oleh T. Austin-Sparks
Bab 7 – Pengujian Kepentingan Diri Sendiri di Dalam Hamba
Bacaan: 1 Raja-raja 18:36-40; 19:2-5, 9, 15-16; Maleakhi 4:5-6; Matius 3:1-6; 11:2-14; 14:3.
Elia dan Yohanes Pembaptis berada dalam pandangan di bagian Kitab Suci ini, dan banyak yang menguntungkan bagi kita, yang dapat dipelajari dari pengalaman mereka.
Di tempat pertama, kita harus memperhatikan pelayanan mereka. Kedua laki-laki ini dibawa menjadi satu dalam identifikasi misterius oleh Tuhan Yesus, dan dari berbagai fragmen, hal ini cukup jelas bahwa pelayanan mereka adalah satu dalam prinsip dan sifat; yaitu, pada hari di mana terdapatkan kerohanian yang cukup umumnya kecil dan lemah, kedua hamba Allah ini adalah instrumen-Nya dan alat-Nya untuk membuat jalan dan tempat untuk diri-Nya dalam kepenuhan yang lebih besar. Mereka adalah pembuat jalan bagi Tuhan, perintis-perintis dan penemu jalan untuk tujuan dan kehendak-Nya yang lebih besar. Dalam kata-kata yang tidak asing yang digunakan oleh Yohanes – “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (Yohanes 3:30). Itu adalah kunci pelayanan Elia dan Yohanes Pembaptis – peningkatan Tuhan di antara umat-Nya.
Keduanya hidup dalam masa transisi. Prinsip transisi jelas, pertama-tama, bahwa Elia dibawa ke tampilan penuh pada akhir nubuat Maleakhi, pada penutupan Perjanjian Lama – akhir suatu zaman, masa transisi menuju kedatangan Tuhan: dalam kasus itu, tentu saja, kedatangan-Nya yang pertama. Tapi saya tidak berpikir bahwa apa yang dikatakan Tuhan tentang Elia, dalam Maleakhi dan kemudian, telah dihabiskan oleh kedatangan Tuhan yang pertama; hari Tuhan yang besar dan mengerikan masih ada di masa datang. Kami tidak akan memperbesar terlalu banyak detailnya, tapi puaslah untuk mencatat bahwa masa transisi itu telah diatur oleh pelayanan kedua laki-laki ini, dan telah ditandai oleh keluaran orang-orang yang nyata dari antara orang-orang yang hanya mengaku Tuhan. Maleakhi membuat hal itu sangat jelas – “Beginilah berbicara satu sama lain orang-orang yang takut akan Tuhan: “Tuhan memperhatikan dan mendengarnya; sebuah kitab peringatan ditulis di hadapan-Nya bagi orang-orang yang takut akan Tuhan dan bagi orang-orang yang menghormati nama-Nya.” Mereka akan menjadi milik kesayangan-Ku sendiri, firman Tuhan semesta alam, pada hari yang kusiapkan.” (Maleakhi 3:16-17). Keluar dari wilayah pengakuan dan keagamaan, ada terlihat dalam kata-kata ini, seorang umat yang sejati untuk Tuhan. Tidak diragukan lagi, itu adalah tanda pelayanan Yohanes, karena tradisi, apa yang bersifat formal dan legal adalah sifat-sifat agama yang dominan pada zamannya, dan untuk melawan inilah, ia melemparkan perhatiannya untuk mengamankan suatu umat kepada Kristus dalam kepenuhan, dalam keseluruhan. Ia mencari transisi dari keadaan rohani yang satu ke yang lain, dan, dalam terang perubahan dispensasi, untuk mengamankan suatu umat yang sepenuhnya untuk Tuhan. Hal itu hendak diperhatikan dengan sangat lebih lengkap lagi, tapi saya pikir itu sudah cukup untuk memberi kita petunjuk pada pelayanan kedua laki-laki ini, dan untuk menghubungkan mereka dengan cara yang penting untuk zaman kita sendiri – akhir zaman yang lain, masa transisi yang pastinya mengantarkan kedatangan Tuhan yang lain, dan itu juga ditandai dengan kebutuhan untuk keluaran orang-orang yang nyata dari antara mereka yang sekedar mengaku sebagai milik Tuhan. Kita mungkin dapat harapkan bahwa apa yang benar dalam pengalaman Elia dan Yohanes di zaman mereka akan pada prinsipnya ditemukan dalam urusan Allah dengan instrumen-instrumen pilihan-Nya pada hari ini.
Ini menjadi jelas kemudian, bahwa untuk tujuan besar seperti itu – untuk membuat jalan dan memberikan tempat bagi Tuhan – Allah telah memiliki dan sekarang juga memiliki alat-alat-Nya, yang dikenal oleh-Nya, dan secara rahasia berada di bawah penanganan-Nya, sedang dipersiapkan. Elia datang ke dalam pandangan secara misterius, hampir entah dari mana, setelah persiapan dan disiplin rahasia yang mendalam. Yohanes telah menghabiskan seluruh hidupnya di padang gurun menunggu hari kedatangannya kepada Israel. Sesuatu telah terjadi dalam rahasia. Allah telah memiliki laki-laki ini di dalam tangan-Nya dalam persiapan yang dalam, alat-alat untuk memenuhi kebutuhan tertentu ini dalam masa transisi – transisi dari suatu keadaan yang Tuhan tidak bisa lagi menerima dalam kaitannya dengan menjawab kehendak-Nya yang telah diketahui, ke keadaan yang akan memuaskan-Nya. Ia harus memiliki alat untuk tujuan semacam itu. Ini mungkin adalah seorang individu, seperti yang sering terjadi, tapi ini juga telah terbukti melalui zaman-zaman adalah alat yang bersekutu, sebuah perkumpulan dari umat Tuhan yang disiapkan dengan cara ini. Alat-alat ini, yang dikenal dan diamankan oleh Allah dalam rahasia, telah, dalam sejarah rahasia mereka dengan-Nya, belajar untuk mengenal Tuhan sebagai penopang sorgawi mereka. Elia, pada saat bumi tidak bisa memberikan dukungan apa pun, ditopang dari sorga. Yohanes Pembaptis, di padang gurun selama bertahun-tahun, di mana ia harus mengenal Tuhan dalam kesepian dan terpisah dari manusia lain, harus belajar Tuhan sebagai kehidupan sorgawinya dan persediaan sorgawinya. Demikianlah persiapannya, perlengkapan, alat apa pun untuk melayani Allah dalam tujuan hati-Nya yang lebih besar ini.
Kemudian kita tiba pada tahap berikutnya – ketinggian dan kedalaman. Kita melihat Elia di Karmel, tidak hanya secara harfiah ada di ketinggian, tapi secara rohani ada pada keunggulan besar, dengan langit terbuka dan kuasa Allah yang dinyatakan – orang-orang dibungkuk-kan di bawah kegiatan-kegiatan berdaulat Tuhan, waktu yang luar biasa dari kehidupan dan kepenuhan. Dan kemudian kita melihatnya melarikan diri untuk menyelamatkan hidupnya sendiri di hadapan ancaman seorang perempuan, duduk di bawah sebuah pohon arar, dan berkata, “Sekarang, ya Tuhan, ambillah nyawaku; sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku.” “Aku adalah seluruhnya kegagalan; biarkan aku mati.” Dari ketinggian ke kedalaman!
Yohanes Pembaptis – sungguh suatu hari, harinya itu! Ia, melalui wahyu dari sorga, telah berkata, “Lihatlah, Anak domba Allah … Dia, yang mengutus aku … telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atas-Nya, Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus. Dan aku telah melihat-Nya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak Allah.” (Yohanes 1:29, 33-34). Dan kemudian kita membaca pertanyaan-nya yang bermasalah ini, “Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?” (Matius 11:3). Sekali lagi, dari ketinggian ke kedalaman!
Ada banyak pelajaran dalam hal itu. Ketinggian rohani besar di mana saudara menikmati Tuhan, dalam persekutuan nyata dengan-Nya, dan di mana ada ukuran besar kepenuhan rohani, diikuti dalam waktu yang sangat singkat dengan perasaan bahwa itu tidak lagi layak dijalani, bahwa semuanya telah hilang, dan pertanyaan-pertanyaan utama muncul tentang hal-hal itu sendiri di mana saudara sebelumnya telah paling diyakinkan, tentang hal-hal yang saudara tidak membiarkan adanya kontradiksi – hati saudara sendiri mengajukan pertanyaan tentang semua itu, tentang pekerjaan hidup saudara itu sendiri dan kebermanfaatan keberadaan saudara sendiri, apakah saudara sebenarnya tidak sama sekali keliru, apakah itu semuanya sebenarnya bukan hanya sebuah ilusi besar. Ini adalah hal yang luar biasa untuk mengamati perubahan ini dalam kedua laki-laki seperti mereka ini. Sungguh benar ketika Yakobus berkata, “Elia adalah manusia biasa sama seperti kita” (Yakobus 5:17)!
Hal pertama yang harus diperhatikan dari hal ini adalah ada saat-saat di mana kita datang ke pengalaman kemandulan, dari sorga yang tampaknya tertutup, dan tidak lagi kenikmatan kesadaran kehadiran Tuhan dan berkat rohani. Ada saat-saat seperti itu dalam kehidupan hamba-hamba terbesar dan alat-alat yang pernah digunakan Allah. Baiklah bagi kita untuk mengenalinya. Beberapa dari kita tidak akan menyamakan diri dengan laki-laki ini dalam kaitannya dengan ketinggian rohani kita, tetapi jika mereka pergi melalui jalan itu, apakah kita dapat mengharapkan sesuatu yang lain?
Hal berikutnya yang perlu diperhatikan adalah bahwa setiap alat, seberapa besarnya dimiliki dan digunakan oleh Allah, adalah, setelah semuanya, seluruhnya tergantung pada-Nya. Sungguh sebuah bukti bahwa sumber daya kita adalah Tuhan dan bukan diri kita sendiri! Kita tidak ada apa-apanya dalam diri kita sendiri. Kalau saja kita akan benar-benar ingat, bahwa meskipun Tuhan mungkin telah memanggil kita dan menggunakan kita dan membuat kita tahu dengan cukup baik bahwa Ia telah menangkap kita, dalam diri kita sendiri kita bisa turun sampai ke kedalaman keputusasaan. Jika kita masuk ke dalam diri kita sendiri, itulah bagaimana semuanya dapat menjadi. Jika kita tenggelam ke dalam jiwa kita – perasaan kita, reaksi kita terhadap situasi-situasi, penilaian kita, pertimbangan kita tentang bagaimana hal-hal terlihat, dari apa yang tampaknya menjadi – jika kita turun ke sana dan mulai melihat dari sudut pandang duniawi, dari sekedar sudut pandang manusia, itulah bagaimana kita bisa dan akan menjadi. Ini adalah untuk saudara dan saya, pada setiap saat seperti itu, untuk berkata, “Sekarang, setelah semuanya, apakah ini diriku sendiri atau apakah ini Tuhan? Apakah ini hanya karena aku telah turun ke dalam jiwaku sendiri?” Kita harus menantang diri kita mengenai diri kita sendiri. Daud selalu melakukan hal itu. Kelihatannya bagi saya seolah-olah Daud terus-menerus memojokkan dirinya ke sudut dan melihat dirinya sendiri di depan muka, dapat dikatakan, dan berbicara kepada dirinya sendiri. Pada satu kesempatan ia menuangkan keluhan yang mengerikan, dan kemudian ia berkata kepada dirinya sendiri, “Inilah yang menikam hatiku, bahwa tangan kanan Yang Mahatinggi berubah” (Mazmur 77:10). “Beginilah bagaimana aku telah dibentuk, dan seperti apa aku ini sebenarnya, tapi ini bukanlah Tuhan.”
Nah, ada saat-saat ketika kita harus melewati pengalaman rohani seperti itu. Tidak ada jaminan bahwa kita tidak akan memiliki pengalaman seperti itu. Tuhan mengizinkannya bagi kita untuk belajar dari pengalaman tersebut – terutama untuk belajar sebagaimana tidak dapat diandalkannya jiwa kita sendiri, sehingga kita datang untuk menolak suasana hati kita sendiri dan segala sesuatu yang termasuk dalam alam jiwa itu. Di saat ketegangan dan apa yang tampaknya kekosongan itu, ketika semuanya telah pergi ke ketidaknyataan, kita belajar apa itu sebenarnya yang kita benar-benar beristirahat pada secara rohani. Tuhan sekarang mengerjakan ke dalam diri kita prinsip kesaksian kita. Kita telah memberikan kesaksian, dan sekarang adalah saatnya untuk memiliki prinsip-prinsip dari kesaksian itu ditempa ke dalam dan ditempa keluar; dan hal itu terjadi di saat-saat seperti ini ketika kita tidak lagi berada di gunung, tetapi di bawah di lembah. Sekarang, bagaimana dengan prinsip-prinsip kesaksian saudara – bukan hal-hal yang saudara katakan, pengakuan yang saudara buat, tetapi prinsip-prinsip sebenarnya dari kesaksian itu?
Saya harus menutup dengan sebuah kata mengenai cara Tuhan dengan hamba-Nya yang sangat dicobai. Bagaimana Ia datang untuk menyelamatkan mereka? Sekarang perhatikan – baik dalam kasus Elia atau Yohanes Pembaptis Tuhan tidak membesarkan banyak diri mereka secara pribadi. Ia tidak menemui mereka atas dasar kejiwaan mereka. Ia tidak berbuat demikian. Kita turun ke jiwa kita, menjadi tahanan penampilan dan perasaan, dan Tuhan tidak pernah datang ke sana kepada kita dan mengambil dasar kita. Ia berkata, “apakah kerjamu di sini?” Kita harus bangun, kita harus berdiri di atas kaki kita lagi. Kita mungkin cukup yakin bahwa Ia penuh simpati – kisah Elia mengungkapkan kasih lembut Tuhan terhadap hamba-Nya – dan namun Ia tidak bisa memaafkan dan menerima tingkat dan alam itu yang telah kita ambil, dan Ia tidak akan membesarkan kita secara pribadi; kita tidak bisa mengharapkan bahwa Ia akan melakukannya. Ia tidak berkata kepada Elia, “Oh, Elia, engkau seluruhnya salah; setelah semuanya, engkau adalah seorang laki-laki yang sungguh besar, engkau jauh lebih baik dari pada nenek moyang-mu.” Dan Ia tidak mengatakan apa pun semacam itu kepada Yohanes Pembaptis. Apa yang Ia harus katakan tentang Yohanes – betapa besarnya laki-laki itu – Ia katakan kepada orang-orang ketika bahkan murid-murid Yohanes sendiri telah pergi. Ia tidak mengatakannya kepada Yohanes, “Tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis”; tapi Ia mengatakannya tentang Yohanes kepada orang lain. Tuhan tidak akan menepuk kita di belakang.
Apa yang Tuhan lakukan dalam kedua kasus itu? Nah, pada dasarnya, Ia berkata, “Elia, pekerjaan sedang berlangsung, sekarang maka, apakah ini dirimu sendiri atau pekerjaan itu yang engkau pedulikan? Elia, pergi dan urapilah Elisa!” Oh, sungguh sebuah prospek baru yang datang dengan Elisa! – pelayanan yang ditransferkan. Jika Elia hanya telah peduli akan dirinya sendiri, ia pasti akan merasa cemburu, terusik. Tapi tidak, ia melanjutkan perjalanannya dan melakukannya. Dan kepada Yohanes Pembaptis – “Yohanes, pekerjaan sedang berlangsung; engkau telah berkata bahwa engkau harus makin kecil dan Aku harus makin besar. Aku akan melanjutkan pekerjaan itu. Engkau mungkin akan tersingkirkan dari itu, tapi aku tidak akan menyerahkan pekerjaannya. Aku akan meneruskan pekerjaan ini dengan tujuan yang telah Ku-mulai.” Hal ini menguji kita dalam kaitannya dengan ketidak-mementingkan diri kita sendiri secara menyeluruh. Hal ini menempatkan kita pada dasar yang tepat. Ini adalah hal yang luar biasa, jika hati kita benar-benar ada pada pekerjaan. Tuhan berkata, “Engkau mungkin sedang melewati waktu yang buruk, engkau mungkin merasa bahwa engkau telah datang ke akhir – tapi Aku masih belum; Aku masih belum memiliki Yehu, Aku masih belum memiliki Elisa, Aku masih belum memiliki kerajaan yang engkau, Yohanes, telah berbicara mengenainya. Aku akan melanjutkan.” Saudara lihat intinya. Tuhan tidak meninggalkan pekerjaan-Nya. Kita mungkin sedang mengalami waktu yang buruk, tetapi Tuhan tidak menyerah, Ia berlanjut dengan apa yang telah Ia ambil di tangan; dan sementara saudara dan saya mungkin tidak akan pada akhirnya dipenggal seperti Yohanes, prinsip-prinsipnya adalah ini, dan kita hanya akan bisa datang kembali sejalan dengan Tuhan jika pemotong baru dari kepentingan pribadi berlangsung, dan jika kita hanya peduli dengan kepentingan Tuhan. Tapi ingatlah bahwa Tuhan menjentikkan jari-Nya terhadap Izebel. Ingatlah akhirnya, dan akhir Herodes; dan lihatlah Elia dan Yohanes Pembaptis sebagai kekuatan rohani melalui abad-abad, dan berbicara kepada kita pada hari ini.
Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.