. Ketika Tuhan Yesus datang kembali, sebagaimana Ia akan datang kembali, dan membawa Jemaat pergi, yang dua lainnya akan tetap di sini. Akan ada pembalikan di bumi kepada apa yang ada sebelumnya. Seluruh dunia akan dibagi lagi menjadi orang bukan Yahudi dan orang Yahudi.
Jadi ini, yang muncul pada hari Pentakosta, kelas ketiga dan kelas yang secara rohani cukup terpisah ini, yang disebut Jemaat, mewakili krisis yang terbesar dari semua krisis dalam sejarah manusia karena alasan ini, dan dengan cara ini – bahwa Jemaat itu bukanlah sesuatu yang dari sejenis sejarah duniawi. Rasul membuatnya sangat jelas, tepat di awal surat Efesus ini, bahwa Jemaat ini memiliki keberadaannya di dalam pengetahuan mula Allah sebelum dunia dijadikan. Jemaat ini adalah hal yang super-sementara, melampaui segala waktu dan melampaui bumi. Jemaat ini, Rasul menjelaskan, akan ada untuk selama-lamanya, masih super-sementara, super-duniawi, ketika orang Yahudi dan orang bukan Yahudi terus berjalan. Ya, akan ada bangsa-bangsa yang diselamatkan di bumi: tetapi yang lain ini berlangsung dalam hubungan yang sama sekali di luar dunia ini dan di luar waktu; dan ini adalah tentang kelas khusus ini, umat ini, Jemaat ini, bahwa semua hal ini dikatakan di dalam surat ini. Jemaat inilah yang mengambil karakter dari semua yang superlatif-superlatif ini. Hal ini sendiri adalah sesuatu yang superlatif, ini adalah hal yang tertinggi dalam ekonomi Allah, ini adalah hal yang tertinggi dalam semua aktivitas kedaulatan Allah dari kekekalan hingga kekekalan. Kita hidup dalam dispensasi dari sesuatu yang benar-benar transenden – Allah mengambil keluar bangsa-bangsa, baik orang Yahudi dan orang bukan Yahudi, orang-orang ini yang disebut Jemaat, yang adalah “tubuh Kristus.”
Sekarang, bejana atau alat atau umat yang superlatif ini memiliki panggilan yang superlatif atau yang transenden. Orang Yahudi memiliki panggilan duniawi untuk melayani tujuan duniawi, panggilan berjangka waktu di bumi ini. Banyak yang sangat yakin bahwa mereka belum mencapai tujuan seperti itu. Ada yang lain, dan di antara mereka, pengajar Alkitab yang luar biasa, yang percaya bahwa hari-hari orang Yahudi telah berakhir dalam kaitannya dengan ekonomi Allah, dan bahwa segala sesuatu telah dipindahkan ke Jemaat sekarang karena kegagalan orang Yahudi. Saya tidak akan membantahnya; hal itu tidak menjadi pertimbangan kami sama sekali. Faktanya tetap bahwa orang Yahudi dibesarkan untuk melayani tujuan duniawi dan sementara di dalam ekonomi Allah. Tetapi Jemaat ini, yang diselamatkan secara kekal – yang dipilih secara kekal, seperti yang dikatakan Rasul, di dalam Kristus Yesus sebelum dunia dijadikan – Jemaat ini memiliki panggilan yang superlatif untuk melayani tujuan Allah di Sorga. Ini adalah sesuatu yang tanpa batas waktu, yang superlatif dalam panggilan, dalam pekerjaan. Ini adalah hal yang luar biasa yang ada di sini.
Kita telah sering mengatakannya seperti ini, dan memang inilah apa yang diajarkan oleh surat Efesus – kita harus menyentuhnya dengan cara lain sekarang – bahwa dunia ini, mengenai perilakunya, dipengaruhi oleh seluruh hierarki rohani. Bahkan orang-orang yang tidak memiliki pemahaman rohani yang besar, orang-orang yang sulit kita anggap sebagai orang Kristen, dalam arti esensial sebagai anak-anak Allah yang telah dilahirkan kembali, telah mengenali ini dan mengakuinya: bahwa di balik perilaku dunia ini, ada beberapa kekuatan jahat, beberapa kuasa jahat, beberapa kecerdasan jahat. Mereka mungkin ragu-ragu untuk menamainya, untuk menyebutnya Iblis, dan sebagainya, tetapi Alkitab hanya menyebutnya begitu. Di balik perjalanan sejarah dunia ini, seperti yang kita ketahui – di balik peperangan, persaingan, kebencian, kepahitan, kekejaman, semua bentrokan dan keributan kepentingan, dan yang lainnya – ada kecerdasan jahat, kuasa yang sedang bekerja, seluruh sistem yang berusaha untuk menghancurkan kemuliaan Allah di dalam ciptaan-Nya. Dan seluruh sistem itu ada di sini, di katakan sebagai yang berada di dalam apa yang disebut “udara”, yaitu, sesuatu yang di atas bumi; di hawa itu sendiri, jika saudara berkenan, di atmosfer itu sendiri. Kadang-kadang saudara bisa merasakannya: kadang-kadang saudara hampir dapat ‘memotong atmosfernya dengan pisau’, seperti yang kita katakan; terkadang saudara tahu ada sesuatu di udara yang sangat jahat, durjana. Saudara tidak bisa begitu saja menetapkannya pada orang-orang; ada sesuatu di belakang orang-orang itu, sesuatu di sekeliling. Ini sangat nyata – terkadang tampaknya hampir nyata, saudara hampir bisa menciumnya – sesuatu yang jahat dan durjana. Itulah yang mengatur sistem dan tatanan dunia ini.
Sekarang, apa yang ada di sini di dalam surat ini adalah ini, bahwa Jemaat ini, yang dikandung secara kekal, diketahui sejak mula, dipilih, dan dijadikan ada pada permulaannya pada hari Pentakosta, dan bertumbuh secara rohani selama berabad-abad sejak itu – Jemaat ini akan menggantikan pemerintahan jahat di atas bumi ini. Jemaat ini adalah untuk menggulingkannya dan mengusirnya dari wilayahnya, dan dengan sendirinya mengambil tempat itu sebagai pengaruh yang mengatur dunia ini di masa yang akan datang. Itulah ajarannya di sini: suatu panggilan yang superlatif, suatu pekerjaan yang superlatif, karena orang-orang yang superlatif di dalam kodrat mereka itu sendiri. Ada sesuatu yang berbeda tentang mereka dari orang lain. Itulah rahasia kehidupan Kristen yang sejati – dari yang sejati di dalam Kristus: ada sesuatu tentang mereka yang berbeda. Bagi dunia ini, orang Kristen adalah suatu masalah dan suatu teka-teki. Saudara tidak dapat memasukkan mereka ke dalam kelas duniawi mana pun. Saudara tidak bisa begitu saja mengesampingkan seorang Kristen. Entah bagaimana, mereka menghindari saudara sepanjang waktu. Saudara tidak bisa memahami mereka.
Sekarang, di dalam surat ini, Paulus pertama-tama berbicara tentang panggilan yang superlatif itu, dan kemudian ia berkata bahwa, karena besarnya panggilan itu, Jemaat ini harus berperilaku sesuai dengan itu. “Sebab itu aku menasihatkan kamu … supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu” (Efesus 4:1). Perilaku harus disesuaikan dengan panggilan. Oh, semoga orang-orang Kristen berperilaku sesuai dengan panggilan mereka – kepada panggilan sorgawi mereka yang agung dan kekal! Tetapi karena panggilan ini, takdir ini, panggilan ini, posisi ini, hierarki jahat yang perkasa itu diatur sampai ke ons terakhirnya untuk menghancurkan alat yang disebut Jemaat ini, dan oleh karena itu ada konflik yang sangat besar dan mengerikan yang terjadi di udara mengenai hal ini, dan orang-orang Kristen menemuinya. Semakin saudara berusaha untuk hidup sesuai dengan panggilan saudara, semakin saudara menyadari betapa sulitnya itu, dan apa yang ada yang menentang saudara. Ini adalah konflik rohani yang sengit dan pahit.
Sekarang, tandailah, inilah yang disebut Paulus sebagai injil – semua ini adalah injil! Apakah saudara pernah mendapatkan ide tentang injil seperti itu? Apakah saudara pernah memikirkan Injil dengan istilah seperti itu? Ya, itu masihlah Injil, Injil yang sama; bukan yang lain, melainkan yang sama. Sekarang, karena semua ini benar tentang Injil, tentunya tuntutannya sangatlah besar. Reaksi dari begitu banyak orang, ketika saudara mengatakan hal-hal seperti itu, adalah: ‘Oh, aku tidak dapat mencapai itu – itu sama sekali di luar-ku, itu terlalu berlebihan bagi-ku, itu terlalu kuat, itu terlalu luar biasa! Berikan aku Injil yang sederhana!’ Tapi saya bertanya-tanya apakah kita menyadari dengan apa kita melibatkan diri kita sendiri ketika kita berbicara seperti itu. Sebab di sanalah sifat sejati Injil datang masuk, di dalam seluruh surat ini. Ya, panggilan itu luar biasa, sangat besar; perilakunya haruslah pada tingkat yang tinggi; konfliknya sengit dan pahit. Dan itu membuat tuntutan yang luar biasa. Jika itu adalah Injil, lalu bagaimana kita harus berhadapan dengan itu, bagaimana kita harus menemuinya, bagaimana kita harus bangkit terhadapnya, bagaimana kita harus melewatinya?
Nah, kita kembali kepada kalimat kepada apa saya mengumpulkan keseluruhan surat ini. Ini ada di sini: “untuk ‘mengabarkan baik’ tentang kekayaan Kristus yang tidak terduga itu.” Ini diterjemahkan ‘khotbah’ di dalam Alkitab kita, tetapi ini adalah kata yang sama, seperti yang saudara ketahui, di dalam bentuk kata kerja. “Untuk ‘mengabarkan baik’ tentang kekayaan Kristus yang tidak terduga itu.” Kabar baiknya adalah bahwa kekayaan itu tidak terduga! Oh, ini adalah sesuatu bagi kita untuk bersukacita, yang ditekan dengan keras, dengan susah payah; merasakan bahwa kita tidak akan pernah bisa bangkit terhadapnya, tidak pernah bisa melewatinya. Kekayaan superlatifnya adalah untuk panggilan yang superlatif dan untuk konflik yang superlatif dan untuk perilaku yang superlatif.
“Kekayaan yang tidak terduga.” Nah, itu adalah kata yang berkarakteristik yang saudara temukan tersebar di dalam surat ini. Kekayaan! Kekayaan! Dalam pasal 1, ayat 7, ini adalah “kekayaan kasih karunia-Nya.” Kalimat itu diperbesar di dalam 2:7 – “kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpah-limpah.” Dan kemudian di 1:18 ini adalah warisannya – “betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus” Itu hanya berarti bahwa orang-orang kudus adalah warisan Yesus Kristus, dan di dalam mereka, di dalam Jemaat-Nya, Ia memiliki kekayaan yang luar biasa. Sekarang, jika Ia akan memiliki kekayaan di dalam Jemaat ini, Dialah yang harus menyediakan kekayaan itu, dan ini adalah “menurut kekayaan kasih karunia-Nya” bahwa Ia akan menemukan “kekayaan warisan-Nya” di dalam Jemaat. Ada lebih banyak lagi yang dikatakan tentang itu. Dalam 3:16 kata itu digunakan lagi – “kekayaan kemuliaan-Nya.” Kekayaan! Kekayaan! Baiklah: jika tuntutannya besar, berarti ada persediaan yang besar. Jika kebutuhannya superlatif, sumber dayanya superlatif. Semua ini menguraikan dan menunjukkan dasar dan sumber daya Jemaat untuk panggilannya, untuk perilakunya, dan untuk konfliknya.
Jadi apakah ‘injil menurut Paulus’ di dalam surat kepada Jemaat di Efesus? Ini adalah Injil tentang “kekayaan yang tidak terduga” untuk tuntutan yang superlatif, dan ketika saudara telah mengatakannya, saudara ditinggalkan berenang di lautan yang besar. Buka kembali surat itu, bacalah dengan seksama, catatlah. Ya, ada standar yang tinggi di sini, ada tuntutan yang besar di sini, hal-hal yang luar biasa yang terlihat di sini; tetapi ada juga kekayaan kasih karunia-Nya, kekayaan kasih karunia-Nya yang tidak terduga untuk semuanya itu. Ada kekayaan kemuliaan-Nya: ini diletakkan seperti ini – “menurut kekayaan kemuliaan-Nya.” Sekarang, jika saudara dapat menjelajahi, memahami, menghabiskan, kekayaan Allah dalam kemuliaan, maka saudara menempatkan batasan tertentu pada kemungkinan dan potensi. Tetapi jika, setelah saudara mengatakan semua yang telah saudara coba katakan dalam bahasa manusia, seperti yang Rasul lakukan di sini, saudara menemukan bahwa saudara belum mendapatkan cukup banyak yang superlatif yang saudara miliki ketika saudara berbicara tentang sumber daya yang ada di dalam Allah oleh Kristus Yesus, maka segalanya mungkin – menurut kekayaan kasih karunia-Nya dan kemuliaan-Nya.
Itu adalah Injil, bukan? Pastinya itu adalah kabar baik, itu adalah berita baik! Dan, teman-teman yang terkasihi, kita akan melewatinya – dan kita tidak seharusnya hanya mengikis melalui. Jika memang seperti itu, kita seharusnya melewatinya secara superlatif. Tuhan membawa kita ke dalam kebaikan dari yang superlatif dari Injil, dari berita baik.
Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.