oleh T. Austin-Sparks
Bab 3 – Salib dan Dua Kemanusiaan
Sekali lagi ya Tuhan, kami mohon keajaiban dibukanya telinga, telinga batiniah; dibukanya mata batiniah, agar oleh Roh Allah yang Hidup, kami dapat mendengar dan melihat apa yang mustahil bagi kami untuk dengar dan lihat kecuali karena pekerjaan supernatural-Mu. Tuhan, lakukanlah itu, kami berdoa, demi kemuliaan-Mu, di dalam nama Tuhan Yesus, amin.
Kita sibuk dengan apa yang rasul Paulus di akhir suratnya kepada jemaat di Galatia rujuk sebagai “Salib Tuhan kita Yesus Kristus.” Pada saat pembukaan dan sebagai pengantar, kami hanya menyebutkan bahwa di dalam setiap kitab di dalam Perjanjian Baru, Salib dapat ditemukan; baik dalam penempatan yang pasti dan positif, atau salib dapat ditemukan dalam implikasi di dalam apa yang tertulis. Artinya, di mana pun di dalam Perjanjian Baru, Salib dalam beberapa cara selalu dijaga dalam pandangan. Dan kemudian kami melanjutkan untuk menguraikannya dan di dalam surat kepada jemaat di Roma tadi malam, kita melihat keinklusifan-yang-menyeluruh dari salib; bagaimana di dalam surat itu, Salib dipandang sebagai yang menyentuh setiap dimensi, setiap alam, setiap lingkungan, setiap aspek kehidupan. Semuanya dikumpulkan ke dalam surat itu. Salib terlihat sebagai yang pusat dari semuanya itu. Sekarang, setelah keinklusifan-yang-menyeluruhnya, kami mulai menguraikannya dengan melihat beberapa dari surat-surat ini sejauh mana yang kami bisa lakukan minggu ini dan itu tidak akan terlalu jauh. Dan pada malam ini, kita sampai pada surat pertama kepada jemaat di Korintus.
Salib di dalam surat pertama kepada jemaat di Korintus … dan ini ada di sini di dalam apa yang akan saya sebut “Salib dan dua kemanusiaan.” Saudara tidak perlu khawatir untuk saat ini mengenai judulnya, saudara akan mengerti sebelum kami selesai, saya kira. Namun marilah kita diingatkan betapa jelasnya Salib itu di dalam surat ini, tepat pada bagian awal di dalam pasal 1 dan ayat 17 dan ayat 18.
“Sebab Kristus mengutus aku bukan untuk membaptis, tetapi untuk memberitakan Injil; dan itu pun bukan dengan hikmat perkataan, supaya salib Kristus jangan menjadi sia-sia. Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.”
Bagi kita yang diselamatkan, Salib itu adalah kekuatan Allah. Di ayat 23, “Tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan.” Pasal dua, ayat dua: “Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.” Lihatlah betapa cepatnya sang rasul membahas pokok permasalahan seluruh surat ini!
Saya ingin, untuk tujuan selanjutnya, hanya menambahkan kepada bagian-bagian tersebut sebuah bagian yang sudah saudara kenal dengan baik, dari surat kepada orang Ibrani, pasal 4 ayat 12 dan 13, dimulai dengan sebuah kata penghubung yang mempunyai makna yang sangat signifikan, kepada apa kita akan melihat atau yang akan kami rujuk nanti: “sebab.” Ini adalah kelanjutan dari sesuatu. “Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita. Dan tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapan-Nya.” Untuk saat ini ketahuilah saja: pertimbangan dan pikiran hati. Pernahkan saudara berpikir dengan hati saudara? Bukan cara yang umum, bukankah demikian, dalam berbicara tentang berpikir? Kita seharusnya berpikir dengan otak kita, “pertimbangan dan pikiran hati kita …” Saya hanya akan meninggalkan itu untuk sementara waktu ini.
Sekarang kepada pesannya. Dan untuk benar-benar memahami dan menghargai tempat Salib di dalam surat pertama kepada jemaat di Korintus ini, ini penting – bahkan ini esensial – bahwa kita mengetahui situasinya di mana surat itu ditujukan. Jadi, dengan kata pengantar yang paling singkat, izinkan saya mengingatkan saudara bahwa rasul Paulus berada di Korintus selama dua tahun penuh dan apa yang kita ketahui tentang dia, tentang kunjungannya dan pelayanannya, memimpin kita kepada kesimpulan yang sangat pasti bahwa ia tidak membuang-buang waktu selama dua tahun itu. Ia memang memiliki kebiasaan memberitakan injil sepanjang malam, dan ada seorang laki-laki muda yang setidaknya mengetahui tentang hal itu!
Selama dua tahun penuh, rasul berada di sana di Korintus dan kami dapat menyimpulkan bahwa selama berjam-jam, setiap hari, ia melayani. Dan kemudian ia pergi dan meninggalkan Korintus selama empat atau lima tahun. Selama masa ini, kemerosotan situasi yang sangat parah, situasi rohani, terjadi dan desas-desus tentang hal itu datang sampai ke telinga rasul, dibawa oleh anggota keluarga Kloe; jelas-jelasnya, menurut saya, pelayan-pelayan di dalam keluarga itu yang mengunjungi sang rasul dan membawa laporan tentang kemerosotan rohani yang menyedihkan dan tragis ini. Apolos diutus dan ia pergi ke Korintus untuk menyelidiki dan kembali kepada rasul dengan berita bahwa itu semuanya benar. Situasinya memang sangat buruk dan rasul Paulus duduk untuk menulis surat-surat. Ia mungkin menulis tiga surat-surat, yang satu mungkin hilang. Dua yang kita punya. Dan di dalam surat pertama, yang sekarang kami pertimbangkan, situasinya terungkapkan, tragedinya terungkapkan. Kita mempunyai ini, yang mungkin merupakan yang paling buruk dari dokumen-dokumen Perjanjian Baru mengenai kemerosotan rohani.
Saya berhenti sejenak di sana, tidak berburu-buru melanjutkan, untuk sekali lagi menunjukkan bahwa ini bukanlah jumlah pengajaran yang saudara miliki yang menjamin pertumbuhan rohani saudara. Saudara dan saya akan setuju bahwa jika rasul Paulus, dan apa yang kita ketahui tentang dia, berada bersama kita selama dua tahun penuh setiap hari mencurahkan isi hatinya, seperti yang ia katakan dalam hubungan lain dan waktu lain, memastikan bahwa mereka menerima seluruh nasihat Allah … Jika rasul Paulus memiliki waktu dua tahun bersama kita, yah itu akan menyelesaikan seluruh masalah pertumbuhan rohani kita, dan ukuran, kelanjutan kita. Belum tentu. Kita sangat, sangat kecil jika dibandingkan dengan Paulus dan di sini kita berada, memiliki pelayanan hari demi hari, tiga kali sehari, dan ini tidak ada jaminan apa pun kecuali kita belajar pelajaran yang rasul coba ajarkan di dalam surat ini, surat pertama ini yang melaluinya, akibat yang begitu buruknya dan hampir tak terpikirkan itu akan dihasilkan dari pelayanannya.
Jadi ia menuliskan surat pertamanya … dan surat ini sungguh mengungkapkan banyak hal-hal buruk. Saudara tahu apa yang terkandung di dalamnya tentang perilaku umat Kristen di Korintus, berani mencari keadilan pada orang-orang yang tidak benar dan saudara yang satu mencari keadilan terhadap saudara yang lain. Saya tidak akan membahas semua detailnya tetapi kemerosotan moral itu berada pada tingkat yang sedemikian rendahnya, sedemikian rendahnya, hampir tak terpikirkan seperti tingkat inses yang sangat paling rendah; tingkat moral. Perpecahan, ada perpecahan di antara mereka, “ada perpecahan di antara kamu.”
Rupanya, beberapa orang di Korintus sudah mengetahui tentang situasi ini dan mereka telah mengirimkan sebelas pertanyaan kepada rasul untuk ia jawab. Saya akan meninggalkan itu dengan saudara, semuanya terjawab di dalam surat ini: sebelas pertanyaan. Tapi intinya, oh, biarkan hal ini sampai ke dalam hati kita, ini akan menyakiti kita, ini benar-benar akan menyakiti kita. Ini akan menusuk kita jika kita mendengarkan dan memperhatikannya. Roh akan menjadi seperti pedang bermata dua. Dengarkanlah: setelah semua pelayanan yang dilakukan seorang laki-laki yang demikian, yang mencurahkan isi hatinya, mungkin siang dan malam dengan penuh air mata, karena Tuhan telah berfirman kepadanya ketika ia tiba di Korintus, “Sebab banyak umat-Ku di kota ini” Banyak umat-Ku! Sekarang, setelah semua itu, dari jantung jemaat ini, muncullah pertanyaan-pertanyaan ini. Sebelas pertanyaan tentang hal-hal yang tidak terlalu mendalam, memang, bahkan beberapa di antaranya merupakan hal-hal yang mendasar. Saudara akan berpikir, “Oh, pastinya mereka sudah melampaui itu!” Namun intinya adalah: indikasi-indikasi menunjukkan kurangnya persepsi, penilaian, dan pemahaman rohani batiniah yang hampir menyeluruh. Banyak pertanyaan-pertanyaan mental, mungkin tentang perkara-perkara praktikal, namun demkian, pertanyaan-pertanyaan …
Saya tidak berani mengatakan apa yang hampir ingin saya katakan, saudara tahu, kita bisa saja dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan mental yang menunjukkan betapa sedikitnya pemahaman ilahi yang kita miliki. Yah, ngomong-ngomong, begitulah apa yang terjadi di sini. Ini adalah sebuah situasi yang buruk, bukan? Hampir dalam setiap aspek kehidupan dan saudara hampir tidak akan berpikir tentang kehidupan seorang Kristen, sebab ada suatu masa ketika pertama kali menangani surat ini saya berkata, “Nah, apakah orang-orang ini benar-benar orang-orang yang telah dilahirkan kembali sama sekali? Apakah mungkin bahwa orang-orang seperti itu menjadi orang Kristen?” Begitulah, itulah posisi kepada apa sang rasul menyampaikan dirinya sendiri dan catatlah: tepat di awal pesannya terhadap situasi tersebut, ia memperkenalkan dalam cara tiga-kali-lipat ini dengan sangat tepatnya: Salib. “Sebab aku telah memutuskan, aku bertekad, aku mengambil keputusan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.”
Sekarang saudara sudah sampai pada jalur yang saudara lihat di sana. Tampaknya orang-orang ini tidak berada di jalur Salib dan itulah alasan dari situasi ini. Itu menjelaskan segalanya. Mereka berada di jalur lain. Itulah yang akan kami bahas saat ini. Mereka berada di jalur lain dan itu adalah jalur dunia ini yang dibawa masuk ke dalam wilayah hal-hal Kristen ini; selalu merupakan hal yang paling berbahaya dengan akibat yang paling mengerikan. Tentu saja, saudara akan berpikir bahwa untuk disapa seperti ini tidak akan ada gunanya, tapi mohon tunggu sebentar. Saya tidak mengatakan bahwa di dalam jemaat ini atau di dalam perkumpulan ini, hal-hal ini sedang dilakukan: perbuatan tidak moral dalam tipe dan bentuk yang paling kotor, dan hal-hal lain yang serupa, dari jenis moral. Saya tidak tahu tentang perpecahan … Tidak tahu tentang perpecahan, tergantung apa yang saudara maksudkan. Saudara lihat, bagaimana pun juga, perpecahan sudah terjadi di dalam roh sebelum perpecahan terjadi di luar. Namun, biarkan saja itu untuk saat ini.
Ini mungkin tidak benar dan mungkin saja beberapa dari hal-hal ini benar. Entah semuanya atau sedikit, mereka mewakili sebuah posisi, sebuah situasi, yang merupakan penyangkalan terhadap Salib dan yang akan menjelaskan posisi Korintus yang, Paulus menyebutnya, suatu posisi keduniawian yang berarti: “Mengapa, kamu belum bertumbuh sama sekali! Aku tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus!” Yang belum dewasa? Setelah dua tahun pelayanannya yang seperti itu dan dibiarkan empat atau lima tahun lagi untuk mengerjakannya? Ya, semua itu … belum dewasa. Belum dewasa! Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat, belum dapat menerimanya. Sungguh suatu posisi yang sangat buruk!
Sekarang saya katakan lagi, apakah itu seluruhnya atau hanya sebagiannya situasi yang kita alami, siapa pun di antara kita, kita berada di hadirat sesuatu yang akan menjadi pembebasan kita dari situasi atau keadaan tersebut, cepat atau lambat. Itulah sebabnya saya menekankan bagian kecil itu, “bagi kita yang diselamatkan.” Salib bagi mereka yang diselamatkan; mengerti? Nah, seluruh surat ini hanya dibangun di atas dua kata, dua kata yang mewakili dua kemanusiaan yang berbeda, dua jenis manusia yang bertolak belakang yang bisa berada di dalam Kekristenan dan yang bisa menjadi orang Kristen. Saya tidak sedang berbicara sekarang tentang yang telah diselamatkan dan yang belum diselamatkan; saya sedang berbicara tentang kita yang sedang dalam proses penyelamatan, kita sudah masuk ke dalam, kita sedang berada dalam perjalanannya. Dan meskipun demikian, jika surat ini memiliki arti apa pun, meskipun demikian, setelah kita datang masuk dan menjadi milik Tuhan di atas dasar yang misterius ini … kita dapat melihat dari awal surat sang rasul, betapa baik dan murah hatinya dia itu: kepada orang-orang kudus yang berada di Korintus.
Baiklah, saya tidak akan berhenti sampai di situ saja, kita memiliki pemahaman yang salah tentang apa orang kudus itu. Dua atau tiga minggu yang lalu, saya menemukan sesuatu yang menurut saya sangat bagus mengenai hal kekudusan ini. Seorang ibu membawa gadis kecilnya ke sebuah gedung gereja dengan jendela kaca patri dan ada sosok-sosok di jendelanya, jendela kaca patri. Gadis kecil itu melihatnya dan berkata kepada ibunya, “Ibu, siapakah orang-orang itu?” Sang ibu berkata, “mereka adalah orang-orang kudus.” Gadis kecil itu memikirkan hal itu dan pergi. Setelah itu, sang ibu membawa gadis kecil itu ke rumah seorang anak Allah yang sudah tua dan menikmati saat-saat yang indah bersama orang percaya yang tua ini. Dan ketika mereka pergi, sang ibu berkata kepada gadis kecil itu: “Ialah orang kudus yang sejati.” Jendela kaca patri … dan orang-orang kudus … bagaimana keduanya ini bisa menjadi orang-orang kudus? Ia berpikir dan berpikir dan ia berkata, “Oh, aku tahu! Aku sekarang tahu apa orang kudus itu! Orang kudus adalah seorang yang membiarkan cahayanya masuk!” Orang kudus adalah seorang yang membiarkan cahayanya masuk.
Saya tidak tahu seberapa banyaknya orang-orang Korintus ini membiarkan cahayanya masuk, tetapi Paulus berkata bahwa mereka adalah orang-orang kudus, dan intinya adalah mereka berada di bagian dalam dari komunitas Kristen. Dan di bagian dalam, saudara bisa mendapatkan kedua kemanusiaan ini yang diwakili oleh dua kata ini yang akan saya berikan kepada saudara (membuat saudara bertanya-tanya selama satu atau dua menit) tetapi saya ingin meletakkan dasar yang sangat pasti untuk apa yang saya katakan. Saya tidak hanya sedang memberi saudara ajaran dan kebenaran dan teori. Saya berada di sini untuk menyelami sampai ke akar kehidupan Kristen itu sendiri. Itulah apa yang kita semua inginkan, bukan? Kita menginginkan kenyataan. Baiklah.
Kedua kata ini maka, yang membentuk keseluruhan surat ini adalah dasar yang mendasari segala sesuatu yang terjadi setelahnya di dalam Perjanjian Baru. Sampai hal itu telah diselesaikan, yang diwakili oleh kedua kata ini, saudara tidak dapat masuk ke dalam surat Korintus kedua sebab itu merupakan kemajuan besar atas dasar yang pertama. Saudara tidak dapat melanjutkan ke Galatia, kita masih melanjutkan. Saudara tidak dapat masuk ke Efesus atau Filipi dan Kolose dengan semua yang mereka wakili mengenai pikiran, pemikiran Allah bagi kita. Kita tidak bisa melanjutkan ke salah satu dari mereka sampai masalah ini telah terselesaikan.
Dan di sini, saya melihat kedaulatan persediaan Allah melalui Roh Kudus menjadikan hal ini sebagai penerapan praktikal pertama dari Salib di dalam kehidupan Kristen. Sebab saya katakan pada hal ini-lah, pada hal ini-lah, beristirahatkan segala sesuatu yang mengikutinya, tepat sampai akhirnya. Dan inilah perbedaan yang diwakili oleh dua kata ini; ini menjelaskan inkarnasi itu sendiri. Ini menjelaskan tentang baptisan Tuhan Yesus. Ini menjelaskan tentang pengurapan Tuhan Yesus dengan Roh Kudus. Ini menjelaskan peperangan yang dilakukan Tuhan Yesus dengan iblis dan kerajaannya. Ini menjelaskan tentang Salib itu sendiri, termasuk kebangkitan. Ini menjelaskan tentang kedatangan Roh Kudus, kedatangan Roh Kudus itu sendiri dan ini menjelaskan tentang pelatihan di bawah pemerintahan Roh Kudus dari kehidupan orang Kristen. Itu adalah beberapa darinya, bukan, yang mendasar di dalam kehidupan Kristen, apakah saudara sudah mendapatkan semuanya? Semua hal itu dijelaskan oleh dua kata yang akan saya ingatkan kepada saudara dan jika saya menambahkan satu hal lagi ke semua itu yang telah saya sebutkan, saya akan menambahkan pembangunan jemaatnya karena itu termasuk di dalam sini bukan, di pasal tiga, “Karena tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya.” Ini adalah pembangunan jemaat (dan ini adalah pembangunan kehidupan Kristen) dan ada dua kemungkinan permasalahannya, dua kemungkinan permasalahan yang berhubungan dengan pembangunan tersebut. Ini tergantung pada apa yang saudara letakkan di atasnya; di atas dasar itu … kayu, rumput kering atau jerami, terbakar dan berasap dan tetapi saudara sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api dan seluruh pekerjaan hidup saudara habis terbakar. Itu adalah sebuah prospek yang buruk dan rasul Paulus berkata bahwa itu dapat terjadi kepada-mu, jemaat di Korintus. Atau di sisi lain, emas, perak, batu permata yang tidak akan saya jelaskan, sebagai simbol-simbol, tetapi ini yang akan menetap, dan terjamin, bukan sekedar diselamatkan dan merayap ke sorga (kami memiliki cara untuk mengatakan di Inggris, saya tidak tahu apakah saudara mengatakannya, oleh kulit gigi-mu itu sendiri, hanya berhasil masuk) atau memiliki jalan masuk yang berkelimpahan ke dalam kerajaan kekal. Ini adalah permasalahannya dengan perbedaan yang mendasar ini, yang diwakili oleh dua kata ini. Apakah saudara sudah siap sekarang untuk mereka?
Mereka ada di sini, tentu saja, jika saudara membaca Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani saudara, saudara akan lebih terkesan dibandingkan dengan terjemahan bahasa Inggrisnya. Kata Yunaninya hanyalah “psuche” atau “psuchikos” – jiwa atau keduniawian. Kata lainnya: “pneuma” atau “pneumatikos” – roh atau rohani.
Sekarang, di dalam terjemahan kita, kata bahasa Yunani itu “psuche” atau “psuchikos” diterjemahkan “duniawi”. Tapi sungguh apa yang hilang dari terjemahan itu! Duniawi … manusia duniawi .. itu terjemahan yang buruk bukan? Manusia duniawi. Ah tidak, ini adalah sebuah spesies umat manusia, ini adalah sejenis orang, atau ras; kemanusiaan yang berjiwa. Ini tidak terlalu jauh, ini hanyalah seruan perubahan huruf dari “psuche” menjadi “psychic”. Apakah ini lebih jelas sekarang? Kemanusiaan yang bersifat fisik dan jiwa – atau sebaliknya, kontras dari spesies makhluk yang berbeda, dari roh. Suatu umat dari roh, bukan hanya sekedar dari jiwa. Saya katakan bahwa seluruh surat ini dibangun berdasarkan kontras itu, perbedaan itu dan itu membantu kita memahami surat ini, bukan?
Mengapa semua situasi ini yang terjadi di Korintus? Mengapa kemerosotan ini, kemerosotan rohan ini, mengapa? Keadaan hal-hal ini … mengapa pertengkaran dan pertikaian dan perpecahan dan pembagian dan ekspresi ego yang terus-menerus ini? “Aku dari golongan Paulus! Aku dari golongan Apolos! Aku dari golongan Israel …” Aku! Sebab masing-masing dari mereka mengaku “Aku”, setiap masing-masing dari mereka mengatakan “Aku”! Itu adalah satu tipe kemanusiaan. Ini adalah kemanusiaan dari Diri sendiri, dari ego, dari penegasan jiwa manusia, dan saudara tahu apa penegasan jiwa itu atau apa jiwa itu, lihatlah sekali lagi. Di dalam surat ini, saudara mendapatkannya begitu jelasnya didefinisikan. Mereka mendambakan hikmat duniawi. Kita tahu semua yang rasul katakan tepat di awal suratnya tentang hikmat dunia ini.
Hikmat dunia ini … mengapa begitu banyak berbicara kepada orang-orang ini tentang hikmat dunia ini? Oh, sebab mereka sangat tertarik dengan hikmat dunia ini. Hikmat dunia ini (filsafat jika saudara berkenan tapi itu istilah yang terlalu teknis) hikmat duniawi, bersifat jiwa … hikmat jiwa yang hanyalah merupakan wilayah intelektual, Kekristenan intelektual. Ini mencakup banyak dasar, banyak hal-hal. Namun hanya ini saja, proyeksi pikiran ke dalam hal-hal ini, dengan seribu satu, lebih dari sebelas pertanyaan; keingintahuan dan minat, saudara tahu, dan bermain-main dengan Kitab Suci secara mental … keluar dalam pikiran duniawi ke dalam alam hal-hal Allah. Dan para rasul ingin mengatakan sesuatu mengenai hal itu. Sisi intelektual dari jiwa, sebuah Kekristenan intelektual, bagaimanapun juga adalah hal yang bersifat mental. Bagaimanapun juga, minat pada hal-hal Kristen, di dalam kebenaran Kristen, di dalam Alkitab; semua yang berhubungan dengan Kekristenan, suatu minat yang hanya sekedar minat mental. Tidak hanya itu, tetapi saudara pergi dari yang intelektual dan saudara segera menemukan diri saudara sendiri di dalam kalimat berikutnya di dalam aspek jiwa yang lain, yaitu: keinginan akan kekuasaan.
Ah, lihatlah pada dunia ini saat ini dan saudara akan melihat apa artinya itu. Keinginan, ini adalah hawa nafsu akan kekuasaan, kekuasaan politik, dan kekuasaan ini, dan kekuasaan itu … untuk memiliki kuasa di dalam tangan saudara, untuk menggunakan kuasa di dunia ini dan atas hidup, datang dari diri saudara sendiri. Penegasan diri saudara sendiri untuk mendapatkannya, dan jangan katakan kepada saya bahwa siapa pun di antara kita di sini, siapa pun di antara kita di sini, tidak tertular hal itu secara alami. Saudara akan datang kepada saya, seseorang akan datang kepada saya dan dengan suara yang sangat rendah hati dan kecil memberitahu saya betapa malangnya si ini atau itu dan tepat di sepanjang garis itu dan nada itu dan saya mendengarkan dengan lebih batiniah dan apa yang sebenarnya saya dengarkan? Saya mendengar gumaman tentang rasa rendah diri dan rasa rendah diri adalah salah satu tanda paling jelas dari keinginan akan kekuasaan.
Memang benar seorang Kristen yang tingkat lanjutlah yang diselamatkan dari keinginan untuk menjadi seseorang atau sesuatu ini, atau biarkanlah saya mengatakan dengan sebaliknya: untuk tidak dicuekin. Untuk tidak dicuekin … Oh, ini sungguh menguji, bukan? Hal tentang dicuekin ini, tidak diperhatikan, diinjak-injak, dilewati … “Ia bahkan tidak melihat ke arah-ku!” Ah, inilah keinginan saudara akan kekuasaan, sehalus dan sedalam diri iblis itu sendiri.
Ada kerendahan hati yang palsu, saudara tahu, yang merupakan esensi dari kesombongan. “Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain …” itu adalah suara orang munafik, orang Farisi. Keinginan akan kekuasaan ini .. dan rasul meletakkan jarinya atas hal ini di dalam surat ini: kuasa, kuasa Allah dan kuasa manusia berada di dalam dua wilayah yang sama sekali berbeda dan kuasa Allah terlihat terutamanya di dalam kelemahan Salib. Salib, sebab ini adalah lambang kelemahan manusia, adalah lambang kekuasaan sorga yang paling besar. Tapi bagaimana manusia bisa memandangnya seperti itu?
Tapi tinggalkan itu sebentar, kembali lagi, dan aspek lain dari jiwa, kemanusiaan yang berjiwa dalam emosi. Sekarang, saudara harus bersabar terhadap saya … sungguh, saya akan datang kepadanya! Di dalam emosi, dan itu bisa begitu banyaknya dari jiwa di alam fisik, sebab dikatakan bahwa orang-orang ini lebih dari orang lain diberkati dengan karunia-karunia rohani, karunia bahasa roh, dan sebagainya – karismatik, karunia-karunia itu. Oh, apa ini? Apa ini? Umat yang seperti ini, umat yang seperti ini? Membanggakan karunia-karunia mereka, bermegah di dalam karunia-karunia rohani mereka, di dalam kuasa-kuasa ini? Tidak diragukan lagi, ada begitu banyaknya di alam tersebut sehingga mereka sering kali meng-obsesi saudara dengan hal itu dan menantang saudara dengan hal itu serta membuat saudara benar-benar tidak dapat mengatakan apa-apa mengenai hal itu; bahwa jika saudara belum mendapatkan karunia-karunia ini, maka, saudara dianggap bukan orang Kristen! Aspek emosional dari hal ini, dan izinkan saya mengatakannya, dan di sinilah di mana saya akan mendapat masalah, tetapi saya harus menghadapinya, harus mengatakannya. Karunia-karunia rohani dari jenis ini bukanlah bukti yang diperlukan dari karakter rohani dan paradigma rohani. Saudara mungkin memiliki semuanya dan menjadi anak yang belum dewasa jika surat ini berarti apa pun. Hal-hal tersebut sama sekali bukan bukti kedewasaan sebab para rasul telah memilikinya sebelum Kalvari! Mereka menyembuhkan orang sakit, mengusir iblis dan yang lainnya dengan kuasa ilahi sebelum terjadi tragedi kehancuran mereka, penyaliban, dan mereka yang diceraiberaikan ke mana-mana dan menyangkal Dia dan meninggalkan Dia, semuanya. Mereka telah mendapatkan karunia-karunianya. Tidak ada jaminan tempat. Saudara mengerti? Ini bisa sekedar berupa begitu banyak emosi, ketertarikan dan daya tarik yang bersifat kejiwaan.
Saya tidak mengatakan bahwa tidak ada karunia rohani yang sejati, tetapi saudara lihat di mana kita berada, ini semuanya berada di atas dasar alami, setelah semuanya, di dalam dunia Kristen, kehidupan Kristen. Semuanya bisa bersifat intelektual, berkemauan keras, emosional. Semua ini namun kondisi rohani yang begitu buruknya. Dan saya mendapatkannya dari Firman Allah, saya tidak akan berani mengatakan hal-hal ini seperti itu, tapi ini dia.
Ini adalah kemanusiaan di sisi lain, yang berlawanan dengan hal itu, dengan penekanan seperti itu, penekanan seperti yang diberikan rasul, “manusia rohani.” Jemaat di Korintus telah menerima begitu banyak pemberitaan, begitu banyak kebenaran ilahi yang diberikan kepada mereka. Kepada mereka ia berkata, “Manusia rohani menilai segala sesuatu. Ia mampu mempertimbangkan segala sesuatu dan mengambil kesimpulan sorgawi yang benar tentang hal-hal. Ia memiliki penilaian rohani, persepsi rohani. Namun manusia jiwa ini, (manusia duniawi adalah terjemahan kita) tidak bisa! Tidak dapat menerima apa yang berasal dari Roh Allah. Ia tidak dapat memahaminya. Hanya manusia rohanilah yang mengetahuinya, yang melihatnya, yang memahaminya.”
Apakah ini sulit untuk diterima, teman-teman terkasih? Saya pikir saya tidak akan seluruhnya salah dalam mengatakan bahwa ada banyak hal seperti ini yang terjadi di kalangan umat Kristen. Umat Kristen di dunia saat ini, jika tidak di sini, seperti ini: ketidak-konsistenan, kontradiksi, keterbatasan kehidupan dan pemahaman rohani. Saudara bisa menjadi evangelis, di Amerika, saudara menyebutnya “fundamentalis”, saudara bisa menjadi seorang evangelis dan tidak menjadi orang yang rohani. Saya sudah bertemu banyak orang yang rela menyerahkan nyawa mereka demi asas-asas agama, keilahian Kristus, pengilhaman Kitab Suci dan sebagainya dan saya tidak bisa bersekutu dengan mereka mengenai hal-hal Tuhan. Menurut saya, ada kesenjangan yang lebih besar di antara orang Kristen evangelis dan orang yang rohani, seperti halnya di antara orang yang belum diselamatkan dan orang yang sudah diselamatkan. Saudara tahu apa maksud saya. Seorang yang benar-benar rohani … yah! Segalanya mengalir dan saudara dapat berbicara dan melanjutkan dengan hal-hal tentang Tuhan dalam persekutuan yang paling diberkati dan hidup … ini terjadi begitu saja; seorang yang rohani! Dan dengan seorang Kristen evangelis sering kali, jika saudara mulai berbicara tentang Tuhan, mereka mengangkat alis mata mereka dan menganga seolah-olah saudara sedang berbicara dalam bahasa lain. Itu bukan ketidak-benaran, itu adalah kebenaran, itu adalah kebenaran. Ada banyak, bahkan dalam apa yang disebut “pelayanan”, pemimpin umat Allah, yang dengannya saudara tidak dapat memiliki persekutuan rohani yang nyata mengenai hal-hal tentang Allah. Saudara hanya bisa melangkah sedemikian jauhnya. Mereka tertarik pada agama Kristen, mereka tertarik pada misi ke luar negeri, mereka tertarik pada hal-hal, tetapi ketika saudara bersikap serius dan benar-benar ingin mendapatkan makanan rohani sampai kepuasan hati saudara, saudara tidak bisa mendapatkannya. Mereka memang benar-benar menginjili, tetapi mereka tidak rohani.
Sangat sulit untuk melangkah melampaui ini. Saya pikir saudara memiliki pemahaman yang cukup untuk dapat menghargai apa yang saya katakan. Dan inilah masalahnya. Saya meletakkan semua hal itu, saudara lihat, di sini: bahwa penjelasan mengenai inkarnasi adalah bahwa Allah membawa ke dalam dunia ini suatu kemanusiaan yang berbeda dari kemanusiaan kita, kemanusiaan yang lain yang dari sorga dan bukan dari bumi, yang dari Allah dan bukan dari manusia. Kemanusiaan lain yang dunia ini tidak dapat pahami atau ikuti atau hargai. Firman-nya “… dunia tidak mengenal-Nya” – dunia tidak mengenal-Nya! Inkarnasi adalah perkenalan kemanusiaan yang berbeda. Suatu perkara yang harus dipikirkan selama berjam-jam. Ya, inkarnasi. Baptisan. Baptisan adalah penyingkiran, dalam keseluruhannya, satu jenis kemanusiaan dan pemasukkan satu jenis kemanusiaan yang lain. Paulus menjelaskannya, Perjanjian Baru di kemudiannya menjelaskan segalanya. Mengapa, mengapa mengubur sesuatu yang bagus? Jangan lakukan itu! Tidak, itu ditolak. Ini adalah satu kemanusiaan yang dibuang, ditolak oleh Allah. Tidak dapat diterima. Satu-satunya tempatnya adalah penguburan dan pembawaan masuk kemanusiaan yang lain, itulah baptisan.
Pengurapan … ada segala perbedaan antara dua ras antara orang yang diurapi dan orang yang tidak diurapi; hal ini menginginkan banyak pemikiran bukan? Apa pengurapan itu? Singkatnya, ini adalah Allah yang mempercayakan diri-Nya sendiri. Mempercayakan diri-Nya sendiri. Dan kepada apa Allah mempercayakan diri-Nya sendiri? Kepada Yang Diurapi. Ah, peperangannya, saudara lihat langsung peperangan yang terjadi setelah pembaptisan dan Yang Diurapi dan hal itu terjadi atas satu masalah: untuk mencoba mendapatkan Manusia ini yang telah mengambil dasar sorgawi melalui kematian, penguburan dan kebangkitan di bawah pemerintahan Roh Kudus, untuk mendapatkan Manusia ini kembali ke dasar alami. Saudara membacanya, pelajarilah lagi; singkirkan Dia dari dasar sorgawi-Nya. Sungguh suatu perjuangan sepanjang hidup yang menimpa kita! “Turun” selalu menjadi kata-kata penggoda, “Turunlah dari Salib, kami akan percaya! Turunlah dari posisi yang telah engkau ambil itu. Turunlah, ini adalah keuntungan bagi-mu jika engkau turun; engkau akan mendapatkan segalanya jika saja engkau mau turun …” Dan terkadang seberapa intens-nya pertempuran itu, bukan? Ketika saudara menghadapinya, ketika saudara berada di Salib dalam kelemahan, penderitaan, kesakitan … dan meskipun Salib mempunyai arti seperti itu bagi saudara, peperangan sungguh berlangsung sengit untuk mengambil tempat yang lebih mudah, untuk mengorbankan sesuatu, untuk berkompromi di suatu tempat, untuk keluar dari “Salib batu sandungan” sebagaimana Paulus menyebutnya.
Peperangan dua kemanusiaan. Orang seperti apa yang akan saudara menjadi? Dari sorga atau dari bumi? Lihat peperangannya? Salib mengumpulkan semuanya ini bersama. Dan sekali lagi Roh Kudus … mengapa Roh Kudus? Mengapa Roh Kudus? Apa jawaban saudara mengenai hal itu? Semuanya telah dimasukkan ke dalam kategori-kategori kecil, Roh Kudus ini dan itu; jika saudara tidak melakukan ini, saudara belum mendapatkan Roh Kudus, saudara tidak tahu apa-apa mengenai baptisan Roh Kudus. Mengapa Roh Kudus? Untuk menjadikan saudara kemanusiaan yang berbeda; seorang yang rohani! Seorang yang rohani oleh Roh Allah. Ini mungkin mencakup banyak hal tetapi hanya itu saja: perbedaan dalam diri kita oleh Roh Kudus.
Lalu saya berbicara tentang pelatihan itu … apa maksudnya pelatihan kita karena begitu kita benar-benar masuk ke dalam tangan Roh (jangan berkecil hati dengan apa yang akan saya sampaikan, wahai pemuda Kristen yang ada di sini) saudara terlibat di dalamnya. Saudara terlibat di dalamnya! Saudara terlibat dalam kesulitan yang nyata, pelatihan yang nyata. Saudara akan masuk ke dalam sekolah yang sulit untuk kehidupan alami saudara, untuk kehidupan jiwa saudara. Ah ya, ini akan menjadi pelatihan yang nyata … apa yang penulis sebut sebagai “didikan”, pelatihan anak, disiplin. Oh, betapa sulitnya sekolah ini bagi manusia alami ketika kehidupan jiwa kita sedang kelaparan. Sisi mentalnya: “Aku tidak dapat memahami, aku tidak dapat melihat alasannya, aku tidak dapat menjelaskan penanganan Allah. Seluruh kemampuan mental-ku terhambat dan frustrasi dan aku tidak tahu harus berpikir atau mengambil tindakan apa.” Ya, jiwa sedang kelaparan. Saudara akan melewatinya hanya, hanya atas dasar kehidupan rohani saudara. Itulah yang Tuhan kehendaki, untuk menjauhkan kita dari hidup hanya dengan mengandalkan hal-hal dan beralih ke hidup dengan mengandalkan hanya diri-Nya sendiri.
Kelaparan emosi kita … kata saya, bagaimana kita kadang-kadang mengalami kebekuan yang dalam secara rohani. Saudara tahu? Apakah saya mengatakan salah? Saya tidak ingin membuat siapa pun tersandung, namun ada saat-saat, ada saat-saat di dalam kehidupan seorang anak Allah ketika tampaknya Tuhan telah meninggalkannya; ketika saudara meratap seperti Ayub, “Ah, semoga aku tahu mendapatkan Dia … di utara kucari Dia, Ia tidak tampak, aku berpaling ke selatan, aku tidak melihat Dia!” Di manakah Tuhan? Hari ini? Di sini? Benar … mengapa? Nah, ini adalah bagian dari pelatihan manusia baru, manusia yang berbeda. Emosinya terkadang beku. Semua perasaan indah saudara telah hilang dan saudara setuju dengan laki-laki yang menulis, Allah melarang kita mengundangnya, namun ia menulis: “Di manakah, di manakah keberhargaan yang aku ketahui ketika pertama kali aku melihat Tuhan? Di manakah embun Yesus dan Firman-Nya yang menyegarkan jiwa? Kembalilah Ya Allah yang Kudus, kembalilah …” Pernahkan saudara merasa ingin mengatakan hal itu kadang-kadang? Oh, itulah kehidupan rohani yang normal!
Tidak ada sesuatu pun yang abnormal dalam hal itu, tidak ada sesuatu pun yang benar-benar aneh dalam hal itu. Hal ini wajar bagi siapa pun yang terus berjalan bersama Tuhan, saudara akan mengalami saat-saat ini ketika keseluruhan saudara berada dalam kesusahan besar dan satu-satunya jalan keluar adalah apa yang saudara kenal tentang Tuhan di dalam roh saudara; berapa banyak Kehidupan rohani yang saudara miliki, berapa banyak ukuran rohani yang saudara miliki, bahwa Ia bekerja di dalam kita, melatih dengan mengesampingkan kehidupan duniawi, jiwa, psikis ini dan membangun manusia rohani. Itu adalah dua kata yang mewakili dua kemanusiaan dan sekarang saudara lihat Salib diperkenalkan.
Ini bukan filsafat saya, kontruksi saya; inilah apa yang ada di dalam surat ini di sini. Saya mohon untuk mengulangi: surat ini dibangun dan dikontruksi di atas dua kata ini, dua kemanusiaan yang berbeda – kemanusiaan jiwa dan kemanusiaan rohani.
Rasul Paulus memulai dengan sebuah perbedaan, menekankannya sepenuhnya sebagai dasar tantangan, pengajaran, dan saran serta nasihat dan peringatan dan menyimpulkannya, seluruhnya, dengan cara yang paling mulia! Pada dasarnya, ia mengatakan melalui surat ini: saudara harus mulai dengan menjadi orang yang rohani, roh saudara dilahirkan kembali dari atas, seluruh roh bertanggung jawab atas diri saudara dan menjadikan saudara pada awalnya menjadi orang yang rohani dan terus bertumbuh menjadi orang yang rohani, dan kemudian apa? Pasal 15, “Tetapi yang mula-mula datang adalah yang alamiah …” oh, di sini kita sampai di sana lagi, apa yang bersifat jiwa. “Kemudian barulah datang yang rohaniah …” dan di manakah hal itu membawa kita? Tubuh rohani. Roh ditaburkan, roh yang hidup itu ditaburkan, apa yang selama ini telah menjadi karya Roh Kudus di dalam diri kita, yang kita benar-benar, di dalam bagian terdalam dari diri kita, apa yang disebut “manusia batiniah.”
Manusia batiniah, yang semuanya berkembang sebagai benih dan diberi tubuh rohani, tubuh rohani. Ah, itu menimbulkan pertanyaan, jangan khawatir. Saya sering ditanya: apakah menurut saudara orang-orang akan saling mengenal di kehidupan setelahnya? Iya dan tidak. Jika saudara berpikir bahwa saudara akan mengenal saya dengan melihat ciri-ciri ini, tidak, tidak, bukan tubuh ini, bukan tubuh ini melainkan tubuh yang diberikan dari tatanan yang berbeda: tubuh rohani. Saya tidak dapat mendefinisikan tubuh rohani, saya tidak punya waktu untuk itu, pertama-tama, jika saya mampu. Daging dan darah tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah, kata rasul. Tidak, tapi Ia memberikan kepada masing-masing benih suatu tubuh sesuai dengan kehendak-Nya, oh terpujilah Allah! Ini akan berada dalam tubuh yang berkenan kepada Tuhan! Oh, betapa bermasalahnya tubuh ini!
Saudara lihat apa yang rasul Paulus katakan di dalam surat ini dan lebih banyak lagi di dalam surat berikutnya: Manusia lahiriah kita semakin merosot, namun manusia batiniah kita dibaharui dari sehari ke sehari, manusia batiniah kita. Dan ketika kita mengeluh, karena kita rindu mengenakan tempat kediaman sorgawi di atas tempat kediaman kita yang sekarang ini, setiap benih diberikan sebuah tubuh, dan kemudian di dalam tubuh rohani itu (yang, menurut saya, seperti tubuh Tuhan Yesus setelah kebangkitan-Nya, hanya itu saja yang bisa saya katakan, atau tubuh Tuhan Yesus di gunung transfigurasi itu?) tipe yang berbeda, kemanusiaan yang berbeda – ini akan menjadi suatu kemanusiaan! Saudara akan mengenal satu sama lain sebagai manusia, bukan sebagai malaikat. Jangan menyanyikan lagi “Oh, untuk menjadi malaikat,” oh itu adalah hal yang lebih rendah dari panggilan saudara! Oh tidak, kita tidak akan menumbuhkan sayap, ini adalah sesuatu yang jauh, jauh lebih tinggi; seorang manusia rohani dengan tubuh rohani. Saya pikir kita mungkin satu-satunya, saya tidak tahu. Di zaman kita sekarang, kita telah hidup sekarang untuk melihat manusia pergi ke luar angkasa, keluar dari pesawat ruang angkasa mereka dan melayang di udara, dengan hukum gravitasi yang sepenuhnya dibatalkan. Tapi bagi mereka harus ada perlengkapan khusus, perlengkapan buatan untuk hidup di alam itu. Ya, kita tidak akan memerlukan peralatan buatan ketika kita diangkat untuk bertemu dengan Dia di udara dan untuk hidup di atmosfer sorga yang langka itu. Ini akan menjadi sangat alami, saudara paham maksud saya?
Nah, inilah perbedaannya di dalam kemanusiaannya, ini membutuhkan tipe orang yang berbeda untuk melakukan hal itu, bukan? Spesies yang berbeda. Dan yang terakhir … sekali lagi ini adalah Salib yang mengefek-kan ini. Tepat di jantung dua kemanusiaan, untuk semakin menurunkan yang satu, semakin berkurang. Itulah apa yang terjadi. Seberapa jauh yang kita dapatkan dalam hal ini, bagaimana saudara berkata, “Oh, aku mulai merasa diri-ku kurang dari apa pun, suatu makhluk yang paling miskin dan paling rendahan.” Pernahkah saudara, dan ini tidak berlebihan, pernahkah saudara merendahkan diri di dalam debu kesadaran akan ketidakberhargaan diri saudara sendiri? Tidak apa-apa, itu tidak apa-apa, asalkan ada pertumbuhan rohani yang sesuai dari spesies lain, tatanan lain, jenis lain. Salib bekerja di satu sisi, seperti yang seharusnya dilakukan, untuk mengakhiri satu jenis manusia dan di sisi lain untuk mendatangkan jenis manusia baru. Salib melakukannya.
Sekarang, saya harus menjaga semua yang telah saya katakan dengan ini: jangan ada seorang pun yang pergi dan mengatakan bahwa memiliki jiwa itu salah, memiliki pikiran itu salah, memiliki perasaan itu salah, memiliki kemauan itu salah; jika itu semua adalah jiwa maka aku harus membunuh jiwaku. Prinsip yang sulit itu … prinsip yang mengatur, seperti yang saudara ketahui, dalam agama Buddha adalah pemusnahan nafsu secara tuntas. Ya Allah selamatkan kita! Tidak, saya tidak mengatakan bahwa memiliki jiwa itu salah. Apa yang saya katakan adalah: jiwa tidak boleh menjadi hal yang mengatur; yang rohanilah yang harus menjadi hal yang mengatur, untuk mengendalikan bahkan jiwa kita itu sendiri, untuk mengatakan kepada penalaran kita untuk mengatakan, “ Sekarang lihat di sini, kamu mungkin berpikir dengan cara yang berbeda dari cara berpikir Tuhan, mari kita bawa hal ini kepada Tuhan dan mendapatkan pikiran-Nya tentang hal ini.” Pikiran kita, penalaran kita akan berkata: ya, ini benar, ini bagus, ini dia. Tapi tunggu sebentar. Mari kita menyerahkan hal ini kepada Roh Kudus dan kita mungkin menemukan bahwa pemikiran kita semuanya tidak sejalan dengan Tuhan sama sekali. Oh, kita mungkin mempunyai perasaan dan emosi yang kuat … sekarang mari kita pegang ini, mereka tidak akan lari bersama kita, mengendalikan kita; mari kita bawa ini kepada Tuhan. Apakah ini benar? Semua ini, jiwa emosional ini harus dikendalikan oleh Roh, Roh Kudus di dalam roh kita. Tidak, memiliki jiwa itu benar, ada hal semacam itu di dalam Firman Allah seperti keselamatan jiwa, mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu. Kata saya, bukankah mereka perlu diselamatkan? Mereka sungguh demikian. Lalu bagaimana? Pekerjaan Salib, membangun manusia rohani, kehidupan rohani.
Saya pikir itu cukup baik untuk malam ini, cukup untuk kita pikirkan, bukan? Namun saudara lihat Salib di dalam surat pertama kepada jemaat di Korintus ini mempunyai sebuah kata yang sangat, sangat relevan untuk diucapkan; masalah yang sangat luas untuk diamankan. Jika saudara belum mampu memahami, menggenggam, mengikuti apa pun atau segalanya, jangan mengesampingkannya: “Yah, aku tidak dapat memahami semua itu …” Tidak, jika saudara adalah anak Allah yang sejati, saudara akan belajar ini karena ini benar. Ini akan ditetapkan di dalam hidup saudara dan ini akan menjadi hal terbaik yang bisa terjadi. Hal yang terbesar adalah penyempurnaan, penyempurnaan semuanya, penyataan anak-anak Allah. Kita mengumpulkan itu dari Roma bukan? Dan membawanya ke Filipi, spesies baru, kemanusiaan baru; anak-anak Allah. Saya tidak tahu apakah kita akan sampai ke Galatia minggu ini, tetapi itulah masalahnya. Jadi kami akan meninggalkan ini untuk sementara waktu. Marilah kita berdoa.
Tuhan, kami berpaling dari semua perkataan dan gagasan serta pemikiran, bahkan kebenaran sebagaimana adanya dalam dirinya sendiri, dan berdoa ya Tuhan, dari dalam hati kami: berikanlah kami pemahaman rohani. Oh, semoga kita termasuk di antara manusia rohani yang mampu membedakan segala sesuatu dan memiliki sebuah kapasitas yang manusia duniawi di saat terbaiknya tidak dapat miliki … hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah yang dinyatakan oleh Roh kepada manusia rohani. Tuhan, ajarilah kami apa yang berasal dari diri-Mu dan bantulah kami dengan cara ini, agar kami dapat menjadi makhluk yang berbeda dari apa yang berasal dari Adam. Kami mohon dalam nama Tuhan Yesus, amin.
Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.