oleh T. Austin-Sparks
Bab 2 – Dalam Surat-Nya kepada Jemaat di Korintus
Kita sekarang beralih ke surat-surat kepada Jemaat di Korintus, dan, sekali lagi mengikuti metode kita, kita berusaha menemukan apa yang akan meringkas semua isi surat-surat ini. Setelah semua detailnya, semua yang membentuk surat-surat ini – dan mereka ini cukup banyak – kita bertanya: ‘Apakah jumlah dari semuanya itu? Apa hasil dari semuanya itu yang ditinggalkan bagi kita?’ Dan sekali lagi kita akan menemukan bahwa ini hanyalah tentang injil lagi – maafkan saya mengatakannya seperti itu – ini hanyalah perkara tentang injil lagi dari sudut lain, sudut pandang lain.
Kita mungkin terkejut ketika mengetahui bahwa kata ‘injil’, atau, seperti dalam bahasa aslinya, istilah ‘kabar baik’, muncul dalam kedua surat-surat ini tidak kurang dari dua puluh dua kali: sehingga kita tidak hanya mengambil sebuah bagian kecil dan menggantungkan berat yang tidak semestinya di atasnya. Kita membutuhkan beberapa dasar yang cukup kuat untuk mendasarkan kesimpulan kita, dan saya pikir bahwa dua puluh dua kemunculan dari satu kata khusus di ruang seperti itu membentuk dasar yang cukup kuat. Tentang apa pun lainnya surat-surat ini, pastinya ini adalah tentang itu. Banyak dari apa yang saudara baca dalam surat-surat ini mungkin membuat saudara berpikir itu sama sekali tidak seperti itu – kelihatannya sangat buruk; tapi apa yang kita kejar adalah masalah yang diakibatkannya.
Ada satu kalimat yang sangat dikenal yang meringkas keseluruhan dari kedua surat tersebut. Itu terjadi, secara alami, di akhir surat kedua.
“Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian.” (2 Korintus 13:14).
Ini kadang-kadang disebut ‘ucapan syukur’ atau ‘berkat’. Itu, tentu saja, sebutan manusia untuk itu. Tapi ini bukan hanya lampiran wacana – cara konvensional untuk mengakhiri sesuatu, sebuah pemikiran yang bagus. Juga tidak digunakan oleh Paulus sebagai semacam ucapan selamat atau pujian untuk mengakhiri sebuah pertemuan, sebagaimana yang secara umumnya digunakan sekarang. Saya kira ada berkat di dalamnya, tetapi saudara harus melihat jauh lebih dalam daripada hanya pada ungkapan-ungkapan ini. Sesungguhnya itu adalah sebuah doa, dan sebuah doa yang di dalamnya menyimpulkan keseluruhan dari kedua surat yang telah ditulis oleh Rasul. Dalam cara Paulus yang luar biasa untuk memahami banyak hal dalam sedikit kata-kata, segala sesuatu yang ia telah tuliskan melalui kedua surat ini dikumpulkan dengan cara ini.
Ini mungkin penting untuk memperhatikan urutan dari ketiga ayat-ayat ini. Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, kasih Allah, persatuan atau persekutuan Roh Kudus. Itu bukanlah urutan Pribadi-Pribadi Ilahi. Jika itu adalah urutan Pribadi-Pribadi Ilahi, itu harus diubah: ‘Kasih Allah, kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan persekutuan Roh Kudus.’ Tetapi kita tidak perlu berusaha untuk membenarkan Allah – untuk mencoba memperbaiki Firman Allah dan urutan Roh Kudus. Ini bukanlah urutan Pribadi-Pribadi Ilahi. Ini adalah urutan proses Ilahi. Ini adalah jalan di sepanjang apa Allah bergerak untuk mencapai tujuan-Nya, dan itulah tepatnya ringkasan dari kedua surat-surat ini. Di sepanjang jalan seluruhnya, Allah sedang bergerak menuju suatu akhir, dan doa Paulus ini sesuai dengan prinsip, urutan, dari gerakan Ilahi.
Marilah kita sekarang datang kepada kata-kata itu sendiri, dan melihat apakah kita dapat menemukan sedikit dari injil – ‘kabar baik’ dari kedua surat-surat ini – yang dikumpulkan ke dalam tiga kalimat-kalimat ini.
Apakah kasih karunia Tuhan Yesus Kristus itu? Nah, jika saudara melihat kembali kepada surat kedua ini, kepada pasal 8, ayat 9, saudara memilikinya.
“Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.”
Ada tiga unsur yang cukup sederhana dalam pernyataan itu. Tuhan Yesus melakukan sesuatu – Ia menjadi miskin; dan apa yang Ia lakukan adalah sukarela – sebab kasih karunia selalu dan selamanya membawa ciri itu pada awalnya itu sendiri. Ini adalah apa yang sempurnanya sukarela; tidak dipaksa, tidak dituntut, tidak ada di bawah kewajiban, tetapi sepenuhnya bebas. Kasih karunia Tuhan Yesus pertama-tama berarti tindakan yang sukarela. Itu adalah kasih karunia dengan sangat sederhananya, tetapi itu masuk ke dalam jantung segala sesuatu. Jadi itulah yang Ia lakukan – Ia menjadi miskin. Dan kemudian motifnya, mengapa Ia melakukannya: ‘supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.’
Saya pikir itu adalah analisis dan perpaduan kasih karunia yang sederhana dan sangat indah. Ia menjadi miskin – Ia melakukannya tanpa paksaan – dan dengan melakukan itu, motif-Nya adalah agar kita menjadi kaya.
Sekarang, saudara lihat, saudara miliki di sini, di dalam Tuhan Yesus, suatu Pribadi dan kodrat yang segalanya dan seluruhnya, sepenuhnya dan akhirnya, berbeda dari manusia lainnya mana pun; suatu kodrat yang sepenuhnya bertentangan dengan kodrat manusia, seperti yang kita ketahui. Kodrat manusia sebagaimana yang kita kenal adalah untuk menjadi kaya, melakukan apapun untuk menjadi kaya, dan siapa saja bisa dirampok untuk menjadikan kita kaya. Itu tidak berarti mengambil pistol dan menaruhnya di kepala orang. Ada cara lain untuk mendapatkan keuntungan bagi diri kita sendiri, dengan mengorbankan orang lain atau sebaliknya. Benar-benar tidak ada ‘kasih karunia’ tentang manusia, sebagaimana yang kita kenal. Tetapi Tuhan Yesus sangat berbeda dari ini! Kristus sama sekali berbeda – kodrat yang sama sekali lain.
Sekarang seluruh surat pertama kepada jemaat di Korintus penuh padat dengan prinsip-diri. Saya berasumsi bahwa saudara kurang lebih mengenal surat-surat ini. Saya tidak dapat membawa saudara melalui halaman demi halaman, ayat demi ayat; tetapi saya memberikan hasil dari pembacaan yang cermat, dan saudara dapat membuktikannya jika saudara mau. Saya ulangi: seluruh surat pertama kepada jemaat di Korintus hanya penuh dengan prinsip-diri – pembenaran-diri, pergi ke hukum untuk mendapatkan hak mereka sendiri, mencari-untuk-diri-sendiri, mementingkan diri sendiri, memanjakan diri sendiri – bahkan di Meja Perjamuan Tuhan – kepercayaan diri, kepuasan diri, kemuliaan diri, cinta diri, ketegasan diri, dan segala sesuatu lainnya. Saudara menemukan semua ini dalam surat pertama itu, dan lebih banyak lagi. ‘Aku’ – ‘Aku’ yang perkasa dan sangat besar sekali – berdiri tertulis di seluruh surat pertama kepada jemaat di Korintus. Ini adalah kodrat alami, kodrat lama, yang menampakkan dirinya di dalam orang Kristen. Segala sesuatu yang bertentangan dengan “kasih karunia Tuhan Yesus” terungkapkan di dalam surat itu, dan Tuhan Yesus berdiri dalam kontras yang begitu kuat, jelas, mengerikan dengan apa yang kita temukan di sana.
Dalam bab terakhir kita, kami berusaha untuk menunjukkan bahwa, demi mengungkapkan kemuliaan kabar baik sebagai kabar baik dari Allah sumber pengharapan, metode Ilahinya adalah untuk melukiskan gambaran keputusasaan sebagaimana adanya dahulu dan sekarang tentang kodrat manusia. Sekarang, demi mencapai akhir Ilahi, Roh Kudus tidak menutupi kesalahan-kesalahannya, kelemahan-kelemahannya – bahkan dosa-dosa, dosa-dosa yang mengerikan – orang-orang Kristen. Kasih karunia Allah diperkuat oleh latar belakangnya. Jadi, sementara kita mungkin merasa, ‘Oh, sayang sekali bahwa surat ini pernah dituliskan! Sungguh suatu pembongkaran, sungguh suatu penyingkapan, tentang orang-orang Kristen! Sungguh sayang sekali bahwa hal ini pernah dibicarakan – mengapa tidak menyembunyikannya?’ – ah, di situlah tepatnya di mana kabar baik menemukan kesempatan dan nilainya yang sebenarnya.
Saudara lihat, mereka adalah kabar baik dari ucapan syukur. Kabar baik di sini ditemukan tepat di awal surat itu. Allah tahu segalanya tentang rakyat ini. Ia tidak hanya baru mengetahuinya – Ia tahu yang terburuknya. Sahabat yang terkasihi, Tuhan mengetahui yang terburuk tentang saudara dan tentang saya, dan Ia mengetahui semuanya; dan ini adalah jenis semuanya yang buruk! Sekarang, Ia tahu segalanya tentang jemaat di Korintus ini, namun, di bawah tangan-Nya, Rasul ini mengambil pena dan memulai suratnya dengan – apa? ‘Kepada jemaat di Korintus’, dan kemudian: “yang dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi orang-orang kudus.” Sekarang, apakah itu berpura-pura? Apakah itu khayalan? Apakah itu memasang penutup mata dan mengatakan hal-hal yang baik tentang orang lain? Tidak sedikitpun! Saya ulangi: Allah mengetahui segalanya itu, namun berkata, “yang dikuduskan dalam Kristus Yesus … orang-orang kudus.”
Apakah saudara berkata, ‘Oh, aku sama sekali tidak dapat mengerti itu’? Ah, tapi itulah kemuliaan kasih karunia-Nya, sebab kasih karunia Tuhan Yesus muncul keluar di sini dalam memanggil orang-orang seperti itu orang-orang kudus; Sekarang, saudara tidak memanggil orang-orang seperti itu orang-orang kudus; saudara mencadangkan kata itu untuk orang-orang dari jenis yang sangat berbeda. Kita berkata, ‘Oh, ia adalah orang kudus’ – membedakannya, bukan dari antara orang-orang yang belum diselamatkan, tetapi di antara orang-orang baik. Sekarang, Allah datang langsung kepada orang-orang ini, mengetahui keseluruhan kisah yang hitam dan kelam ini, dan berkata: “orang-orang kudus”; dan kata lain itu, “yang dikuduskan dalam Kristus Yesus” hanyalah bentuk lain dari kata yang sama ‘orang-orang kudus’. Itu berarti ‘terpisah’ – dipisahkan dalam Kristus Yesus. Saudara lihat, hal yang paling pertama adalah posisi ke dalam apa kasih karunia Tuhan Yesus menempatkan kita. Itu adalah kasih karunia berposisi. Jika kita berada di dalam Kristus Yesus, semua hal yang menyedihkan ini mungkin benar tentang kita, tetapi Allah melihat kita di dalam Kristus Yesus dan bukan di dalam diri kita sendiri. Itulah kabar baiknya, itulah injil. Keajaiban kasih karunia Tuhan Yesus! Kita dipandang oleh Allah sebagai terpisah, dikuduskan di dalam Kristus Yesus. Di situlah Allah memulai pekerjaan-Nya dengan kita, menempatkan kita di dalam posisi di dalam Anak-Nya di mana Ia mengaitkan kepada kita segalanya dari siapa Tuhan Yesus itu.
Sekarang, saudara dapat membaginya dalam surat ini. “Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita” (1 Korintus 1:30). Ia dijadikan bagi kita kebenaran, pengudusan, penebusan. Saya takut bahwa beberapa orang Kristen takut untuk membuat terlalu banyak dari kasih karunia berposisi mereka. Mereka berpikir bahwa itu akan mengambil sesuatu dari kehidupan Kristen mereka jika mereka membuat terlalu banyak dari itu, sebab mereka sangat menekankan pada kebutuhan untuk pengudusan mereka, sebenarnya, untuk kondisi; dan mereka begitu sibuk secara introspektif dengan masalah ini tentang apa mereka itu dalam diri mereka sendiri dan berusaha untuk menghadapinya, sehingga mereka kehilangan segala sukacita dari posisi mereka di dalam Kristus melalui kasih karunia.
Kita perlu menjaga keseimbangan dalam perkara ini. Awal dari segala sesuatu adalah bahwa kasih karunia Tuhan Yesus datang kepada kita – meskipun kita mungkin seperti jemaat di Korintus – dan menempatkan kita dan memandang kepada kita sebagai yang berada di tempat kekudusan, “dikuduskan dalam Kristus Yesus.” Saudara tidak bisa menggambarkannya. Kasih karunia melampaui semua kemampuan kita untuk menggambarkan, tetapi ada keajaiban kasih karunia Tuhan Yesus. Fakta perkaranya adalah bahwa kita hanya benar-benar menemukan makhluk mengerikan seperti apa kita itu setelah kita berada di dalam Kristus Yesus, dan setelah kita berada di dalam Dia untuk waktu yang lama. Saya pikir semakin lama kita berada di dalam Kristus, semakin mengerikan kita itu di dalam mata kita sendiri. Oleh karena itu, jika kita ada di dalam Kristus Yesus, apa kita itu di dalam diri kita sendiri tidak berarti. Posisi kita tidak bergantung pada apakah kita benar-benar, secara harfiah, benar-benar sempurna. Kabar baik pertama-tama berkaitan dengan posisi kita di dalam Kristus.
Ah, tapi itu tidak berhenti di situ. Ini tidak memperkenalkan bayangan apa pun, atau seharusnya tidak. Puji Allah, ini adalah kabar baik bahkan melampaui dari itu. Kasih karunia Tuhan Yesus dapat membuat keadaannya berbeda – dapat membuat posisi kita mengarah ke keadaan yang baru. Itulah kasih karunia Tuhan Yesus. Itu bisa membuat keadaan kita yang sebenarnya sekarang sesuai dengan posisi kita. Kasih karunia tidak hanya diterima ke dalam posisi penerimaan tanpa pantas: kasih karunia adalah kuasa yang bekerja untuk membuat kita sesuai kepada posisi ke dalam apa kita telah dibawa. Kasih karunia memiliki banyak aspek-aspek. Kasih karunia adalah penerimaan, tetapi kasih karunia adalah kuasa untuk beroperasi. “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu” (2 Korintus 12:9). Itu adalah kata-kata kuasa yang kuat dalam kebutuhan. Kasih karunia Tuhan kita Yesus memang adalah berita baik – berita baik bagi semua orang Kristen.
Setelah “kasih karunia Tuhan Yesus Kristus” “kasih Allah”. Lihatlah bagaimana Allah bergerak menuju akhir-Nya. Sekarang surat kedua kepada jemaat di Korintus sama penuhnya dengan kasih Allah seperti surat pertama penuh dengan kasih karunia Tuhan Yesus Kristus. Itu adalah surat yang indah tentang kasih Allah, dan tentang kemenangannya yang luar biasa, kekuasaannya yang luar biasa. Kasih Allah adalah metode Allah saat ini untuk menunjukkan kuasa-Nya. Jika itu tidak berhasil, tidak akan ada yang dapat berhasil. Apa yang Allah sedang lakukan dalam dispensasi ini, Ia melakukannya dengan kasih. Biarkan itu diselesaikan. Bukan dengan penilaian, tidak dengan penghukuman. Tuhan Yesus berkata Ia tidak datang untuk menghukum, Ia telah datang untuk menyelamatkan (Yohanes 12:47; cf. 3:17). Ya, ini adalah kasih Allah yang merupakan metode kuasa-Nya di dalam dispensasi ini. Metodenya akan berubah, tapi ini adalah hari kasih Allah.
Sekarang, Paulus sudah, menjelang akhir surat pertama, memberikan definisi dan analisis klasik itu tentang kasih Allah – 1 Korintus 13. Tidak ada yang dapat dibandingkan dengannya di seluruh Alkitab sebagai analisa dari – bukan kasih saudara, bukan kasih saya; kita tidak tertarik pada hal itu – tetapi kasih Allah. “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan”, dan seterusnya. Ada kasih Allah yang ditetapkan. Kita akan menemukan bahwa kita tidak dapat berdiri di hadapan itu. Tidak ada manusia yang bisa berdiri di hadapan itu sepenuhnya. “Kasih tidak berkesudahan” – tidak pernah menyerah, begitulah. Di sini adalah kualitas kasih Ilahi.
Sekarang bawalah itu ke dalam surat kedua kepada jemaat di Korintus, dan lihatlah kemenangan yang luar biasa, kuasa, dari kasih Allah. Pertama-tama, lihatlah itu sebagai yang bekerja dengan penuh kemenangan di dalam hamba Tuhan. Lihat kembali pada surat itu. Paulus memiliki di berbagai tempat di dalam tulisannya memberikan wahyu yang sangat hebat, sangat indah, dan sangat mulia tentang kasih Allah di dalam hidupnya sendiri; tetapi, mengingat latarnya, saya tidak berpikir bahwa ada apa pun di mana pun di dalam Perjanjian Baru yang begitu luar biasanya menyatakan kemenangan kasih Allah di dalam diri seorang hamba Allah, seperti halnya dalam surat kedua ini kepada jemaat di Korintus. Jika seseorang pernah memiliki alasan untuk menyerah, untuk mencuci tangannya, untuk putus asa, untuk menjadi sangat marah, untuk menjadi segalanya kecuali mengasihi, Paulus memiliki alasan untuk reaksi seperti itu sehubungan dengan jemaat di Korintus. Ia mungkin dibenarkan dalam menutup situasi di Korintus, dan berkata: ‘Aku sudah selesai denganmu, aku mencuci tanganku darimu, kamu tidak dapat disembuhkan. Semakin aku mengasihimu, semakin kamu membenciku. Baiklah, lanjutkanlah; aku meninggalkanmu.’ Lihatlah kepada surat kedua ini: kasih yang keluar, melimpah kepada orang-orang ini – kepada jemaat ini – atas situasi itu. Sungguh suatu kemenangan akan kasih, kasih Allah, di dalam hamba Allah! Begitulah cara Allah mencapai akhir-Nya. Oh, Allah memberi kita lebih banyak kasih, sebagai hamba-Nya, untuk menutupi dan menanggung, untuk sabar, dan tidak pernah putus asa.
Ya, tapi itu tidak ditinggalkan di sana. Saudara dapat melihatnya, meskipun jika itu baru permulaan – dan saya pikir ini lebih dari itu – di dalam jemaat Korintus sendiri, ketika ia berbicara kepada mereka tentang hasil dari perkataannya yang kuat, permohonannya, tegurannya, nasihatnya, koreksinya. Istilah-istilah yang ia gunakan tentang mereka adalah dukacita mereka, pertobatan mereka yang menurut kehendak Allah, dan seterusnya. Itu patut, kasih Allah menang di dalam umat seperti itu; dan saudara tahu bahwa itulah yang memungkinkan hal-hal yang menakjubkan dan indah yang dapat dituliskan oleh Paulus kepada mereka di surat kedua. Paulus tidak akan pernah bisa berkomitmen untuk menulis beberapa hal yang ada di dalam surat kedua ini, kecuali karena beberapa perubahan di dalam orang-orang tersebut, dalam sikap mereka, dalam watak mereka, dalam roh mereka; kecuali karena fakta bahwa ia telah mendapatkan dasar kasih penuh kemenangan ini.
Sebab surat kedua ini berkaitan dengan pelayanan, dengan kesaksian, dan Paulus akan menjadi manusia terakhir di dunia yang akan pernah menyarankan bahwa siapa pun dapat memiliki pelayanan dan kesaksian, yang tidak tahu apa-apa tentang kasih Allah yang menaklukkan di dalam kodrat mereka sendiri. Paulus bukanlah orang seperti itu. Sayangnya, ini adalah mungkin untuk berkhotbah dan menjadi seorang pekerja Kristen, dan tidak tahu apa-apa tentang kasih karunia Tuhan Yesus di dalam hidup saudara sendiri – untuk hanya menjadi sebuah kontradiksi. Ada terlalu banyak itu. Paulus tidak akan pernah menyetujui hal seperti itu. Jika ia akan berbicara tentang pelayanan dan tentang kesaksian di dunia, ia akan menuntut suatu dasar, bahwa kasih karunia telah melakukan tugasnya setidaknya dalam suatu ukuran, sehingga dengan cara ini, kasih Allah sekarang terwujud. Sekarang ada kerendahan hati: ‘Oh, sungguh dukacita yang menurut kehendak Allah’, katanya, ‘sungguh suatu pertobatan yang menurut kehendak Allah!’ Di mana ‘Aku’ itu? Di mana diri-sendiri itu? Sesuatu telah hancur, sesuatu telah memberi jalan; sekarang ada sesuatu dari kasih karunia Tuhan Yesus, dalam pengosongan diri, dalam penyangkalan dari kehidupan diri. Ya, mereka sedang berdukacita sekarang, bersedih hati. Ini adalah kemenangan kasih Ilahi di dalam orang-orang seperti itu.
Itulah injil, kabar baik! Itu kabar baik, bukankah demikian? Injil bukan hanya sesuatu untuk membawa orang berdosa kepada Juruselamat. Itu adalah itu – tetapi injil, kabar baik, juga demikian, bahwa orang-orang, orang Kristen seperti jemaat di Korintus, dapat diubah seperti ini melalui kasih Allah. Kabar baik! Kemuliaan kemenangan mengikuti di sini, dalam kata-kata yang sangat kita cintai: “Syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenangan-Nya” (2 Korintus 2:14), untuk merayakan kemenangan-Nya atas musuh-musuh Kristus. Ini adalah prosesi kemenangan kasih karunia dan kasih. Ini adalah Paulus yang berbeda, bukan? – Paulus yang berbeda dari Paulus di surat pertama. Ia telah mendapatkan angin di layarnya sekarang, ia berlari di depan angin, ia berada dalam kemenangan. Ia sedang berbicara tentang segala sesuatu yang menjadi prosesi kemenangan di dalam Kristus, perayaan kemenangan yang konstan. Apa yang telah membuat Paulus berubah? Mengapa, perubahan pada diri mereka! Ya, ini selalu seperti itu dengan Paulus; hidupnya terikat dengan keadaan orang Kristen. ‘Sekarang kami hidup kembali, asal saja kamu teguh berdiri’ (1 Tesalonika 3:8). ‘Ini adalah hidup bagiku.’
“Dan kasih Allah.” “Sebab Allah yang telah berfirman: “Dari dalam gelap akan terbit terang!”, Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus. Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami” (2 Korintus 4:6, 7). ‘Kami adalah makhluk yang malang, jemaat di Korintus: Aku demikian, kamu demikian; tetapi Allah telah membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita. Sesuatu telah dilakukan di dalam hati kita. Kasih Allah telah datang masuk. Bejana yang rapuh, sedemikiannya kita itu di dalam diri kita sendiri, kasih itu terbit terang – kemuliaan kasih Allah.’
Persatuan (atau persekutuan) Roh Kudus.” Apakah pernah ada orang yang perlu mengetahui arti persekutuan lebih dari jemaat di Korintus? Apakah Paulus menyentuh suatu tempat yang merupakan tempat yang sangat, sangat sensitif? Persekutuan? Ia menulis: “Kamu masing-masing berkata: Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos. Atau aku dari golongan Kefas. Atau aku dari golongan Kristus” (1 Korintus 1:12). Apakah ada persekutuan di dalam itu, ada persatuan di dalam itu? Tidak. Ketika saudara tinggal di dalam daging, tidak ada persekutuan, tidak ada persatuan; saudara semuanya dalam potongan-potongan, semuanya menentang satu sama lain. Demikianlah halnya. Apa yang dikehendaki Allah? Persekutuan, persatuan, di antara orang-orang percaya; dan itu haruslah persatuan, persekutuan, Roh Kudus, yaitu, persekutuan yang dibentuk dan ditegakkan serta diperkaya oleh Roh Kudus. Ini adalah hasil dari “kasih karunia Tuhan Yesus Kristus dan kasih Allah” – kesatuan.
Marilah kita dengan jelas mengenali bahwa ini adalah pekerjaan Roh Kudus yang terdalam. Banyak yang telah dikatakan sebelumnya, dalam surat pertama Paulus, tentang Roh Kudus. Mereka telah membuat banyak tentang karunia rohani; karunia rohani menarik mereka. Mereka terpikat pada kekuatan untuk melakukan hal-hal, tanda-tanda, keajaiban, dan sebagainya. Itu sangatlah berkenan di hati mereka; karunia-karunia Roh ini, dan lebih banyak lagi yang hanyalah lahiriah, membawa kepuasan yang sangat besar bagi jiwa mereka.
Tetapi ketika saudara sampai pada akhir yang tertinggi dan pekerjaan Roh Kudus yang terdalam, saudara menemukannya dalam kesatuan orang percaya. Ini membutuhkan pekerjaan terdalam dari Roh Kudus untuk mewujudkannya, melihat bahwa kita masih memiliki kodrat yang merupakan kodrat lama. Kita masih bisa menjadi orang Kristen, namun orang Kristen Korintus. Masih ada yang mengintai – dan tidak selalu di sudut tersembunyi – ‘Aku’ itu, kehidupan-diri itu dalam beberapa bentuk atau lainnya. Melihat itu ada di sana, ini membutuhkan pekerjaan Roh Kudus yang luar biasa untuk mempersatukan secara tak terpisahkannya bahkan dua orang percaya; tetapi untuk menyatukan seluruh jemaat seperti itu adalah sesuatu yang luar biasa.
Tidak kurang atau selain dari itu adalah persatuan, persekutuan, Roh Kudus. Sesuatu dari itu tampaknya telah terjadi di Korintus. Oh, keajaiban dari keajaiban-keajaiban, perbedaan antara kedua surat-surat ini! Ya, ini sudah terjadi. Ini adalah kemenangan batin atas alam, dan ini menunjukkan kemajuan yang nyata. Itu adalah persekutuan Roh Kudus. Ketika Paulus memulai surat pertamanya, ia berkata, ‘Ketika kamu masing masing berkata, aku, aku, aku, apakah kamu bukan bayi-bayi? Apakah kamu tidak harus diberi susu?’ (1 Korintus 3:1-4). Bayi-bayi selalu mengoceh dan berkelahi. Itulah jemaat di Korintus. Tetapi mereka telah melewati tahap masa bayi, melalui “kasih karunia Tuhan Yesus Kristus dan kasih Allah.” Hal-hal berubah; mereka telah dewasa.
Dibutuhkan Roh Kudus untuk membuat kita bertumbuh secara rohani dengan cara ini. Ukuran kerohanian kita dapat ditunjukkan dengan sangat cepat dan jelas melalui ukuran kasih timbal balik kita, persekutuan kita. Kita, bagaimanapun juga, orang-orang kecil secara rohani jika kita selalu berselisih. Dibutuhkan orang-orang besar untuk hidup dengan orang-orang besar lainnya tanpa bertengkar. Dibutuhkan “kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah”, untuk menuntun pada “persekutuan Roh Kudus.”
Jadi, persekutuan Roh Kudus ini, pada dasarnya bersifat kebersamaan. Mungkin saudara telah mengira bahwa kalimat terakhir ini, “persekutuan Roh Kudus”, berarti persekutuan saudara dengan Roh Kudus dan Roh Kudus dengan saudara. Itu tidak berarti demikian sama sekali. Paulus mungkin hanya dengan lembut merujuk pada keadaan lama, menyentuh kondisi lama itu. ‘Apa yang kamu, jemaat di Korintus, kekurangan lebih daripada kamu kekurangan apa pun lainnya adalah persekutuan; tidak ada persekutuan. Sekarang kamu telah datang di jalan kasih karunia Tuhan Yesus Kristus dan kasih Allah dan “persekutuan Roh Kudus” ditemukan di antara kamu.’ Itulah artinya. Itu bersifat kebersamaan, dan itu adalah pekerjaan Roh Kudus yang luar biasa. Itu harus ada di dalam lebih dari satu dari kita. Sekarang, saudara tentu saja berpikir itu harus ada pada orang lain! Tidak, itu harus ada di dalam lebih dari satu dari kita, bukan hanya pada orang lain. Itu harus ada di dalam saudara dan saya – itu harus ada pada setiap orang yang berkepentingan. Nah, itulah injil: kabar baik untuk sebuah umat yang berada dalam keadaan yang sangat buruk! Sungguh suatu kabar baik!
Biarkan saya menutup dengan ini. Kita tidak akan pernah dapat ke mana-mana dengan mengenali keadaan yang menyedihkan dan hanya bertindak – mulai menjatuhkan orang, memegang pedang atau palu godam dan menghancurkan hal-hal, membuat orang jatuh di bawah penghukuman. Kita tidak akan pernah dapat mencapai apa pun dengan jalan itu. Jika Paulus telah pergi bekerja dengan cara itu dengan jemaat di Korintus, ia akan menghancurkan semuanya, tetapi itu akan menjadi akhirnya. Tetapi kasih menemukan sebuah jalan, dan, meskipun ada kehancuran, itu bukanlah akhirnya. Sesuatu, “perhiasan kepala ganti abu”, keluar darinya – sebab “kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus”, adalah prinsip yang diatasnya Paulus sendiri hidup dan yang dengannya ia bekerja.
Saudara dan saya harus menjadi umat yang memiliki kabar baik. Kita telah mendapatkan kabar baik untuk situasi apa pun, meskipun situasi itu seburuk situasi di Korintus. Percayalah! Berita baik! Berita baik! Itu harus menjadi sikap kita terhadap segala sesuatu, oleh kasih karunia Allah; tidak putus asa, tidak menyerah. Tidak, berita baik! Tuhan menjadikan kita orang-orang yang memberitakan Injil, kabar baik.
Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.