oleh T. Austin-Sparks
Kita kembali lagi kepada surat kepada orang Ibrani, dengan satu kata sebagai kunci untuk keseluruhan suratnya. Dalam ayat 1, “Saudara-saudara yang kudus, yang mendapat bagian dalam panggilan sorgawi …” ayat 14 “Kita menjadi sahabat Kristus, asal saja kita teguh berpegang sampai kepada akhirnya pada keyakinan iman kita yang semula.” Sahabat Kristus dan panggilan sorgawi. Sebagai pokok bahasan, kami telah menunjukkan bahwa ini adalah kunci untuk keseluruhan surat ini. Surat ini merupakan sebuah seruan bagi para sahabat Kristus; seruan bagi sahabat panggilan sorgawi. Dan kami juga telah mengatakan bahwa surat ini merupakan ringkasan dari seluruh Perjanjian Baru.
Dalam membuat pernyataan itu, tentu saja kami menyediakan saudara dengan bidang pertimbangan yang sangat luas. Kami hanya harus mengatakan bahwa semua yang ada di dalam Perjanjian Baru dikumpulkan dalam beberapa cara ke dalam surat kepada orang Ibrani ini. Oleh karena itu, semua yang ada di dalam Perjanjian Baru dikumpulkan ke dalam satu pemikiran ini: Allah menghendaki sahabat bagi Anak-Nya dalam panggilan sorgawi.
Sekarang pada pagi hari ini, kami akan menggali lebih dalam ke dalam surat kepada orang Ibrani ini, selalu dengan satu pemikiran ini dalam benak: ini adalah sahabat Kristus yang ada dalam pandangan. Mari kami sampaikan satu patah kata singkat tentang sudut pandang yang diambil oleh surat ini.
Kami paham bahwa surat ini dituliskan dan diberikan kepada orang Kristen Ibrani pada saat krisis yang sangat serius. Saat itu seluruh sistem yang telah ada selama berabad-abad hampir berakhir. Seluruh sistem Perjanjian Lama dari Musa dan seterusnya hampir berakhir. Setelah penulis menuliskan semua yang ada di dalam surat ini, ia menambahkan kutipan dari Perjanjian Lama di atasnya: “Satu kali lagi Aku akan menggoncangkan bukan hanya bumi saja, melainkan langit juga sehingga apa yang dapat digoncangkan akan tergoncangkan dan apa yang tidak tergoncangkan tinggal tetap.” Dan dalam mengutip Kitab Suci itu dan meletakannya di akhir surat ini, ia menunjukkan bahwa hal itu akan segera terjadi. Dan ia terbukti benar. Ini sangat jelas bahwa surat ini dituliskan sebelum tahun 70 setelah Masehi. Mungkin saja balatentara Romawi sudah berkumpul di sekitar Yerusalem dan kita tahu dari sejarah apa yang terjadi. Yerusalem dikepung dan dihancurkan. Tidak ada satu batu pun dari bait suci yang tersisa di atas batu lainnya. Seluruh negeri itu dihancurkan. Pelayanan imamat berhenti; semua fungsi bait suci berakhir. Seluruh negeri itu berada dalam kondisi kehancuran total dan sejak hari itu, bahkan sampai sekarang, sistem itu tidak ada lagi. Karena Tuhan tahu apa yang akan terjadi, dan karena dalam rencana Ilahi waktunya telah tiba bagi hal itu untuk terjadi, surat ini dituliskan. Selalu baca surat ini dalam terang krisis sejarah yang besar itu.
Itulah sisi gelap dari kisah tersebut, tetapi saudara perhatikan bahwa surat itu penuh dengan hal yang lebih baik yang akan menggantikan yang lama. Kami akan merenungkan “hal yang lebih baik” itu seiring berjalannya waktu. Namun, ketika orang-orang dari panggilan duniawi itu disingkirkan, surat agung dari panggilan sorgawi ini disajikan kepada mereka.
Sekarang, sebelum kita melanjutkan dengan surat itu, mari kita ingat bahwa pesannya tetap ada bagi kita. Hanya orang yang sangat buta pada hari ini yang tidak dapat melihat bahwa peristiwa yang sama seperti itu sudah sangat dekat. Telah dibangun di bumi ini sistem Kekristenan lain yang besar. Sistem ini sangat duniawi sebagai sebuah sistem, dan, seperti halnya dengan bangsa Yahudi dalam kasus ini, hati mereka sangatlah terikat dengan sistem mereka, demikian pula di zaman kita, banyak orang Kristen terikat dengan Kekristenan yang bersejarah ini.
Saya tidak mengaku sebagai seorang nabi, tetapi ada banyak dalam Firman Allah yang menunjuk pada saat ketika seluruh sistem ini akan berakhir. Ini sangatlah mengesankan bahwa di dalam hidup kami, kami telah melihat hal ini dalam cara yang kecil. Ketika gereja-gereja telah dihancurkan, jemaat-jemaat telah tersebarkan, ini tidaklah mungkin untuk melanjutkan dengan bentuk-bentuk lama, dan orang-orang harus menemukan Tuhan bagi diri mereka sendiri tanpa bantuan duniawi apa pun; mereka harus mendapatkan bantuan mereka dari sorga dan bukan dari bumi. Dalam skala yang relatif kecil, kami telah melihat hal ini terjadi setidaknya pada dua kesempatan. Tentu saja, saudara-saudara sekalian yang di Swiss tidak tahu banyak tentang hal itu, tetapi Tuhan telah memukul bumi pada dua kesempatan yang mengerikan dengan jarak waktu yang tidak begitu jauh dan ini tidak sulit untuk melihat bahwa hal itu dapat terjadi dalam skala yang jauh lebih besar. Dan bahwa peristiwa itu mungkin tidak akan lama lagi. Tentu saja, kita umat Kristen berbicara tentang kedatangan Tuhan; itulah pengharapan kita dan itulah keselamatan kita: tetapi kita harus ingat bahwa kedatangan Tuhan akan disertai dengan penghakiman yang mengerikan atas bumi ini, ketika segala sesuatu yang bukan sorgawi akan digoncangkan, begitu tergoncangkan sehingga akan runtuh begitu saja.
Jadi Surat ini memiliki pesan yang nyata bagi kita. Seperti yang dikatakan kepada orang Kristen Yahudi pada waktu itu: “Seluruh sistem-mu, yang di dalamnya kamu begitu terikat, akan berlalu”, maka Surat ini mengatakan kepada kita pada hari ini: “Semua sistem duniawi akan digoncangkan, dan digoncangkan keluar dari tempatnya. Namun ada yang lebih baik yang akan datang!” Allah memiliki sesuatu yang lebih baik. Nah, itulah sudut pandang dari surat ini. Saya yakin kita dapat melihat bahwa ini sangat berlaku untuk zaman kita. Kita tidak hanya sedang mempelajari sebuah kitab dalam Alkitab yang berhubungan dengan berabad-abad yang lalu. Allah adalah Allah yang kekal dan Ia berbicara kepada segala zaman, tetapi pesannya semakin kuat saat kita mendekati akhirnya.
Nah, seperti yang telah saya katakan, itulah sudut pandang penulisan surat ini. Sekarang kita akan melihat lebih jauh lagi ini …
Dalam istilah Perjanjian Baru, dan khususnya surat ini, ini adalah transisi dari Israel duniawi yang bersejarah ke Israel sorgawi yang rohani. Dan jadi, kita akan melihat pada asal mula Israel dalam kedua kasus tersebut.
Apakah saudara memperhatikan bagaimana surat ini dimulai? Surat ini dimulai dengan satu kata: Allah. Saudara dapat melingkari kata itu dengan lingkaran besar. Allah. Di atas seluruh isi surat ini berdiri Allah. “Pada mulanya … Allah.” Segala sesuatu di dalam surat ini harus dilihat dari sudut pandang Allah, ini tidak boleh dilihat dari sudut pandang manusia, ini tidak boleh dilihat dari sudut pandang dunia, dari sudut pandang duniawi. Allah-lah yang sedang berbicara, dan semua yang ada di sini adalah apa yang Allah katakan. Allah berdiri di atas semua yang terkandung dalam surat ini, dan tidak seorang pun yang diizinkan untuk mengatakan bahwa hal ini berasal dari manusia. Saat kita membaca surat ini, kita harus terus berkata kepada diri kita sendiri: “Allah mengatakan itu! Ini bukanlah penafsiran manusia, ini adalah Allah yang sedang berbicara.” Transisi besar ini, yang ditandai oleh surat ini adalah Allah yang terus maju. Allah sedang berjalan terus. Allah adalah yang bertanggung jawab atas segala sesuatu. Dan Surat itu berkata: “Sahabat panggilan sorgawi adalah mereka yang terus berjalan bersama Allah.” Jadi seruan surat ini berulang kali berbunyi: “Mari kita berjalan terus, karena Allah terus berjalan.”
Sekarang seluruh sistem bangsa Yahudi lama adalah sesuatu yang telah menetap, dan dalam arti yang sangat nyata sistem itu telah tertidur. Sekarang, saudara kami berkata kepada kami pada waktu doa pagi ini bahwa Allah tidak turun kepada kita saat kita tertidur. Tentu saja yang ia maksudkan adalah secara rohani, bukan secara alami. Tidak, Allah bukanlah Allah mereka yang tertidur secara rohani. Seruannya kepada Israel adalah: “Bangunlah, hai kamu yang tidur!” Sistem itu telah tertidur, telah menetap, sistem itu telah menjadi akhir dalam dirinya sendiri. Sistem itu tidak bergerak maju bersama Allah. Itulah masalahnya pada zaman para nabi. Dan surat ini mengatakan: “Allah berjalan terus. Sahabat-sahabat adalah mereka yang berjalan terus bersama dengan Allah.”
Ingatlah ini, teman-teman yang kekasih, bahwa Kekristenan yang sejati dan hidup adalah Kekristenan yang “berjalan terus”. Kekristenan itu tidak akan pernah berhenti berjalan, baik dalam kehidupan ini, maupun dalam kekekalan. Dikatakan bahwa “Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.” Jadi kita mulai dengan Allah, dan kita berjalan terus dengan Allah.
Sekarang, surat ini adalah Allah yang mengekspresikan Diri-Nya sendiri. Itu ada di pernyataan pertama dalam surat itu: “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya.” Di sini, maka, kita bertemu dengan seorang Allah yang mengekspresikan diri-Nya sendiri. Ia di sini dinyatakan sebagai Allah yang berbicara; Ia adalah Allah yang berbicara, Ia bukanlah Allah yang bisu, Ia bukanlah Allah yang bungkam. Ia adalah Allah yang telah selalu berbicara dan sedang berbicara sekarang. Jadi, surat ini di awal, menyatakan Allah sebagai Allah yang berbicara. Dan kemudian, untuk menganalisisnya lebih lanjut, Allah dikatakan sebagai Allah yang berbicara dengan suatu tujuan. Ia adalah Allah yang bertujuan dan Ia sedang berbicara tentang tujuan-Nya. Ia berbicara pada zaman dahulu “dalam pelbagai cara dengan perantaraan nabi-nabi,” Ia berbicara sekarang melalui Anak-Nya, dan berikut ini adalah dua hal yang sangat penting untuk diperhatikan.
Pada zaman dahulu, Ia berbicara dalam pelbagai cara dengan perantaraan nabi-nabi, Ia berbicara dalam pelbagai cara. Ia mengatakan hal ini kepada seorang nabi dan hal ini melalui nabi yang lain. Semua nabi-nabi adalah bagian dari perkataan Allah. Tidak ada seorang nabi pun yang mengatakan segalanya. Saudara dapat melihat ke dalam nabi-nabi dan melihat bahwa setiap-tiap dari mereka memiliki aspek tertentu dari pesan Allah. “Dalam pelbagai cara”, adalah katanya. Sekarang, perkataan akhir-Nya di dalam Kristus adalah perkumpulan semua bagian-bagiannya menjadi lengkap. Anak Allah adalah perkataan Allah yang lengkap – semua bagian-bagiannya disatukan di dalam Dia. Ia adalah perkataan Allah yang lengkap. Itu memberi surat ini tempat yang sangat, sangat penting bukan? Surat ini mengatakan bahwa sekarang, di sini, Allah sedang berbicara dalam kepenuhan di dalam Anak-Nya.
Dan di samping seruan itu adalah “harus lebih teliti kita memperhatikan”, karena ini jauh lebih penuh daripada apa pun yang pernah Allah katakan sebelumnya.
Dan kemudian dikatakan bahwa pada zaman dahulu Allah berbicara “dalam pelbagai cara”, bukan hanya dalam pelbagai bagian, tetapi dengan cara yang berbeda. Nah, ini akan memakan waktu terlalu lama bagi kita untuk kembali ke Perjanjian Lama untuk melihat semua cara Allah berbicara. Ia berbicara dengan seribu cara yang berbeda; terkadang dengan kata-kata dan terkadang dengan tindakan. Cara bicaranya memang “beragam”. Namun pernyataannya di sini adalah bahwa pada akhirnya Ia berbicara dengan satu cara, satu cara yang mencakup semuanya, dan itu adalah dengan perantaraan Anak-Nya. Anak-Nya adalah satu-satunya cara berbicara Allah yang inklusif di akhir zaman. Di satu sisi, tidak seorang pun yang akan mendapatkan apa pun dari Allah selain dari Yesus Kristus sekarang. Allah sama sekali tidak akan berbicara selain dengan perantaraan Anak-Nya. Jika saudara ingin tahu apa yang Allah ingin katakan kepada saudara, saudara harus datang kepada Anak-Nya. Di sisi lain, kita memiliki semua yang Allah ingin katakan di dalam Yesus Kristus. Sekarang, saya ingin mengatakan itu khususnya kepada orang-orang Kristen muda.
Saudara tahu, ketika kita masih orang Kristen muda, kita bisa menjadi sangat sombong secara rohani; saya tidak terkecuali di dalam hal ini. Setelah saya menjadi seorang Kristen untuk beberapa saat, semuanya begitu indah. Alkitab begitu indah, Tuhan begitu indah, saya mengikutinya dan saya tidak menyadari apa yang saya lakukan tetapi saya berkata dengan pelan-pelan, “haleluya.” Saya ingat bahwa suatu hari saudara perempuan saya berjalan di samping saya, saya lupa ia ada di sana. Saya sedang begitu bersenang-senang dengan Tuhan di dalam hati sehingga saya berkata, “Haleluya!” Dan ia menatap saya, ia berkata, “Aku senang mendengarmu berkata haleluya!” Tentu saja itu semuanya baik-baik saja, tetapi ada sisi bodohnya. Saya pikir saya tahu segalanya yang ada di dalam Alkitab. Saya hampir mengatakan itu! Saya hampir berada dalam bahaya tidak bisa diajar. Saya pikir saya sudah mengerti semuanya. Saya pikir saya sudah tahu semuanya. Tentu saja, itu adalah tanda-tanda kemudaan. Seperti yang dikatakan seseorang tentang beberapa perkataan Daud, Daud berkata, seperti yang saudara ketahui, “Aku memiliki lebih banyak pengetahuan daripada semua guru-guru-ku; aku memiliki lebih banyak pengetahuan daripada semua guru-guru-ku.” Dan seseorang telah berkata Daud pastinya masih sangat muda ketika ia mengatakan itu!
Nah, sekarang saya bukan lagi seorang pemuda, sudah bertahun-tahun berlalu sejak saat-saat itu. Saya telah membaca dan mempelajari Alkitab selama bertahun-tahun, dan saya katakan dengan jujur, teman-teman, bahwa pada hari ini kitab ini sama sekali di luar pemahaman saya. Saya tidak akan pernah kembali kepada surat kepada orang Ibrani ini jika hal itu tidak benar. Saya telah berkhotbah dan memberi ceramah tentang surat ini selama bertahun-tahun, tetapi hari ini, surat ini jauh, jauh di luar jangkauan saya. Haruskah saya mengatakan surat kepada orang Ibrani ini? Saya akan lebih tepat jika mengatakan: Tuhan Yesus yang dinyatakan di dalam surat ini. Ya, kita memiliki jauh, jauh lebih banyak tentang perkataan Allah di dalam Anak-Nya daripada yang telah kita pahami. Kita tidak memiliki apa pun selain dari Yesus Kristus, dan kita tidak membutuhkan apa pun selain dari Yesus Kristus.
Sekarang, kami katakan surat ini memperkenalkan Allah sebagai Allah yang memiliki tujuan, dan surat ini melanjutkan untuk menunjukkan bahwa tujuan Allah dipusatkan dan diringkas di dalam Anak-Nya. Dan itu, di awal surat, ditetapkan di hadapan kita dalam tiga cara.
Pertama, dalam pribadi Anak-Nya. Coba perhatikan ini: “Maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta. Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah …” dan seterusnya. Saudara perhatikan bahwa seluruh pasal pertama itu dipenuhi dengan penyajian Anak Allah. Allah sedang berbicara tentang Anak-Nya, tentang siapakah Anak-Nya itu. Betapa agungnya Anak ini!
Dan kemudian, Ia memperkenalkan Anak dalam konteks penebusan. “Setelah selesai mengadakan penyucian dosa.” Itu hanyalah satu kalimat, tetapi banyak pasal yang menyertainya untuk menjelaskan apa penebusan itu. Semua pasal-pasal tentang imamat ini dan pengorbanan berkaitan dengan satu klausa itu. Setelah selesai mengadakan penyucian dosa … Allah berbicara dengan perantaraan Anak-Nya tentang penebusan.
Dan di tempat ketiga, Ia berbicara dengan perantaraan Anak-Nya tentang kemuliaan. Anak adalah cahaya kemuliaan Allah itu sendiri, dan Anak ini akan membawa banyak orang kepada kemuliaan, karena Anak ini, setelah selesai mengadakan penyucian dosa, telah duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar. Ia berbicara dengan perantaraan seorang Anak yang kini telah dimuliakan-Nya dan didudukan di sebelah kanan-Nya sendiri, sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi.
Tetapi Allah tidak berhenti berbicara dengan perantaraan Anak-Nya mengenai Anak saja. Saudara akan melihat bahwa di dalam pasal dua Ia membawa masuk manusia ke dalam hal ini, dan surat ini memiliki pesan yang luar biasa ini bagi manusia: bahwa semua yang telah Allah letakkan di dalam Anak-Nya adalah untuk manusia. Allah berbicara dalam surat ini tentang pekerjaan Kristus yang telah selesai, pekerjaan yang telah disempurnakan bagi manusia.
Sekarang, inilah sesuatu yang harus kita pikirkan bersama. Secara pribadi, saya terus-menerus dihadapkan dengan hal ini: Saya belum belajar sepenuhnya untuk percaya pada apa yang saya yakini! Saya percaya pada pekerjaan Kristus yang telah selesai, namun terkadang saya merasa sangat sedih tentang diri saya sendiri seperti halnya dengan orang lain. Dan saya sering kali hampir menyerah karena betapa buruknya diri saya ini. Jika ada sesuatu di dunia ini yang dapat menyebabkan saya untuk menyerah dalam pelayanan Kristen, ini adalah diri saya sendiri. Apakah saudara mengerti apa yang saya maksudkan? Oh, betapa kita berkecil hati dengan apa yang kita temukan di dalam diri kita sendiri! Jadi, kita tidak percaya pada apa yang kita percayai. Kita percaya pada pekerjaan Kristus yang telah selesai, dan bahwa Allah meletakkan seluruh pekerjaan Kristus yang telah selesai kepada kita. Dan Allah tidak melihat kita dalam diri kita sendiri – Ia melihat kita dalam Kristus. Ia tidak melihat kita, Ia melihat Kristus di dalam diri kita. Kita tidak percaya itu! Jika kita benar-benar percaya itu, kita akan diselamatkan dari diri kita sendiri dan kita akan benar-benar menjadi orang Kristen yang menang.
Tentu saja, itu tidak berarti bahwa kita bisa bersikap seenaknya. Kita dapat berbicara salah dan bertindak salah, tetapi ada bagi setiap orang Kristen sejati tempat berlindung – ada tutup pendamaian. Itu tidak harus dibuat; itu ada di sana, ada Darah yang mulia itu. Darah itu tidak harus ditumpahkan; darah itu telah ditumpahkan. Ada Imam Besar yang menjadi perantara bagi kita. Ada segala sesuatu yang kita butuhkan. Pekerjaannya sudah selesai, sudah tuntas. Oh, kita orang Kristen harus percaya pada kepercayaan kita! Kita harus memegang, dengan kedua tangan, hal-hal yang merupakan bagian dari iman Kristen kita.
Tetapi saya tahu saudara memiliki masalah ketika saya mengatakan itu, “Tetapi bagaimana dengan manusia lama ini?” Kecuali saudara adalah salah satu dari orang-orang yang percaya bahwa dosa telah benar-benar dicabut dari diri saudara, dan bahwa sangat tidak mungkin bagi saudara untuk berbuat dosa – nah, jika saudara percaya itu, Tuhan memberkati saudara! Saya rasa suatu hari saudara mungkin tersandung dan menemukan bahwa ada manusia lama di sana. Namun, mengesampingkan hal itu, kebanyakan dari kita tahu bahwa ada dua hal di dalam diri kita: ada yang baru dan ada yang lama; ada manusia rohani dan ada manusia duniawi, dan manusia duniawi ini adalah manusia yang sangat menyusahkan! Bagaimana dengan dia dibandingkan dengan pekerjaan yang telah selesai itu? Surat ini hanya memberitahu saudara semuanya tentang hal itu, dikatakan: “Allah memperlakukan kamu seperti anak”, dan Allah mengasihi anak-anak-Nya. Apakah saudara anak Allah? Pernahkah dalam sejarah saudara terjadi tindakan kelahiran baru yang mendalam itu? Apakah saudara telah menerima Tuhan Yesus? Firman Allah berkata: “Semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah.” Jika saudara telah menerima Tuhan Yesus, saudara adalah anak Allah. Roh keanakan telah datang masuk dan tinggal di dalam saudara.
Sekarang, surat ini mengatakan bahwa Allah mengasihi anak-anak-Nya, dan karena Ia mengasihi mereka, Ia menghajar mereka: Ia mendidik mereka seperti anak. Sekarang, “Tiap-tiap ganjaran,” kata surat itu, “pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita.” Perlakukan Allah terhadap keluarga-Nya sendiri tidak selalu menyenangkan, dan ketika mereka tidak menyenangkan, ada setan kecil yang duduk di bahu saudara dan ia akan berbisik di telinga saudara: “Lihatlah, Allah tidak mengasihimu. Ia tidak akan memperlakukanmu seperti ini jika Ia mengasihimu.” Iblis selalu berusaha mengubah karya kasih Allah menjadi hal-hal yang jahat.
Ya, Allah memperlakukan kita seperti anak. Ini adalah disiplin, dan disiplin ini bertentangan dengan daging. Surat itu mengatakan: “Pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita.” Memang, surat itu bisa saja mengatakan: “Ini sangat tidak menyenangkan!” “Dimanakah terdapat anak … bapa seperti apakah dia itu,” kata surat ini, “yang tidak menghajar anaknya?”
Sekarang, apa yang saya katakan tidak mudah untuk dikatakan, karena saya mungkin sedang mengekspos diri saya sendiri pada tongkat. Kami memiliki cukup banyak pengalaman untuk mengetahui bahwa kami harus mengatakan beberapa hal dengan sangat hati-hati, karena kami sering diuji atas hal-hal yang kami katakan. Tetapi di sini ada pernyataan bahwa seorang bapa yang tidak pernah menghajar anaknya adalah seorang bapa yang sangat tidak baik. Pernahkah saudara melihat anak-anak yang tidak pernah dihajar atau dikoreksi? Anak-anak itu akan mengalami masa-masa yang sulit di dunia ini, orang-orang tidak akan menyukai mereka, dan mereka akan menemukan bahwa orang-orang tidak menyukai mereka. Orang tua mereka telah memanjakan mereka.
Surat ini mengatakan bahwa kasih Allah dinyatakan dalam penggunaan tongkat-Nya kepada anak-anak-Nya. Allah tidak selalu menempatkan hal-hal baik-Nya, hal-hal terbaik-Nya, ke dalam bentuk yang baik. Saya mendengar beberapa hari yang lalu tentang seorang anak laki-laki yang harus minum obat, dan obatnya tidak enak. Tetapi bapanya berkata: “Ada banyak vitamin dalam obat ini.” Dan anak kecil itu berkata: “Ayah, ayah, mengapa semua hal yang baik harus dimasukkan ke dalam hal-hal yang buruk? Mengapa mereka tidak bisa dimasukkan ke dalam es krim?” Tuhan tidak selalu memasukkan hal-hal yang baik ke dalam es krim. Terkadang vitaminnya ada di dalam obat yang buruk.
Sekarang, itulah tepatnya apa yang dikatakan di dalam surat ini. Allah tidak mengutuk kita ketika Ia memperlakukan kita seperti itu. Ia sedang bekerja untuk menyelamatkan kita. Allah tidak pernah menyelamatkan kita melalui khotbah. Jika saudara berpikir bahwa ceramah-ceramah ini akan menyelamatkan saudara, saudara salah! Ini hanyalah untuk menjelaskan apa yang sedang Allah lakukan. Allah tidak pernah menyelamatkan dengan teori. Saudara mungkin membaca semua yang pernah dituliskan tentang doktrin Kristen dan tetap menjadi laki-laki atau perempuan yang sama. Cara Allah sangatlah praktis, dan Ia mengajar kita melalui pengalaman. Pengalaman itu terkadang sangat sulit, itulah apa yang disebut di sini, “pelatihan anak-anak.”
Nah, kami buktikan sekali lagi apa yang saya katakan tentang tidak pernah sampai ke akar hal-halnya. Saya baru saja mulai mengatakan apa yang ingin saya katakan tentang satu hal ini. Namun, manfaatnya ditemukan tidak dalam jumlah dari apa yang saya katakan. Kita hanya mengambil sedikit saja dan membawanya kepada Tuhan dan menerapkannya pada hati kita; ini akan mengerjakan pekerjaannya. Jadi saya pikir saya hanya akan berhenti di situ saja untuk pagi hari ini. Jika Tuhan menghendaki, saya akan membahasnya lagi besok pagi, malam harinya akan membahas aspek khusus lain dari keseluruhan perkara ini karena ada sejumlah teman-teman yang hanya bisa hadir pada malam hari. Semoga Tuhan kembali mengesankan hati kita dengan hal-hal ini! Allah masih berbicara dengan perantaraan Anak-Nya, Ia berbicara untuk mendapatkan sahabat-sahabat Anak-Nya – sahabat-sahabat panggilan sorgawi ini dan sahabat-sahabat Kristus akan masuk ke sekolah yang sulit dan harus mempelajari banyak pelajaran yang sulit, tetapi dalam pembelajaran itu, mereka akan memahami betapa besar bagian mereka di dalam Tuhan Yesus.
Saya akan menambahkan ini: Menurut pengalaman saya, teman-teman terkasih, tidak ada seorang pun yang benar-benar memiliki pengetahuan rohani tanpa penderitaan. Saya tidak sedang berbicara tentang pengetahuan di kepala. Saya sedang berbicara tentang pengetahuan sejati tentang Tuhan di dalam kehidupan batin. Saya tidak tahu siapa pun yang memperoleh pengetahuan itu tanpa melalui penderitaan. Mungkin itu adalah hal yang menyedihkan untuk dikatakan, tetapi begitulah adanya – ini adalah hukum dalam Firman Allah. “Harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat,” dan betapa buruknya bejana ini kita pelajari melalui pencobaan dan penderitaan, tetapi kemudian kita belajar betapa luar biasanya Tuhan itu. Surat itu mengatakan: “Kemudian …” (yaitu, setelah ganjaran) “ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai.” Sungguh sebuah ungkapan yang indah: buah kebenaran yang memberikan damai! Buah-buah itu datang di sepanjang garis ganjaran melalui penderitaan.
Jadi marilah kita memohon untuk kasih karunia itu yang dimiliki Rasul, untuk bersukacita dalam penderitaan.
Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.