oleh T. Austin-Sparks
Bab 2 – Manusia Duniawi dan Sorgawi Bertemu di Salib
Bacaan: Yohanes 3:14-21
Dalam meditasi kita sebelumnya, kita disibukkan dengan bagian awal dari pasal ini di mana kita melihat dua orang saling memandang melintasi jurang pemisah yang besar antara dua dunia yang tidak dapat didamaikan – manusia duniawi pada yang terbaiknya, diwakili oleh Nikodemus; Manusia sorgawi dalam segala perbedaan dan “kelainan”-Nya yang lengkap – Yesus. Semakin pasal ini berlanjut, kita dibawa ke pemisahan besar itu, perbedaan dan ‘kelainan’ yang besar itu, dan dibuat untuk melihat bahwa mereka bertemu di Salib.
Kedua manusia itu bertemu di Salib, dan yang satu menghilang, sejauh mana Allah bersangkutan, dan yang Lainnya terus berjalan. Yang satu, dengan segala keberadaannya di hadapan Allah dari ketidakmungkinan, dan yang lain sebagaimana adanya di hadapan Allah dengan segala kemungkinan-Nya, mereka bertemu di sini di Salib. Ke dalam bagian ini, beberapa ayat dari 14-21 ini dan seluruh surat kepada jemaat di Roma dipenuhi, dan kita harus membaca surat itu untuk melihat apa artinya, dalam contoh pertama, dalam contoh mendasar, untuk dilahirkan dari atas.
Surat kepada jemaat di Roma adalah uraian yang sangat komprehensif dan menyeluruh tentang apa artinya pada dasarnya untuk dilahirkan dari atas, dan oleh karena itu kita akan mengingat surat itu di hadapan kita dengan bagian Injil yang ditulis oleh Yohanes ini.
Nikodemus adalah perwakilan dari semua yang manusia sebut baik, indah, layak, dan dapat diterima oleh Allah, semua yang manusia anggap tidak tercela atau bejat. Laki-laki ini, Nikodemus, dibawa kembali di dalam sejarah bangsanya ke titik yang dikenalnya dengan baik, di padang gurun di mana ular tedung tersebar luas, bebas di mana-mana, berbisa, mematikan, menyebarkan kematian melalui banyak orang dan melalui bangsa. Kemudian atas perintah Tuhan, dibuatlah ular tembaga dan diikatkan pada sebuah tiang dan ditinggikan, dan orang-orang diberitakan oleh seorang imam yang memberitahu mereka tentang jalan pembebasan mereka, dengan pandangan iman kepada ular tembaga itu. Dan wakil bangsa yang luar biasa inilah yang dipanggil sekarang untuk melihat pada itu, dan kemudian, dengan gerakan cepat, diminta untuk beralih dari Bilangan 21 ke adegan lain yang akan segera diberlakukan di luar Yerusalem, di mana yang Satu ini yang berdiri menghadap Nikodemus akan ditinggikan seperti ular itu ditinggikan, agar orang Yahudi yang luar biasa ini, contoh bangsa yang luar biasa ini, penguasa ini, guru di Israel ini dapat menemukan keselamatannya, hidupnya, hanya dengan cara yang sama – dengan pandangan iman kepada Anak Manusia yang ditinggikan. Dan ia dibiarkan untuk membuat deduksinya sendiri dari implikasi itu.
Surat kepada jemaat di Roma memberi kita deduksi-deduksi itu. Implikasinya ada di Yohanes. Deduksi dan konsekuensinya ada di Roma. Laki-laki ini dianggap sebagai perwujudan dari kebenaran itu sendiri menurut standar Yahudi. Ia tidak akan berada dalam posisinya sebagai penguasa dan guru, seorang Farisi, jika ia bukan orang yang lulus semua ujian kebenaran menurut standar Yahudi. Surat kepada jemaat di Roma membawa kita langsung berhadapan muka dengan pertanyaan ini tentang kebenaran dan kita menemukan bahwa dalam pasal-pasal awal itu, pencarian menyeluruh dilakukan di seluruh ciptaan untuk hal yang disebut kebenaran ini. Allah melihat ke dalam seluruh ciptaan, mengutus utusan-utusan-Nya untuk menemukan kebenaran, dan untuk mengumpulkan semua yang di dalamnya tidak ditemukan kebenaran.
Dalam Roma kita menemukan bagian demi bagian, bab demi bab tentang manusia, umat manusia, yang diselidiki demi menemukan kebenaran ini. Jaring tersebar ke seluruh dunia, secara universal, untuk mengumpulkan semua orang yang di dalamnya tidak ditemukan kebenaran, dan jaring terlihat semakin mendekat, menyempit, dari semua orang ke beberapa orang, dan kemudian ke orang-orang dari bangsa Yahudi ini. Jaring semakin mendekat, dan tidak ada orang yang diluarnya. Jaring ini membawa semua orang, tidak ada yang dapat melarikan diri; mereka semua datang ke dalam jaring penghukuman yang besar ini, dan pada akhirnya tidak seorang pun yang berada di luar, “Tidak ada yang benar, seorang pun tidak. Mereka semua ada di bawah kuasa dosa”, dan oleh karena itu penghakiman, melalui penghukuman adalah universal. Dan Nikodemus ada di dalam jaring itu, dan sangat buruk berada di dalam jaring itu.
Lihatlah ular tedung itu. Apa yang dilambangkan oleh ular itu? Ular tua itu, Iblis (Wahyu 20:2), si penipu, peracun, sumber dan pemicu semua kejahatan, dan dari kebejatan yang total dan menyeluruh. Nikodemus, itulah kamu! Suatu hal yang mengerikan untuk ditelan Nikodemus! Itu adalah hal yang mengerikan untuk ditelan oleh Israel! Mereka tidak akan menelannya. Itulah sebabnya mereka begitu pahit dengan kepahitan kebencian Iblis terhadap Anak Manusia. Kebejatan total. Saudara akan setuju bahwa memang demikian, dengan ular yang ditinggikan, bukan? Saudara tidak siap pada awalnya untuk setuju bahwa itu adalah benar tentang Nikodemus, atau diri saudara sendiri, atau banyak orang yang saudara kenal, tetapi Tuhan Yesus tidak menyayangkan siapa pun. Ia menggunakan kata ‘siapa pun’ ini.
Dunia – bukan dunia Yahudi, bukan dunia Latin, bukan dunia Yunani – mereka semuanya ada di Roma. Surat kepada jemaat di Roma ini menyentuh ketiga representasi besar dunia itu. Saudara akan menemukan mereka semuanya dalam surat – Latin, Yunani, Ibrani. Ini adalah surat yang komprehensif. Seluruh dunia – “siapa pun” – dunia. Nikodemus ada di dalam jaring, semuanya ada di dalam jaring. Dosa – “semua orang telah berbuat dosa” (Roma 3:23). Penghakiman dijatuhkan atas semua orang, sebab semua orang telah berbuat dosa. Maut – “Upah dosa ialah maut” (Roma 6:23). Itu adalah Yohanes 3:14-21 dan surat kepada jemaat di Roma tepat pada awalnya.
Tetapi kemudian Tuhan telah demikian memerintahkan agar Nikodemus dibawa langsung ke Salib itu, dan ditunjukkan bahwa meskipun itu adalah kodratnya di mata Allah, itu adalah keadaannya, itu adalah malapetaka-nya, itu tidak perlu menjadi demikian secara harfiah dan sebenarnya. Itu bisa menjadi miliknya secara perwakilan dan substitusi, Anak Manusia ditinggikan. Sekarang Nikodemus akan benar-benar ada di sana, tetapi dengan cara yang berbeda dari penghakiman. Jadi kita menemukan bahwa surat kepada jemaat di Roma ini membawa seluruh dunia yang penuh dengan umat manusia yang dihakimi, dikutuk dan kiamat ini, ke Salib (pasal 6) Tuhan kita Yesus Kristus. Anak Manusia ditinggikan, ditemukan sekarang masih sebagai Manusia Sorgawi, tetapi yang telah secara sukarela mengambil tempat manusia duniawi ini sendiri dalam posisinya dan kondisinya. “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita” (2 Korintus 5:21). Ia dijadikan kutuk bagi kita. Dan di sana di dalam Anak Manusia yang ditinggikan ada akhir dari manusia duniawi itu dalam posisinya dan kondisinya, akhir dari semua yang kita katakan tentang manusia duniawi itu dalam meditasi kita sebelumnya, dan awal dari Manusia sorgawi. “Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya. Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan …” Dibangkitkan bersama dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya: manusia baru, manusia sorgawi, diperkenalkan. ‘Tidak bisa’ yang agung atas manusia duniawi itu, ‘tidak bisa’ yang agung itu, selamanya didirikan dan disahkan di Salib. Ingat itu.
Oh tidak, tidak ada ular yang menggeliat keluar dari Salib itu, entah bagaimana mengitari Salib itu dan melarikan diri ke sisi lain dan muncul kembali. Ular itu telah diselesaikan di hadapan Allah. Dan semua itu berarti bahwa segala sesuatu yang memiliki racunnya di dalamnya, sifatnya di dalamnya, di dalam pikiran Allah telah diselesaikan, disahkan; orang yang ‘tidak bisa’ dipaku, yang ‘tidak bisa’ agung itu didirikan.
Kita harus berpegang pada fakta bahwa apa pun yang mungkin kita temukan dalam diri kita sebagai orang percaya, bahkan setelah iman menerima identifikasi dengan Kristus dalam kematian ini, ini adalah milik manusia duniawi dan tidak diterima oleh Allah. Salib Yesus Kristus berkata, Tidak! – selamanya, sepenuhnya, dan akhirnya. Tidak ada memaafkan, tidak ada mengampuni. Ini adalah penghakiman yang sangat keras, dan “Kalau kita menguji diri kita sendiri, hukuman tidak menimpa kita” (1 Korintus 11:31). Kita harus kejam dengan diri kita sendiri di sisi itu, karena Allah telah kejam dengan Iblis.
Ular itu ditinggikan dan Anak Manusia ditinggikan, tetapi mereka identik di mata Allah. Mereka bukanlah dua hal, tetapi satu hal, begitu menyeluruhnya Kristus telah masuk ke dalam pekerjaan Iblis untuk menghancurkannya. Jika Ia tidak telah sepenuhnya masuk ke dalamnya, Ia tidak akan dapat menghancurkannya sepenuhnya. Dan kita ada di sana sebagai manusia duniawi yang tempatnya telah diambil oleh Tuhan Yesus dengan cara yang mutlak itu.
Lihatlah sikap Allah dan penghakiman total atas kebejatan total, menolaknya dan menyangkalnya, meninggalkan dan mengabaikannya. Allah tidak akan bersama kita ketika kita mulai memaafkan dan mengampuni dan berkata, “Ini hanyalah manusia tua itu, Adam tua itu; kita semua memiliki ketidaksempurnaan!” Tidak, itu bukanlah sikap Allah.
Kita melihat dalam kata terakhir kita di bab sebelumnya bahwa Allah hanya memiliki satu Manusia di dalam pandangan dan itu adalah Manusia sorgawi. Allah tidak mempercayakan diri-Nya kepada manusia duniawi. “Yesus sendiri tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua, dan karena tidak perlu seorang pun memberi kesaksian kepada-Nya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia.” Dan inilah yang Ia tahu ada di dalam hati manusia – ular tedung. Ia tidak mempercayakan diri-Nya kepada ular itu.
Inilah arti dari kekudusan, dasar kekudusan. Kita telah terlalu mudah dengan diri kita sendiri. ‘Manusia yang tidak bisa’ ditinggalkan dan yang ‘tidak bisa’ ditegakkan selamanya, tetapi Manusia yang ‘bisa’ diperkenalkan, dan Ia juga ditegakkan di dalam kebangkitan.
Maka, surat kepada jemaat di Roma adalah kutukan tanpa jalan keluar. Kemudian, melalui iman dan pembenaran, menempatkan iman kepada Dia yang ditinggikan itu; ini adalah objek yang memberi nilai pada iman. Ini bukanlah sesuatu yang abstrak yang disebut iman. Tidak, ini adalah menyematkan seluruh takdir kita kepada Kristus yang disalibkan dan dibangkitkan. Tidak ada harapan apa pun di sebaliknya, tetapi semua harapan kita ada di dalam Dia yang ditinggikan. Sisi gelapnya dan sisi terangnya: “Supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal”; ini adalah pembenaran.
Itulah gambarnya di sini, itulah keadaannya. Ini tinggal kita buat aplikasinya saja, untuk masuk ke dalam ini, sebab ini belum benar-benar dimasukki. Saya tidak mengatakan bahwa ini belum dilihat sebagai kebenaran, diterima sebagai kebenaran, dipercayai sebagai kebenaran, diberitakan sebagai kebenaran, diakui sebagai kebenaran, dan dinyatakan sebagai suatu posisi. Tidak, semua itu mungkin, tetapi karena ini belum benar-benar dimasukki, kita memiliki begitu banyak kebingungan, campuran, kontradiksi, dan inkonsistensi. Dua hal telah bercampur dan tidak ada kemunculan yang jelas dari Manusia sorgawi; ini adalah manusia yang campur aduk.
Saya tidak berbicara tentang ketidakberdosaan, saya berbicara tentang pengenalan, penyajian, dan pertumbuhan progresif dari Manusia sorgawi, pertama-tama terlihat dalam potongan yang jelas bahwa sesuatu yang radikal telah terjadi dan ada perbedaan yang mendasar. Orang itu bukanlah orang yang sama seperti dulunya. Jika saudara tepat pada awalnya bertemu dengan mereka, saudara bertemu dengan sesuatu yang sorgawi sekarang, saudara tidak bertemu dengan apa yang saudara temui sebelumnya; ada perbedaan yang radikal. Dan itu tidak menetap di sana. Perbedaan itu berjalan terus, dan saudara semakin jarang bertemu dengan apa yang saudara temui sebelumnya, dan saudara semakin banyak bertemu dengan apa yang belum pernah ada di sana sebelumnya. Yang duniawi pergi ke tempat yang Allah tempatkan, yang duniawi ditolak oleh ajaran dan arahan yang sadar dari Roh Kehidupan yang berdiam di dalam, menunjukkan apa yang menjadi milik kehidupan lama itu harus ditolak, menunjukkan apa yang harus pergi.
Ada sesuatu yang pada dasarnya dan secara fundamental salah ketika seorang Kristen, setelah sekian lama, masih terus menerus bersalah atas hal-hal duniawi alami yang sama, yang ada di sana sebelumnya. Saya tidak hanya berbicara tentang dosa kasar, saya sedang berbicara tentang manusia duniawi. Ia mungkin seorang Nikodemus; bahkan Nikodemus akan datang untuk melihat bahwa semuanya tidak baik-baik saja.
Saudara hanya perlu memanggilnya [manusia duniawi] dengan nama lain: Saulus dari Tarsus, dari sekte Farisi yang paling ketat. Dan laki-laki itu, yang akan lulus setiap ujian menurut standar kebenaran Yahudi, akan masuk dan berkata, “Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik” (Roma 7:18). Roh Kudus dapat melakukan hal-hal yang luar biasa dalam membuat kita sadar akan apa yang kita sama sekali buta. Saya tidak memahami kegigihan titik-titik buta dalam diri seorang Kristen tanpa batas waktu, sesuatu yang bertahan sepanjang waktu yang jelas-jelas meragukan, dipertanyakan, salah, berbahaya, bodoh, atau tidak bijaksana. Mari kita berhati-hati. Jangan pikirkan tentang orang lain, pikirkan tentang diri saudara sendiri. Ada banyak hal tentang kita yang tidak akan disebut kejahatan yang menjijikkan, yang masih sangat berbahaya dan tidak seperti Kristus, dan tentu saja bukan Manusia sorgawi.
Apa yang saya katakan adalah ini: di dalam Manusia sorgawi ada pemeriksaan progresif, dan saudara tidak dapat, jika saudara menempuh jalan sorgawi, mengulangi tanpa batas hal-hal yang bukan sorgawi tanpa menyadarinya. Oh tidak, saudara akan tahu. Ini ada baiknya kita mengetahuinya. Ini mungkin memberi kita waktu yang buruk, tetapi kita tidak akan memiliki yang sebaliknya. Kita pasti akan berkata, “Tuhan, jangan biarkan aku berjalan terus secara duniawi, bertentangan dengan yang sorgawi tanpa menyadarinya.” Semakin sorgawi kita itu, semakin tajam pelajaran-pelajaran itu, dan semakin buruk masa-masa sulit kita di bawah tangan Roh Kudus, sebab Roh Kudus bekerja, bukan menurut perkiraan kita tentang Salib, tetapi menurut perkiraan Allah. Tetapi perkiraan Allah tentang Salib adalah bahwa kita secara alami seluruhnya tercemar dan Kristus seluruhnya sempurna. Ia sedang bekerja menuju keserupaan dengan gambaran Anak-Nya itu yang diceritakan Roma kepada kita.
Sekarang kemudian, satu atau dua aplikasi lain. Itu adalah penerapan Salib kepada seluruh manusia duniawi, dan hubungan Salib dengan seluruh Manusia sorgawi. Pada dasarnya, ini adalah sebuah krisis, sebuah pemisahan, sebuah perbedaan yang perkasa; menjadi secara bertahap ditransformasikan, diubah. Kita tidak hanya diubah secara mekanis; Allah sangat praktikal, Salib sangat praktikal. Kita hanya diubah oleh kematian yang bekerja di dalam kita untuk memberi lebih banyak ruang bagi Kehidupan, bagi Kristus. Jalan-jalan Allah datang masuk ke sini lagi.
Cara-cara penyaliban bagi daging kita, cara-cara yang mengerikan bagi kodrat kita, semua itu terhadap apa kita secara alami memberontak, di bawah apa bagian duniawi kita menggeliat, semua itu adalah cara Allah membawa pulang prinsip Salib, untuk membuat segalanya lebih dari teoritis, untuk membuat hal-hal praktikal. Bagaimanapun juga, ini bekerja seperti itu. Itulah yang terjadi, dan titik-titik di mana Salib itu diterapkan tidak terhitung banyaknya. Saya tidak pernah bisa mentabulasi mereka jika saya mencoba. Kita semua sangat berbeda; perubahan terjadi pada segala macam hal-hal. Jika saya berhenti untuk mengilustrasikan, saya hanya akan merusak gambarnya, mungkin karena saya akan melewatkan begitu banyak. Tetapi saudara harus mengatakan tentang orang-orang yang sekarang hidup di sisi kebangkitan – “Mereka menjadi sangat berbeda, mereka dulu begini, mereka dulu begitu, ini dulu adalah hal-hal tentang mereka, itu sangat sulit dan mencobai, tetapi mereka menjadi berbeda …” itulah semua yang harus saudara katakan tentangnya, tetapi itulah dia.
Setelah mengatakan itu, izinkan saya memfokus pada keseluruhannya dari hal ini. Ingatlah bahwa tata bahasa Allah tentang ini adalah tata bahasa bentuk lampau. Bentuk lampau dari Yohanes 3:14 dan seterusnya agak mengesankan, dan bentuk lampau dari Roma, khususnya pasal 6, memang tidak dapat dihindari. “Manusia lama kita telah turut disalibkan”. Apakah tidak benar bahwa masalahnya dengan kita adalah bahwa kita begitu sibuk dan terobsesi dengan manusia lama yang telah disalibkan itu, yang, di dalam pikiran dan benak Allah telah mati dan dikuburkan? Dan kita menggali dia sepanjang waktu dan melihatnya, dan mencoba melukisnya dan membuatnya terlihat sedikit lebih baik, dan ini terbukti dalam doa kita. Dengarkan bagaimana orang-orang berdoa, dan saudara akan melihat seberapa jauh mereka telah masuk ke dalam Roma 6, “Oh, betapa malangnya aku ini! Tuhan, Engkau tahu semua ini tentang diriku, betapa contoh yang buruk aku ini …” memberitahu Tuhan segalanya tentang mayat ini, dan doa semacam itu tidak akan berhasil. Itu membawa kematian, kegelapan dan kesengsaraan masuk; itu tidak berpengaruh apa-apa. Saudara tidak tahu apa-apa tentang Roma 6, betapa banyak pun saudara dapat mengutip kata demi kata semua ajaran yang tertulis, betapa banyak pun saudara telah mengkhotbahkannya atau membicarakannya, jika saudara terus-menerus akan membawa kehidupan diri sendiri yang menyedihkan itu di hadapan Tuhan di depan umum atau dalam doa pribadi.
Apa alternatifnya? Orang-orang yang mengetahui apa pun tentang Roma 6 adalah orang-orang yang dalam doa memuliakan Kristus Yesus. “Oh, puji Tuhan, untuk Kristus, untuk segala yang dimaksudkan dari-Nya!” Mereka bersukacita di dalam Yesus Kristus dalam doa. Ini adalah ujian yang radikal. Saudara mulai berdoa, sebelum saudara dapat berjalan jauh, bahkan mulai dengan ini, entah bagaimana saudara tidak dapat mengeluarkan banyak kalimat sebelum saudara jatuh ke tingkat yang menyedihkan itu, dan saudara telah menyangkal Kristus saudara, saudara telah memisahkan Manusia sorgawi itu, saudara telah kembali ke sisi lain Salib itu dan meniadakan Anak Manusia. Saudara telah membuka pintu kematian lagi, dan Iblis akan berkemah di atas dasar itu dan membawa masuk pekerjaannya di mana Anak Manusia telah dimanifestasikan untuk menghancurkan. Pemahaman yang benar dari Roma 6 berarti bahwa mata kita, iman kita dan hati kita terpaku pada Anak Allah yang telah bangkit, yang telah bangkit untuk pembenaran kita.
Oh, saya meminta saudara untuk mengingat tiga interogatif besar dari Roma 8:31. Interogatif pertama – “Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?” Lihatlah konteksnya. “Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu?” Hal apa? “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya” (ayat 29, 30). “Apa yang akan kita katakan tentang semuanya itu?” kata Paulus. Bagaimana Allah ada di pihak kita? Semua orang yang dipilih-Nya, yang dipanggil-Nya, yang dibenarkan-Nya, yang dimuliakan-Nya. Allah ada di pihak saudara di dalam Kristus. Ia memberikan Anak-Nya untuk menetapkan itu, untuk meratifikasi itu. Apa yang akan saudara katakan tentang itu? “Oh … betapa celakanya aku ini! Sungguh makhluk yang menyedihkan dan cela …” apakah itu yang akan saudara katakan tentang itu? “Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu?”
Interogasi besar yang kedua, ayat 33: “Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita.” Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Apa jawaban saudara untuk itu? “Oh, semua yang dapat kamu pikirkan dapat diletakkan di depan pintu-ku, setiap tuduhan itu benar tentang diriku …” sebagai salah satu orang pilihan Allah? Saudara harus memberikan jawaban yang lebih baik untuk pertanyaan itu daripada itu.
Integorasi ketiga, ayat 35: “Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?” Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Apakah kasih Kristus bagi saudara lebih kuat daripada dosa, daripada Iblis, daripada semua pekerjaan Iblis? Kesengsaraan, penderitaan, penganiayaan, kelaparan, ketelanjangan, bahaya, pedang – apakah kasih Kristus lebih kuat dari semua itu bagi saudara? Saudara masih belum memahami Roma 6 jika tidak. Jika saudara telah memahami makna Salib, saudara berkata, “Aku yakin bahwa tidak satu pun dari hal-hal ini akan memisahkan aku dari kasih-Nya. Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.”
Merenungkan tiga interogasi besar itu saja pasti sudah cukup untuk menunjukkan kepada kita apakah kita benar-benar telah memasuki Roma 6, pasal yang sangat kita kenal. Kemudian, hilangkan keputusasaan, hilangkan kesengsaraan, hilangkan semua yang akan mengatakan kepada dunia ini bahwa kita tersesat, putus asa, dan hancur. Oh, hilangkan rasa mengasihani diri sendiri, hilangkan kasih memiliki masalah, hilangkan semua ini berbicara tentang diri kita sendiri dan memikirkan diri kita sendiri yang hanya berhasil menarik perhatian pada diri kita sendiri dan membuat orang kasihan terhadap kita! Allah selamatkan kita oleh Salib-Nya dari semua itu!
Ya, kesengsaraan dan penderitaan dan bahaya dan ketelanjangan dan pedang, mereka semuanya nyata, mereka semuanya ada di sana, tetapi dengan semua penderitaan dan kesengsaraan kita, pertanyaan tentang posisi kita dengan Tuhan tidak boleh disentuh. Kita mungkin berada dalam beban melalui berbagai cobaan; rasul telah ada di sana. Kita mungkin mengalami saat-saat penderitaan ketika roh kita jatuh, tetapi bukan karena kita memiliki pertanyaan tentang posisi kita dengan Tuhan dan kasih Tuhan bagi kita. Oh tidak, Roma 6 adalah pembebasan dari manusia duniawi ini dalam semua cara-cara ini. Ini begitu komprehensif, begitu menyeluruh.
Tapi apa masalahnya? Ya, ini adalah, seperti yang telah kami katakan sebelumnya, apa yang orang-orang temui ketika mereka bertemu dengan kita? Itulah ujian di mana Roma 6 ada bersama kita: apa yang orang temui, apakah mereka bertemu dengan sisi lain Salib, atau sisi Salib ini; apakah mereka bertemu dengan manusia duniawi, atau Manusia sorgawi. Kita tidak sempurna dalam kaitannya dengan Manusia sorgawi sekaligus, tetapi harus ada kemajuan pengetahuan dalam hal ini, bahwa Manusia sorgawi sedang bertumbuh, Kristus sedang sepenuhnya dibentuk di dalam kita, situasinya sedang berubah, kita tidak ditemui di titik di mana kita ditemui begitu lama dahulu. Ini harus demikian. Inilah yang dikatakan Roma tentang arti dari dilahirkan dari atas.
Roma berkata bahwa Yohanes 3:3 secara fundamental mengartikan ini, pada dasarnya: perubahan besar telah terjadi, dan perubahan itu terlihat dalam perkembangan, jika bukan oleh kita sebagai subjeknya, oleh orang lain sebagai pengamat. Sebuah perubahan sedang terjadi. Dari kesengsaraan kita bangkit menuju kemenangan, dari keputusasaan menuju harapan dan kepastian, dari kegelapan menuju terang.
Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.