Austin-Sparks.net

Sahabat Kristus dan Panggilan Sorgawi

oleh T. Austin-Sparks

Bab 7 – Dua Permulaan

Ibrani pasal 3, ayat 1 dan 14, hanya sebagai cara untuk menyegarkan ingatan saudara, bukan sebagai cara untuk menghinanya! “Sebab itu, hai saudara-saudara yang kudus, yang mendapat bagian dalam panggilan sorgawi … kita telah beroleh bagian di dalam Kristus, asal saja kita teguh berpegang sampai kepada akhirnya pada keyakinan iman kita yang semula.” Sahabat Kristus dan panggilan sorgawi … dan kita melihat bahwa surat kepada orang Ibrani ini mewujudkan seluruh karakter dipensasi di mana kita hidup. Ini adalah perubahan dari Israel duniawi yang lama, menjadi Israel sorgawi yang baru.

Saya menyesal bagi teman-teman yang baru bisa bergabung dengan kita hari ini, tetapi saya lebih menyesal bagi diri saya sendiri daripada bagi saudara – kita hari ini tepatnya berada di setengah jalan dari konferensi ini, yang berarti bahwa banyak hal telah dikatakan. Sangat tidak mungkin bagi saya untuk merangkul saudara agar dapat memahami apa yang sedang dikatakan dengan membahas semua hal yang telah dibahas. Saya percaya bahwa Tuhan akan membantu saudara untuk masuk tepat ke jalan yang sedang Ia ambil. Jadi kami lanjutkan dengan bagian selanjutnya tentang perkara Israel baru ini sebagai sahabat Kristus dalam panggilan sorgawi.

Pagi ini kita akan kembali ke permulaan sejarah ini, karena kita telah melihat bahwa Allah mengikuti, secara rohani, garis yang Ia ambil dengan Israel pertama. Ia mengambil garis tertentu dengan Israel secara duniawi; Ia mengambil garis yang sama itu dengan Israel sorgawi yang baru, tetapi secara rohani.

Ini akan menjadi hal yang sangat indah jika kita meluangkan beberapa waktu untuk melihat garis keturunan Allah tepat dari mula hingga Kristus. Ada banyak generasi yang berakhir. Di satu tempat terdapatkan ringkasan besar tentang apa yang datang dan apa yang berakhir. Dikatakan, “Ia hidup, dan ia hidup sekian lamanya …” dan kemudian dikatakan “dan ia meninggal.” Dan itu dikatakan tentang daftar panjang orang-orang – mereka hidup dan kemudian mereka meninggal. Namun, di sana ada satu garis keturunan yang hidup dan tidak pernah mati; garis keturunan itu bergerak lurus melalui sejarah hingga ke Kristus dan saudara dapat dengan jelas mengikuti garis keturunan itu.

Sekarang, pada titik tertentu di dalam gerakan Allah itu, kita mendapati diri kita sendiri berada di hadapan permulaan Allah dengan Israel. Sekarang itu telah beralih dari individu ke titik di mana bangsa itu terlihat. Sejauh ini, ini adalah individu-individu; ini adalah Habel, dan Henokh, dan Nuh, dan mereka semua, orang-orang sebelum air bah, sebagaimana mereka disebut. Namun, ketika ini menyangkut Abraham, kita sampai pada titik di mana sebuah bangsa terlihat; ini adalah Israel, Israel dalam sejarah; yaitu, Israel dari bumi ini.

Dan pagi ini, kita akan mencatat permulaannya dan bagaimana Allah memulai dengan Israel, dan bagaimana prinsip permulaan itu dipindahkan ke Israel sorgawi yang baru di dalam Kristus. Dan ini sangat mengesankan bahwa saudara memiliki permulaan Israel pertama di Perjanjian Baru, dan saudara memilikinya di kitab Kisah Para Rasul. Sekarang perhatikan bahwa itu adalah hal yang penting karena Kitab Kisah Para Rasul adalah penghubung antara yang lama dan yang baru. Titik fokus transisi dari yang satu ke yang lain ada di dalam Kitab Kisah Para Rasul. Dan yang cukup menarik, ini ada di dalam wacana sang martir, Stefanus. Israel lama membunuh Stefanus dan dari kematian Stefanus muncullah Israel yang baru.

Hal pertama yang Stefanus katakan kepada Israel lama adalah ini. Pasal 7 dari Kitab Kisah Para Rasul dan ayat 2: “Allah yang Mahamulia telah menampakkan diri-Nya kepada bapa leluhur kita Abraham, ketika ia masih di Mesopotamia.” “Allah yang Mahamulia telah menampakkan diri-Nya …” itulah gerakan pertama bagi Israel lama, dan itulah tepatnya gerakan pertama bagi Israel baru: ini adalah penampakkan Allah yang Mahamulia. Kita melihat permulaan ini di dalam Perjanjian Baru.

Mari kita kembali ke Injil Yohanes: “Pada mulanya adalah Firman … Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita …” sekarang perhatikan: “kita telah melihat kemuliaan-Nya.” Mari kita kembali ke surat kepada orang Ibrani pasal 1: “Allah … pada akhir zaman ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya … Ia adalah cahaya kemuliaan Allah.” Allah yang Mahamulia telah menampakkan diri-Nya … pada akhir zaman ini telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya … Ia adalah cahaya kemuliaan Allah.

Pertama-tama, maka, ini adalah:

Allah Sedang Memasuki Sejarah Manusia.

Begitulah apa yang terjadi dengan Israel pertama. Di sana, di Ur-Kasdim, sebuah negeri kafir dengan dua ribu dewa-dewa lainnya, Allah yang Mahamulia datang masuk dan mengubah jalannya sejarah. Ia mengambil langkah pertama-Nya untuk mengamankan Israel.

Pasal pertama Injil Yohanes adalah tentang Allah yang Mahamulia yang masuk ke dalam sejarah manusia dengan cara yang baru. Tentu saja, hal itu ada di dalam Alkitab, di dalam Perjanjian Lama dan di dalam Perjanjian Baru, dan saudara dapat mengungkapkannya secara mental dan melihatnya secara objektif. Namun, saudara harus memegangnya dan membawanya langsung ke dalam ruangan ini dan membawanya ke barisan orang-orang dan membiarkannya datang langsung kepada saudara secara pribadi, karena hal ini berhubungan dengan saudara dan saya secara pribadi. Saudaralah dan sayalah yang dipanggil oleh Allah untuk menjadi sahabat Kristus dalam panggilan sorgawi; ini milik kita semua.

Awal mula sejarah kita itu sendiri sebagai Israel sorgawi Allah adalah campur tangan Allah di dalam hidup kita. Mungkin bagi sebagian dari kita, hal itu sama tidak terduganya seperti yang terjadi pada Abraham di Ur-Kasdim. Kita menjalani kehidupan kita di dunia ini, kita terlibat dalam perjalanan dunia ini, dewa dunia ini mengatur kehidupan kita. Nah, di sanalah kita berada, hanya satu di antara banyak orang … dan kemudian Allah datang masuk ke dalam hidup kita. Dan ketika Allah datang masuk ke dalam hidup seseorang, tidak ada keraguan sama sekali tentang itu: ada titik balik dalam sejarah, dalam sejarah kita. Dan hakikat perubahan itu adalah bahwa kita tidak lagi menjadi bagian dari dunia ini. Kita telah menjadi anggota Israel yang baru; dengan kata lain, umat sorgawi dengan sifat rohani.

Mungkin tidak terjadi pada kita seperti halnya pada Abraham, tetapi penting bagi kita semua untuk mengetahui bahwa Allah telah datang masuk ke dalam sejarah manusia kita. Ini bukanlah sesuatu yang pada awalnya datang dari pihak kita, melainkan ini adalah sesuatu dari pihak Allah. Ia mengambil inisiatifnya, mungkin dengan cara yang luar biasa, atau dengan cara yang sangat sederhana. Mungkin ini hanya terjadi pada suatu saat, atau mungkin juga terjadi pada hari-hari, minggu-minggu dan bulan-bulan. Namun faktanya adalah bahwa Allah datang masuk ke tempat kita berada. Bagaimana Allah datang masuk? Dan bagaimana Ia telah datang? Bagaimana kami harus menjelaskannya, jika kami ingin menjelaskannya dengan kata-kata? Nah, di sini dikatakan tentang Israel lama: “Allah yang Mahamulia telah menampakkan diri-Nya.” Dapatkah saudara menjelaskannya seperti itu mengenai pengalaman saudara?

Nah, saudara lihat kata-kata ini di dalam Perjanjian Baru menjelaskan hal itu. Allah datang di dalam Yesus Kristus, dan di dalam Yesus Kristus ada cahaya kemuliaan Allah. Dan sebagaimana kita telah melihat Yesus Kristus, kita telah berhubungan dengan Allah yang Mahamulia. Dalam kata-kata Ibrani 1 ini: “Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya.” Dan semua orang yang tahu bahwa Yesus Kristus telah datang ke dalam hidup mereka benar-benar tahu bahwa Allah yang Mahamulia telah datang. Jadi, setelah mengatakan bahwa Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita, Yohanes berkata, “dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa.”

Dan apakah kemuliaan itu? “Penuh kasih karunia dan kebenaran.” Saudara perhatikan di dalam Perjanjian Baru, kasih karunia dan kemuliaan selalu berjalan beriringan. Jika saudara ingin tahu apa kemuliaan Allah itu, itu adalah kasih karunia Allah, dan jika saudara ingin tahu apa kasih karunia Allah itu, itu adalah kemuliaan Allah. Ini adalah kemuliaan Allah untuk memberi kasih karunia. Allah bermegah dalam kasih karunia, dan ketika saudara mengetahui kasih karunia Allah, maka saudara mengetahui kemuliaan Allah. Kemuliaan Allah akan selalu datang kepada kita di sepanjang garis kasih karunia, dan jadi, karena kasih karunia, kita akan dapat berkata: “kita telah melihat kemuliaan-Nya.”

Sekarang, mungkin saudara tahu bahwa kata “kemuliaan” itu adalah salah satu kata besar di dalam Injil Yohanes. Jika saudara belum pernah melakukannya, saya sarankan saudara untuk membaca Injil itu dan menggarisbawahi kata “kemuliaan.”

Sekarang, sedikit kata untuk orang-orang Kristen muda yang belum banyak belajar Alkitab. Saya tidak berpikir untuk mengatakan ini, tetapi mungkin ini akan membantu. Saya tidak mengaku tahu banyak tentang Alkitab, memang, saya hanya tahu sedikit tentang Alkitab, tetapi saya akan menceritakan bagaimana saya mulai belajar Alkitab. Saya membeli sekotak pensil warna dan saya membeli Alkitab baru. Dan pertama-tama saya membaca Injil Yohanes dan saya memberi warna tertentu pada kata yang sama melalui Injil itu. Tentu saja, saya selalu memberi warna hijau di tempat kata “hidup” ditemukan! Itu adalah warna untuk hidup; saudara melihatnya di mana-mana – hijau berbicara tentang hidup. Saya menaruh warna biru di mana pun kata “kemuliaan” berada – itulah warna untuk langit. Saya menaruh warna merah di mana pun darah berada, atau apa pun yang berhubungan dengan darah atau Salib – dan begitulah saya melanjutkannya. Saya memperoleh hasil yang luar biasa di dalam Injil Yohanes ketika saya selesai! Dan sampai pada hari ini, jika saya ingin mengatakan sesuatu tentang Hidup, wah, semuanya ada di sana dalam warna hijau! Sekarang, itu hanyalah sebuah saran, dan saya pikir saudara mungkin menemukannya sebagai bantuan yang sangat sederhana. Ada lebih banyak warna lagi daripada ketiga warna itu!

Sekarang, saya sedang berbicara tentang kemuliaan, kemuliaan adalah salah satu kata-kata agung Yohanes, dan semua rujukan dalam Yohanes tentang kemuliaan Kristus berkaitan dengan pribadi-Nya yang supernatural dan kuasa-Nya yang supernatural. Ketika Yohanes berkata, “Kita telah melihat kemuliaan-Nya” ia menulis bertahun-tahun setelah Tuhan Yesus telah datang dan pergi. Injil Yohanes adalah salah satu tulisan tertua di dalam Perjanjian Baru. Mungkin semua rasul lainnya telah pergi kepada Tuhan ketika Yohanes menulis injilnya. Jadi Yohanes sedang melihat kembali semua sejarah itu dan menuangkan kesan-kesannya ke dalam kata-kata tertentu, dan ketika ia memikirkan Tuhan Yesus, kehidupan-Nya, pekerjaan-Nya, ajaran-Nya, dan segala sesuatunya tentang diri-Nya, ia menyimpulkan semuanya ke dalam ini: “dan kita telah melihat kemuliaan-Nya.”

Bagaimana ia melihat kemuliaan-Nya? Ia melihat kemuliaan-Nya pada banyak kesempatan, Ia melihat kemuliaan-Nya melalui serangkaian situasi yang mustahil bagi manusia. Sekarang itu adalah satu hal lagi yang bisa saudara pelajari! Bacalah Injil Yohanes dan lihatlah berapa banyak situasi yang mustahil yang dapat saudara temukan! Oh, Injil itu sungguh penuh dengan situasi yang mustahil. Pikirkan tentang perkawinan di Kana di Galilea, ketika anggur itu habis. Ini adalah situasi yang mustahil secara manusiawi. Lanjutkan ke pasal berikutnya dengan Nikodemus dan apa yang dikatakan Nikodemus? “Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua?” – situasi yang mustahil! Pikirkan tentang perempuan Samaria. Ia telah mencoba segalanya untuk menemukan kepuasan itu. Sebuah situasi yang mustahil! Saudara lihat, saudara dapat terus melanjutkan seperti ini. Dan di dalam semua situasi-situasi ini, Yesus datang masuk dan mengubah yang tidak mungkin menjadi kenyataan. Dan demikianlah dikatakan di akhir kisah perkawinan di Kana: “Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya.” Itulah prinsip yang mengatur segalanya. Itu tidak selalu dikatakan dengan kata-kata yang persis sama, tetapi jika saudara pergi kembali dengan perempuan Samaria itu ke kota itu dan mendengarnya berseru kepada semua orang di kota itu: “Mari lihat! Di sana ada seorang, mungkinkah Dia Kristus itu?” saudara akan menyimpulkan bahwa ia telah melihat kemuliaan-Nya.

Jadi, saudara langsung datang ke Lazarus. Yesus berkata: “Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan.” Dan dalam kesulitan yang dihadapi oleh para saudari di Betania itu, ketika mereka tidak dapat menerima sepenuhnya bahwa masalah mereka akan segera diselesaikan, dan mereka berkata: “Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada akhir zaman”, Yesus berkata: “Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?” Saudara lihat, kemuliaan Allah di dalam Yesus Kristus berkaitan dengan apa yang dapat dilakukan Allah yang tidak dapat dilakukan oleh yang lain. Ini adalah Pribadi supernatural dan kuasa Anak Allah. Itulah kemuliaan Allah.

Dan teman-teman terkasih, itulah sebabnya kita terkadang mengalami kesulitan untuk bisa melewatinya. Mungkin saudara sering merasa terganggu karena kesulitan yang dialami sebagian jiwa-jiwa untuk bisa datang kepada Tuhan. Sepertinya seolah-olah Tuhan tidak ingin menyelamatkan mereka! Mereka mengalami kesulitan, terkadang selama berhari-hari, berminggu-minggu atau berbulan-bulan, dan saudara tahu di sepanjang masa mereka berdebat, mereka mengemukakan masalah mereka, dan tampaknya tidak terjadi apa-apa. Dan kemudian, akhirnya, hal itu benar-benar terjadi dan mereka berhasil melewatinya. Mengapa demikian? Allah berkata dengan tegasnya: “Ini akan terjadi dari-Ku, dan bukan dari dirimu sendiri.” Tidak ada laki-laki atau perempuan yang dapat menyelamatkan dirinya sendiri; dengan semua niat baik dari orang lain untuk membantu, mereka tidak akan dapat menyelamatkan. Keselamatan jiwa adalah hal yang mustahil kecuali bagi Allah, dan Allah memastikan bahwa ini diletakkan di atas dasar supernatural. Dan sangat sering Ia tidak datang masuk sampai kita telah sampai pada titik putus asa – tetapi Ia sungguh datang pada saat itu.

Dan apa yang benar tentang keselamatan juga sering kali benar tentang sejarah rohani kita. Berulang kali kita dibawa ke titik di mana situasi menjadi sangat mustahil bagi manusia. Kita tidak dapat memecahkan masalah itu sendiri, kita tidak dapat mengubah situasi itu sendiri. Jika kita hanyalah manusia dari dunia ini, kita mungkin dapat melakukannya, tetapi entah bagaimana, karena kita adalah umat Tuhan, itu tidak akan berhasil. Semua kepintaran kita gagal. Secara alami tentu saja tidak ada alasan bagi kita untuk tidak dapat maju, tetapi faktanya adalah bahwa kita hanya tidak dapat berhasil. Kita mencoba segalanya, kita sangat bingung. Kita semakin putus asa, dan semakin putus asa, dan kita dibawa sampai pada titik di mana kita berkata: “Baiklah, hanya Tuhan yang dapat melakukan ini!” – dan itulah tepatnya apa yang sedang Tuhan kerjakan. Ketika Allah yang Mahamulia menampakkan diri-Nya, Ia menampakkan diri-Nya sebagai Allah yang Mahamulia. Apakah saudara mengerti maksudnya?

Nah, saya katakan bahwa kata “kemuliaan” di dalam Injil Yohanes dihubungkan dengan kuasa supernatural Yesus Kristus, dan kita hanya belajar tentang siapa Yesus itu dengan menghadapi situasi-situasi di mana hanya Dialah yang dapat menolong kita. Semakin banyak kita belajar tentang Tuhan Yesus, semakin mustahil untuk menjalani kehidupan di bumi ini dan semakin mustahil pula situasi-situasi yang akan terjadi.

Nah, itulah permulaan Allah yang Mahamulia.

Perhatikan hal berikutnya:

Kemuliaan Allah di dalam Abraham Mencapai Puncaknya di dalam Keanakan.

Ada banyak hal dalam kehidupan Abraham yang membutuhkan Allah yang Mahamulia untuk datang masuk dan jadi kita membaca bahwa dalam situasi-situasi yang berbeda “Tuhan menampakkan diri kepada Abraham.” Namun klimaks dari semua penampakkan Allah kepada Abraham berhubungan dengan Ishak – yaitu, hal itu terkait dengan perkara tentang keanakan ini. Perjanjian Allah dengan Abraham akan terwujudkan di sepanjang garis keanakan; semua tujuan Allah di dalam Abraham terkait dengan Ishak.

Tentu saja, pada mulanya Ishak adalah sesuatu yang mustahil, tetapi pada akhirnya ia menjadi sesuatu yang lebih mustahil lagi – “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi … dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran.” Di sini adalah semua janji dan perjanjian yang terbungkus di dalam Ishak, untuk dibunuh dengan sebuah pisau. Ini adalah situasi yang mustahil! Ishak mati? Tidak mungkin ada Ishak lain, sungguh, saya ragu apakah Abraham menginginkan Ishak yang lain. Bagi dia, ini adalah perkara tentang hidup atau mati; situasi yang sangat mustahil jika Ishak terbaring mati di mezbah. Namun, saudara tahu apa yang terjadi dan saudara tahu apa yang dikatakan Perjanjian Baru tentang itu, dikatakan: “Dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali oleh kebangkitan.”

Pernahkah ada orang yang membangkitkan orang mati selain Allah? Manusia dapat melakukan banyak hal untuk memperpanjang hidup, dan mereka berpikir bahwa mereka akan mencapai waktu ketika mereka akan membangkitkan orang mati. Nah, kita belum mencapai waktu itu, dan kita akan melihat apakah Allah akan menyerahkan satu-satunya hak prerogatif-Nya sendiri – yaitu, untuk membawa kembali roh yang telah meninggal ke dalam tubuh yang mati. Itu adalah tindakan Allah, itu adalah kebangkitan, bukan resusitasi.

Saya katakan bahwa kemuliaan Allah mencapai klimaksnya dalam kasus Abraham di sepanjang garis keanakan. Nanti kita harus melihat ini dengan lebih dekat lagi dalam kaitannya dengan Lazarus, tetapi marilah kita kembali ke permulaan kita.

Yohanes 1 sekali lagi, “Kita telah melihat kemuliaan-Nya.” Bagaimana kita melihat kemuliaan-Nya? “Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah,” Ia memberi mereka kuasa supaya menjadi anak-anak Allah. Itulah sejarah kita. Kita, yang hadir di sini pagi ini (saya percaya ini berlaku bagi semua orang) akan dapat mengatakan: “Oleh campur tangan Allah, aku adalah anak Allah.” Dan kemudian saudara perhatikan bagaimana Yohanes menganalisis hal ini: “orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.” Anak-anak Allah oleh campur tangan Allah, melalui tindakan langsung dari Allah, dilahirkan dari atas, dijadikan anak-anak Allah. Kemuliaan Allah dinyatakan di dalam Yesus Kristus dalam keanakan.

Apakah saudara bermegah dalam kenyataan bahwa saudara adalah anak Allah yang telah dilahirkan kembali?

Yohanes yang sama ini, bertahun-tahun kemudian, dengan sepenuh hati menuliskan kata-kata ini: “Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.” Dan terkait dengan itu, Yohanes berkata: “Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah.”

Oh, ini sungguh luar biasa untuk menjadi anak Allah! Bagaimanapun juga, Yohanes berkata demikian, dan ia tahu apa yang sedang dikatakannya.

Kemuliaannya, kemudian, ada di dalam keanakan. Dan saya pikir saya akan meninggalkannya di sini untuk pagi hari ini, mungkin jika saya mengatakan lebih banyak lagi, saudara akan lupa pada apa yang telah saya katakan. Namun, tepat pada titik itulah, saudara lihat, bahwa Israel datang ke dalam pandangan: keturunan Abraham melalui Ishak. Bangsa itulah yang mulai terlihat sekarang dan, seperti yang telah kami katakan sebelumnya, Allah berkata kepada Firaun: “Biarkan anak-Ku pergi.” Dan kata “anak” itu adalah kata yang komprehensif, kata itu mencakup seluruh bangsa. Allah melihat bangsa itu sebagai satu anak dan Ia tidak akan menyerahkan satu bagian pun dari itu, karena keanakan adalah sesuatu yang begitu lengkap. Firaun berkata, “Baiklah, pergilah dan beribadahlah para lelaki. Tinggalkan para perempuan dan anak-anak serta kambing dombamu dan lembu sapimu.” Dan Musa berkata: “Satu kaki ternak pun tidak akan tinggal.” Allah telah berkata “anak-Ku,” dan itu termasuk seluruh bangsa itu. Oh, betapa inginnya saya membahas Perjanjian Baru dengan itu, tetapi kami bisa menundanya sampai besok.

Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.