Austin-Sparks.net

Injil yang Mulia

oleh T. Austin-Sparks

Bab 1 – Karakter Injil

“… berdasarkan INJIL DARI ALLAH YANG MULIA DAN MAHA BAHAGIA, seperti yang telah dipercayakan kepadaku” (1 Timotius 1:11).

“Di dalam Dia kamu juga – karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu INJIL KESELAMATANMU – di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya.” (Efesus 1:13-14).

“Dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus, juga untuk aku, supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku, dikaruniakan perkataan yang benar, agar dengan keberanian aku memberitakan RAHASIA INJIL” (Efesus 6:18-19).

Ada satu atau dua hal yang harus kita perhatikan sejak awal sehubungan dengan hal di atas. Ayat-ayat itu semuanya merupakan kata-kata kepenuhan; artinya, mereka dituliskan menjelang akhir kehidupan Rasul, ketika ia memiliki wahyu yang sangat penuh yang telah berkembang di sepanjang hidupnya sebagai hamba Tuhan. Kepada penglihatan awal, telah ditambahkan wahyu, perluasan pengetahuan rohani – ditambahkan, kadang-kadang dengan cara-cara khusus dan juga dalam perjalanan normal dari perjalanannya yang terus-menerus bersama Tuhan; dan di sini ia menulis ketika wahyu itu, sejauh mana ini menyangkut perjalanan hidupnya di dunia, secara praktikalnya penuh, dan dari sana muncul kata-kata ini – “Injil dari Allah yang mulia”; “Injil keselamatanmu”; “rahasia Injil.” Saudara perhatikan bahwa suratnya kepada jemaat di Efesus dibuka dengan yang kedua dari kalimat-kalimat ini dan ditutup dengan yang ketiga. Intinya adalah ini bukanlah dua Injil yang berbeda – Injil keselamatanmu, dan rahasia Injil. Mereka bukanlah Injil yang terbagi menjadi dua. Mereka adalah satu Injil, dan keduanya digabungkan ke dalam bagian yang lain itu – “Injil dari Allah yang mulia.” Apa yang ingin saya tunjukkan adalah bahwa Injil adalah hal yang jauh lebih mendalam daripada yang dikenali secara umum.

Oh, betapa penuhnya kata “rahasia” itu sebagaimana yang digunakan oleh Rasul! Ini adalah kata yang luar biasa dalam signifikannya. Seperti yang saudara ketahui dari surat kepada jemaat di Efesus ini, “rahasia’ ini berhubungan dengan nasehat dan rencana Allah yang dalam dan tersembunyi sebelum dunia dijadikan. Hal ini berkaitan dengan sesuatu yang selalu hadir di dalam pikiran Allah melalui zaman-zaman yang lalu, meskipun tidak diungkapkan – menantikan hari di mana Ia akan mengungkapkannya sebagai rahasia yang diungkapkan; dan di dalamnya terdapatkan semua nasehat dan rencana Ilahi itu yang diwahyukan sepenuhnya pada akhir zaman, di dalam dispensasi ini, pada kegenapan zaman; dan semua yang dikatakan sebagai Injil, rahasia Injil. Ya – Injil keselamatan saudara adalah semua itu; sesuatu yang luar biasa, tak terduga. Di dalam satu surat pendek ini saja, ini semuanya terangkum dalam superlatif yang bertumpuk satu sama lain. Saudara merasa Rasul begitu terpendam saat ia memikirkan hal ini sehingga ia berada di ambang ledakan. Ia tidak dapat menemukan kata-kata dalam bahasa yang sangat kaya di mulutnya untuk mengungkapkan dirinya mengenai semua ini yang ia sebut sebagai rahasia, yang penatalayanan-nya telah dipercayakan kepadanya. Ini luar biasa.

Dan ketika ia menulis suratnya kepada Timotius, ia melampaui segalanya dalam mengemas semua makna yang sangat besar itu ke dalam sebuah kalimat kecil – “Injil dari Allah yang mulia dan maha bahagia.” Saudara ingin duduk dengan itu dan berpikir. Apa Injil itu? Ini adalah Injil Allah yang mulia. Sekarang, pahamilah itu jika saudara bisa! Kemuliaan Allah – pahamilah itu jika saudara bisa! Jika kita menginginkan sebuah kunci untuk membuka seluruh penyingkapan yang menakjubkan ini, untuk membuka rahasia nasehat-nasehat Ketuhanan itu sebelum masa kekal, untuk membuka rahasia yang tersembunyi selama berabad-abad dan generasi-generasi, ini dalam satu kata adalah – kemuliaan. Kata itu saja adalah kunci segala sesuatu dari kekekalan hingga kekekalan.

Apa Kemuliaan Itu

Apa itu kemuliaan? Pernahkan saudara mencoba menuliskan apa kemuliaan itu? Ini tidak dapat dilakukan, dan kita akan terlihat bodoh setiap kali kita mencoba mendefinisikan kemuliaan Allah. Meskipun demikian, dengan bantuan Tuhan, setidaknya marilah kita menghampiri perkara ini. Apa itu kemuliaan? Sebelum kami langsung mencoba menjawabnya, biarkan kami mengatakan sesuatu yang menunjukkan tugas apakah yang kami miliki itu, bidang apakah yang kami berada di dalam. Untuk menjawab pertanyaan itu – Apakah kemuliaan itu? – dari sudut pandang Kitab Suci berarti bahwa kita akan memahami sejumlah hal-hal lain seperti berikut: -

Pertama-tama, untuk memahami kemuliaan berarti memahami Allah, sebab Ialah Allah yang mulia (Kisah Para Rasul 7:2); dan juga untuk menjelaskan maksud penciptaan-Nya, sebab tepat di jantung ciptaan-Nya terdapatkan kata itu sebagai maksudnya – kemuliaan, Allah yang mulia.

Sekali lagi, untuk menjawab pertanyaan kita adalah untuk mengetahui arti dari kejatuhan. Pertama, kejatuhan Iblis – seluruh perkara tentang kemuliaan terkait dengan hal itu; dan kemudian kejatuhan manusia, sebab tepat di inti keberadaan manusia itu sendiri di dalam rencana Allah terletak perkara tentang kemuliaan ini.

Lebih lanjut lagi, ini adalah untuk mengetahui sifat dan makna dari hidup kekal – kehidupan Ilahi yang tidak diciptakan itu, yang dimaksudkan oleh Allah untuk dimiliki oleh manusia dan yang manusia tidak pernah miliki sampai ia memilikinya di dalam Kristus – sebab hidup itu adalah potensi kemuliaan.

Lebih lanjut lagi, untuk mengetahui arti kemuliaan adalah untuk mengetahui arti penebusan, sebab sekali lagi, penebusan semuanya mengelilingi hal yang satu ini – kemuliaan; dan saya akan berkomentar, sebelum kami mengatakan lebih bnayak lagi, bahwa setiap kali penebusan diwakili sebagai sebuah fakta yang telah tercapai, bahkan dalam bentuk kiasan, kemuliaan dikaitkan dengannya. Dapatkanlah mezbah dan bejana pembasuhan serta segala sarana penebusan dalam garis, dan akhir dari garis itu adalah kemuliaan Shekinah di Tempat Maha Kudus. Ini semuanya menghasilkan kemuliaan. Untuk memahami kemuliaan berarti untuk memahami penebusan.

Untuk menjawab pertanyaan kita, Apakah kemuliaan itu? adalah untuk menjelaskan imamat dan pemerintahan dalam arti rohani dan Ilahi, sebab keduanya selalu berhubungan dengan kemuliaan.

Dan berikut ini adalah hal kecil untuk saudara dalam perjalanan! – untuk memahami kemuliaan adalah untuk memahami seluruh Kitab Suci. Ketika saya melihat perkara tentang kemuliaan ini, saya mendapatkan sebuah Alkitab baru. Saya pikir Alkitab lama saya sangatlah bagus dan sama sekali di luar jangkauan saya, namun ini menempatkan Alkitab baru di dalam tangan saya. Hal yang sama akan terjadi pada saudara jika saudara melihat arti dan isi dari hanya satu kata – kemuliaan.

Ini adalah untuk memahami dan menangkap seluruh makna Kristus. Ia adalah kemuliaan Allah; segala kemuliaan Allah terpusatkan dan bertempat di dalam Dia. Seluruh pekerjaan-Nya berhubungan dengan kemuliaan Allah. Ia datang ke dalam dunia ini di mana kemuliaan telah pergi, sebagai pemelihara kemuliaan Allah. Untuk memahami kemuliaan berarti untuk memahami Kristus.

Jika kita memahami arti dari kemuliaan, kita akan mengetahui panggilan kita, sebab kita dipanggil “kepada kemuliaan-Nya yang kekal” (1 Petrus 5:10), “Supaya kita … supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia” (Efesus 1:6). Selanjutnya, kita akan memahami panggilan kita, pelayanan kita; sebab kepada apakah pelayanan Allah itu, setelah semuanya? Semua pelayanan kepada Allah dan untuk Allah dapat dinilai nilai rohaninya dengan satu kata ini – kemuliaan, kemuliaan Allah.

“Allah yang Maha Bahagia”

Kalau begitu, semua yang telah kami sebutkan ini ada dalam kalimat kecil ini – “Injil yang mulia.” Seluruh ungkapannya adalah, “Injil dari Allah yang mulia dan maha bahagia.” Kata “maha bahagia” itu tidaklah mudah untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Saudara tahu seberapa sering kata ini muncul dalam Perjanjian Baru. Ini adalah kata yang mengawali setiap Ucapan Bahagia. “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah.” “Berbahagialah orang yang berdukacita”; dll. (Matius 5:3-10). Di bagian lain di dalam Perjanjian Baru kata ini diterjemahkan “gembira”. Sesungguhnya ini adalah itu di dalam Ucapan Bahagia. “Bergembiralah orang yang lemah lembut,” dan seterusnya. Namun saudara ragu untuk menggunakan kata itu sehubungan dengan Allah – “Injil dari Allah yang mulia dan gembira.” Itu kedengarannya sulit bagi kita; tetapi saudara mungkin menangkap sesuatu bahkan di dalamnya. Allah berada di tempat dan keadaan kebahagian yang besar. Bukankah saudara selalu meminta kepada Tuhan untuk memberkati saudara dan milik saudara? Apa maksud saudara? Oh, untuk ditempatkan pada posisi dan kondisi kepuasan penuh: di mana segala sesuatunya sesuai dengan apa yang saudara inginkan: di mana saudara memiliki segala kepenuhan untuk hidup bagi diri saudara sendiri, dan untuk dibagikan kepada orang lain. Itu adalah posisi yang menggembirakan. “Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima” (Kisah Para Rasul 20:35); ada kata yang sama. Ini sungguh menggembirakan, sungguh membahagiakan, untuk bisa berada di posisi untuk memberi; dan Allah berada di dalam posisi itu. Segala kepenuhan adalah milik-Nya, dan Ia mempunyai sumber daya yang tak terbatas untuk diberikan. Sungguh suatu posisi yang membahagiakan! “Allah yang gembira dan maha bahagia.”

Sekarang mari kita mengambil langkah lain. Ini adalah “Injil dari Allah yang mulia dan maha bahagia.” Ini adalah kabar baik tentang Allah yang mulia, Yang penuh sampai meluap dengan segala sumber hikmat, kuasa, kasih karunia, kebenaran – segala sesuatu. Dari Allah yang demikianlah, Injil, kabar baik, datang. Saya katakan Injil keselamatan ini adalah hal yang sangat besar. Apa yang saudara maksudkan dengan keselamatan dan Injil? Nah, dibebaskan dari rasa bersalah dan kutukan serta konsekuensi dosa (di sini, dan sebagian besar di kemudian hari) dan mungkin beberapa berkat lainnya, jaminan yang sedemikian rupanya, diberikan! Namun di dalam hal itu, saudara hanya menyentuh bagian pinggirnya dari Injil! Saya katakan sekali lagi, ini bukanlah Injil tambahan, Injil kedua, ini adalah satu Injil; dan jika Injil yang penuh itu telah diberitakan, maka akan terjadi situasi yang sangat berbeda di dunia saat ini daripada apa yang terdapatkan. Masalahnya adalah kecilnya Injil yang diberitakan. Ini adalah Injil, kabar baik, tentang kemuliaan Allah, Yang maha berkecukupan di dalam diri-Nya sendiri dan segala sesuatu yang lain – Allah yang Maha Bahagia.

Kemuliaan Terkait Dengan Karakter Allah

Sekarang kami akan lebih mendekati kata tersebut. Kemuliaan – apakah kemuliaan itu? Nah, akar kata Yunani dari kata ini berarti membuktikan dengan menguji. Ada satu bagian kecil yang akan banyak membantu kita, dan ini ada di dalam 1 Petrus 1:7. Jika saudara membacanya dalam bahasa Yunani, saudara akan menemukan di dalam ayat itu, tiga kata yang memiliki awalan yang sama, yang menunjukkan bahwa kata-kata tersebut mengandung gagasan yang sama. Ini dia, ditekankan:

“Maksud semuanya itu ialah untuk MEMBUKTIKAN (atau MENGUJI) kemurnian imanmu – yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang DIUJI kemurniannya dengan api – sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan KEMULIAAN …” “Ujian”, “dibuktikan”, “kemuliaan”. Kemuliaan adalah sesuatu yang dibuktikan dengan ujian.

Apa kemuliaan Allah itu? Saudara akan menemukan bahwa kemuliaan Allah hampir selalu dikaitkan dengan karakter-Nya; dan karakter-Nya adalah kebenaran yang terbukti, kokoh, tak ternoda. Ia benar, Ia benar seluruhnya, tidak ada sedikit pun bayangan atau kecurigaan yang mempertanyakan kesempurnaan-Nya. Dan kemuliaan dihubungkan dengan karakter-Nya; oleh karena itu kemuliaan adalah karakter Allah yang bersinar keluar dalam ekspresi, sifat Allah itu sendiri dinyatakan.

Ada simbol-simbol, tetapi mereka hanya membantu kita dalam perjalanan. Seringkali kita mengartikan simbol sebagai kenyataannya. Simbol kemuliaan adalah terang, sebagaimana simbol kejahatan dan dosa adalah kegelapan. Hal yang nyata adalah esensi dari sifat dan pribadi Allah, dan ketika saudara memahami itu, saudara memahami apa yang saudara maksudkan dengan terang, dan itu adalah kemuliaan. Kemuliaan Allah adalah sifat esensial Allah sebagai kebenaran yang tidak diragukan lagi, yang bersinar keluar.

Kabar Baik Allah Dinyatakan Secara Universal

Sebelum kami melangkah lebih jauh, mari kita kembali. Apakah Injil itu – ‘kabar baik’ – tentang kemuliaan Allah? Ini adalah ini, bahwa segala sesuatu akan menjadi seperti Dia, segala sesuatu di alam semesta-Nya akan menjadi manifestasi dari diri-Nya sendiri dan sifat-Nya. Kita dipanggil kepada kemuliaan kekal itu. Biarkan itu berdiri bertentangan dengan siapa kita itu di dalam diri kita sendiri dan lihatlah apa panggilan kita itu, lihatlah betapa hebatnya Injil itu! Apa yang saudara rasakan tentang diri saudara sendiri? Adakah harapan akan kemuliaan? – yaitu, adakah harapan akan perwujudan kebenaran dan kekudusan yang tidak perlu dipertanyakan lagi? Ah, Injil yang telah datang kepada kita sungguh merupakan kabar baik. Sungguh sebuah kemungkinan yang luar biasa, sebuah pengharapan yang luar biasa! “Akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya” (1 Yohanes 3:2). Ini adalah masalah Injil yang mulia. Dapatkanlah itu. Apakah kemuliaan itu? Ini adalah Allah dalam sifat esensial-Nya, kebenaran dan kekudusan yang tak ternoda, dalam ekspresi. Itulah kabar baik – saudara dan saya serta seluruh ciptaan ini akan dibawa ke dalamnya, sehingga bumi akan dipenuhi dengan kemuliaan Allah, bukan sekedar pancaran cahaya, kemuliaan yang berpendar, melainkan kemuliaan dari suatu sifat yang di dalamnya tidak terdapatkan apa pun yang patut dipertanyakan, yang jahat, yang berdosa – “sama sekali tidak ada kegelapan.” Ini adalah pengharapan Injil. Itulah Injil keselamatan saudara. Itulah pengharapan yang dirujuk oleh Rasul sebagaimana ia telah melihatnya dalam kepenuhannya yang semakin besar. Ia membicarakannya menjelang akhirnya, dari penjaranya – “Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan” (Kolose 1:27).

Ya, kita diluncurkan ke dalam skala yang sedemikian besarnya sehingga kita benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukan dengannya! Saya akui bahwa pada saat itu, saya tidak tahu bagaimana harus melanjutkannya. Saudara lihat, semuanya berjatuhan di atas saudara. Kami mulai dengan Kejadian, menelusuri keseluruhan Alkitab, bagian demi bagian, dan kami menemukan bahwa semuanya berpusat pada dan berputar di sekitar perkara ini. Kerub – untuk apa mereka berada di gerbang pintu? (Kejadian 3:24). Mereka adalah penjaga kemuliaan. Di seluruhnya ini adalah perkara ini. Dan kemudian Anak Allah dinyatakan, Yang adalah “Terang yang sesungguhnya” yang “bercahaya di dalam kegelapan” (Yohanes 1:9, 5) dan pesan yang dibawa-Nya dikumpulkan oleh Rasul Yohanes dengan cara ini: “Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan” (1 Yohanes 1:5). Anak datang untuk menyatakan dan mendeklarasikan siapakah Allah itu – kekudusan dan kebenaran yang tidak perlu dipertanyakan lagi dan tidak ternoda di dalam sifat-Nya dan pribadi-Nya itu sendiri. Itulah Allah, dan kita dipanggil ke dalam kemuliaan kekal-Nya. Ini adalah sesuatu yang hampir terlalu besar untuk dipercaya, bukan?

Dan sekarang kata ‘pengharapan’ datang masuk, dikaitkan dengan Injil. “Jangan mau digeser dari pengharapan Injil” (Kolose 1:23). Kita dilahirkan kembali “oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan” (1 Petrus 1:3). Jadi kita bisa menumpuknya seperti itu. Bukankah kata-kata seperti ini mengisyaratkan prospek luar biasa yang terbentang di hadapan kita di dalam Injil? Ini adalah prospek kemuliaan, dan kemuliaan adalah karakter yang dibuktikan melalui ujian.

Ujian Iman Kepada Kemuliaan

Maka sekarang, “Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu – yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api – sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan …” Saudara sedang melalui suatu ujian, suatu pencobaan yang dahsyat dan berapi-api. Apa yang terjadi? Nah, sampahnya muncul ke permukaan dan disingkirkan, dan kemurniannya, kenyataannya, keasliannya iman saudara terungkapkan melalui ujian. Kenyataannya sedang ditegakkan melalui pencobaan yang berapi-api, dan ketika, melalui pengujian dan pencobaan, saudara mendapatkan kenyataan sifat Ilahi yang ditegakkan, saudara memiliki kemuliaan. “Memperoleh … kemuliaan.” Ini adalah apa yang dari Allah di dalam diri kita yang diuji, dicoba, melalui proses-proses yang berapi-api, dan menghasilkan kemuliaan. Ini adalah Allah yang dinyatakan di dalam dan melalui kita.

Dalam kehidupan rohani yang praktikal, hal ini berarti demikian. Allah melalui kasih karunia-Nya telah menanamkan di dalam diri kita sedikit benih iman. Betapa kecil dan lemahnya tampaknya itu! Namun kemudian, di bawah disiplin dan ujian Ilahi, kita diuji mengenai iman tersebut. Dan seiring dengan berjalannya cobaan yang berat itu, banyak dari diri kita yang muncul ke permukaan. Apakah itu tidak benar? Ketika kita berada di dalam pencobaan, banyak yang adalah dari diri kita sendiri muncul ke permukaan. Ya, semua ketidakpercayaan yang melekat pada sifat kita muncul – kebencian, pemberontakan, kepahitan. Oh ya, semuanya itu muncul di dalam ujian yang berapi-api. Kita tidak mengenal diri kita sendiri sampai kita masuk ke dalam api pencobaan dan ujian. Kita tidak akan percaya apa yang ada di dalam diri kita sendiri sampai kita diuji. Saya pernah mendengar Dr. Campbell Morgan berkata bahwa siapa pun bisa melakukan dosa apa pun yang saudara mau sebutkan jika saja ia dimasukkan ke dalam situasi yang diperhitungkan untuk menemukannya. Itu adalah hal yang luar biasa untuk dikatakan. Saudara mungkin tidak menerimanya, tapi itu adalah karena saudara belum dimasukkan ke dalam situasi tersebut. Katakanlah hal itu dengan cara lain. Saudara tidak hanya akan melewati pencobaan-pencobaan hidup, baik itu apa yang kita anggap sebagai pencobaan yang ‘umum’ atau yang berkaitan dengan dosa-dosa yang paling mengerikan, tanpa mengetahui bahwa saudara sedang tergoda dan oleh karena itu saudara bisa saja menyerah. Bias terhadap kejahatan semuanya ada di sana. Tuhan Yesus hanya mengatakan hal semacam itu ketika Ia berkata, pada hakikatnya, ‘Musa berkata, Jangan …; tetapi Aku berkata, jika kamu memikirkannya – jika kamu hanya melihat – ini sama buruknya dengan seolah-olah kamu telah melakukannya’ (Matius 5:27, 28). Apa maksud-Nya? – bahwa itu ada di dalam diri saudara, itu adalah bagian dari diri saudara. Oh, saudara mungkin berpikir itu buruk, tetapi menurut saya itu mulia! Apakah saudara berkata, ‘Kami tidak sanggup menghadapi hal ini; ini lebih buruk dari sebelumnya; ini akan mendorong kami semakin terpuruk dibandingkan sebelumnya. Musa sudah cukup buruk, tetapi jika kami teruskan ini, siapakah yang akan selamat’? Tetapi saya katakan bahwa itu tidak buruk melainkan baik. Tuhan tidak sedang menumpuk kutukan demi kutukan. Ia hanya mengatakan, ‘Ini bukan hanya soal apa yang kamu lakukan atau tidak lakukan; ini adalah soal siapa dirimu itu, dan Aku telah datang untuk menyingkirkan siapa dirimu itu, bukan sekedar apa yang kamu lakukan.’ Itu sungguh mulia! Itulah Injil kemuliaan, kebenaran Allah oleh iman di dalam Kristus Yesus tidak hanya menangani hal-hal yang kita lakukan atau yang tidak kita lakukan, melainkan juga menyingkirkan diri kita sepenuhnya, dan mendatangkan sebuah ciptaan baru. Itulah kemuliaan; itulah pengharapan Injil. Terpujilah Allah, akan tiba saatnya di dalam sejarah alam semesta ini ketika sisa-sisa kejatuhan terakhir akan tercabut dari diri kita semua yang percaya kepada Kristus. Satu saat dan kita akan diubah, dan bahkan tubuh hina kita ini akan dijadikan seperti tubuh kemuliaan-Nya, tubuh yang kudus, tubuh yang tidak berdosa.

Ya; kami mengatakan bahwa di dalam ujianlah bahwa semua sifat diri ini muncul ke permukaan, namun ada baiknya jika sifat diri ini muncul ke permukaan. Kasih karunia menangani hal ini, kasih karunia yang bekerja melalui pertumbuhan pengetahuan kita akan kebutuhan kita akan Kristus membuat kita sangat rendah hati, dan kerendahan hati adalah sifat Allah. Kelemahlembutan adalah buah Roh, ini adalah lawan dari racun Putera Fajar yang telah jatuh – kesombongan. Pencobaan membawa keluar hal-hal ini di dalam kasih karunia Allah, dan semua ini menghasilkan kemuliaan – keserupaan dengan Kristus, keserupaan dengan Allah. Atau sekali lagi, dalam pengalaman sederhana, pencobaan kita yang berat dan mengerikan membuat kita semakin serupa dengan Tuhan di bawah kasih karunia-Nya. Mereka tidak membuat orang-orang di luar Kristus menjadi lebih serupa dengan Tuhan. Hanya mereka yang berada di bawah kasih karunia Allah yang menjadi lebih serupa dengan Tuhan melalui pencobaan yang berat. Ini memperoleh kemuliaan, keserupaan dengan Allah.

Saya pikir saya harus berhenti di situ. Saya percaya ini adalah gambaran sekilas tentang keagungan keselamatan kita, “Injil dari Allah yang mulia dan maha bahagia.” Sungguh besar prospek yang terbuka bagi kita! Kita tersesat di dalamnya. Tetapi jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, kita juga akan dipermuliakan bersama-sama dengan Dia (Roma 8:17).

Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.