oleh T. Austin-Sparks
“Sungguh, kemuliaan Allah Israel datang dari sebelah timur dan terdengarlah suara seperti suara air terjun yang menderu dan bumi bersinar karena kemuliaan-Nya. Sedang kemuliaan Tuhan masuk di dalam Bait Suci melalui pintu gerbang yang menghadap ke sebelah timur, Roh itu mengangkat aku dan membawa aku ke pelataran dalam, sungguh, Bait Suci itu penuh kemuliaan Tuhan.” (Yehezkiel 43:2, 4-5).
“Lalu dibawanya aku melalui pintu gerbang utara ke depan Bait Suci; aku melihat, sungguh, rumah Tuhan penuh kemuliaan Tuhan, maka aku sujud menyembah.” (Yehezkiel 44:4).
“Kemudian ia membawa aku kembali ke pintu Bait Suci, dan sungguh, ada air keluar dari bawah ambang pintu Bait Suci itu dan mengalir menuju ke timur, sebab Bait Suci juga menghadap ke timur; dan air itu mengalir dari bawah bagian samping kanan dari Bait Suci itu, sebelah selatan mezbah.” (Yehezkiel 47:1).
“Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.” (Yohanes 1:4).
“Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.” (Yohanes 8:12).
“Yesus menjawab, kata-Nya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.” (Yohanes 3:3).
“Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia.” (Yohanes 9:5).
“Di antara mereka yang berangkat untuk beribadah pada hari raya itu, terdapat beberapa orang Yunani. Orang-orang itu pergi kepada Filipus, yang berasal dari Betsaida di Galilea, lalu berkata kepadanya: “Tuan, kami ingin bertemu dengan Yesus.” Filipus pergi memberitahukannya kepada Andreas; Andreas dan Filipus menyampaikannya pula kepada Yesus. Tetapi Yesus menjawab mereka, kata-Nya: “Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.” (Yohanes 12:20-24).
“Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan.” (Yohanes 12:46).
“ … yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah.” (2 Korintus 4:4).
“dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar. Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus, dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya, …” (Efesus 1:17-19).
Terang hidup! Sebelum kita pertimbangkan hal akan terang hidup dengan lebih dalam, bolehkah saya mengajukan pertanyaan sederhana yang sangat tertuju? Bisakah kita semua mengatakan dengan kebenaran hati bahwa kita benar-benar peduli untuk berada di tujuan Allah; untuk mengetahui apa tujuan itu, dan untuk ditemukan di dalamnya? Semuanya tergantung pada apakah kita memiliki keperdulian itu. Ini adalah hal yang praktis. Karena ini dapat menunjukkan dengan jelas jika kita hanya tertarik pada kebenaran dan peningkatan pengetahuan atau informasi tentang hal-hal rohani. Saat kita melihat ke dalam hati kita sendiri pada saat ini – dan marilah kita melakukannya, setiap masing-masing – apakah kita dapat benar-benar mengatakan bahwa ada keinginan yang tulus dan kuat untuk berada dalam tujuan, tujuan kekal Allah yang besar? Apakah kita siap berkomitmen kepada Tuhan dalam hal ini dengan keseluruhan, di mana kita sekarang memiliki pemahaman dengan-Nya bahwa Dia tidak akan berhenti pada apapun sejauh mana kita bersangkutan untuk mengamankan kita dalam tujuan-Nya yang kekal, seberapapun biayanya? Sebagai umat Tuhan, apakah kita siap untuk berhenti sejenak dan menggapai itu, dan berjalan seiring dengan akhir Allah? Saya tahu bahwa beberapa dari kalian berada di sana, dan bagi kalian tidak diperlukan banyak latihan akan hal itu, tetapi sangat memungkinkan bahwa ada beberapa orang yang telah menganggap remeh segala hal. Artinya, mereka adalah orang Kristen, orang percaya, orang milik Tuhan, mereka telah diselamatkan, mereka menempatkan iman mereka dalam Kristus, mereka lama berasosiasi dengan lembaga-lembaga Kristen dan hal-hal Kristen, bahkan mungkin semenjak bayi. Kepada mereka saya menyerukan ini di awal. Di sini, di Firman Allah ungkapan ini telah digunakan berulang kali – “sesuai dengan maksud abadi, yang telah dilaksanakan-Nya dalam Kristus Yesus, Tuhan kita, sebelum dunia ada.” Apakah itu hal yang terpenting yang berdiri di cakrawala kami atau apakah itu hal yang jauh, redup, dan berada di latar belakang? Saya tekankan ini, karena kita harus memiliki sesuatu di atas mana dapat dikerjakan. Allah harus memiliki sesuatu di atas mana Ia dapat bekerja, dan jika itu adalah posisinya, maka kita dapat berlanjut, dan akan terdapat pengungkapan wahyu untuk tujuan dan cara tersebut. Tapi kecuali kita berada dalam posisi dan sikap yang cukup positif tentang hal itu, kalian akan mendengar banyak hal; dan kata-kata itu hanya akan menjadi kata-kata, lebih kurang hanya sedemikian.
Nah sekarang, mengingat bahwa ada keperdulian tersebut, setidaknya dalam beberapa ukuran, yang membenarkan kita untuk berlanjut, kita bertanya, Apa tujuan Allah? Apa akhir Allah? Dan saya pikir itu bisa diterangkan dengan satu cara antara lain. Kita dapat mengatakan bahwa tujuan Allah adalah akan datang suatu waktu ketika Dia memiliki alat pilihan di mana dan melalui mana kemuliaan-Nya bersinar balik ke alam semesta ini. Kita melihat bahwa hal ini diisyaratkan dalam kasus Yerusalem baru, turun dari Allah dari langit, dengan kemuliaan Allah, terangnya bagaikan batu berharga, seolah-olah batu jasper, jernih seperti Kristal. “Penuh dengan kemuliaan Allah!” Itulah akhir yang ada dalam pandangan Allah bagi manusia; untuk menjadi, dalam arti rohani, kecerdasan alam semesta-Nya seperti matahari dalam alam semesta ini; bahwa bangsa-bangsa akan berjalan dalam terang daripadanya, tidak perlu matahari, tidak perlu bulan, karena tidak ada malam; dan semua ini menyatakan bahwa Allah menghendaki untuk memiliki manusia penuh terang, “terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah.” Itulah akhir, dan Allah segera bergerak menuju tujuan itu saat seorang anak-Nya lahir dari atas; karena kelahiran itu, kelahiran baru dari atas, adalah pelenyapan kegelapan dan penyinaran terang.
Sepanjang perjalanan kami di Sekolah Kristus, Roh Kudus bergerak pada satu hal ini, untuk memimpin kita lebih dalam lagi ke dalam terang, “dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus,” agar itu menjadi nyata dalam kasus kita “jalan orang benar itu seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari” (Amsal 4:18). Banyak orang berpikir – dan, berpikir demikian, telah dikecewakan – bahwa itu berarti semakin kita berjalan dengan Allah, semakin mudah dan terang dan cerah dan ceria perjalanan itu. Tapi ini tidak demikian. Saya tidak melihat kenyataan hal ini dalam keadaan dan kondisi lahiriah orang-orang kudus di mana pun dan kapan pun mereka berada. Bagi mereka jalan itu tidak menjadi semakin terang secara lahiriah. Tetapi jika kita benar-benar bergerak di bawah pemerintahan Roh Kudus, kita dapat mengatakan dengan penegasan terkuat, bahwa secara batiniah terang itu berkembang. Jalan itu menjadi semakin cerah dan terang; kita terus melihat dan melihat dan melihat. Itulah tujuan Allah; sampai saatnya tiba ketika kegelapan musnah, dan tidak ada bayangan sama sekali, dan tidak ada kabut sama sekali, tetapi semua adalah terang, terang yang sempurna: kita tidak melihat melalui cermin yang gelap, tapi tatap muka, kita tahu seperti kita diketahui. Itulah tujuan Allah dinyatakan secara tertentu. Apakah hal ini menarik perhatian sekalian? Apakah sekalian peduli akan hal itu?
Dan hal ini memiliki krisis dan juga merupakan sebuah proses dalam kehidupan rohani dengan klimaks yang mulia dalam pengangkatan. Apa yang saya ingin sangat perhatikan saat ini adalah proses itu.
Kita baca di Yehezkiel mengenai kedatangan kemuliaan Tuhan dan pengisian Bait Suci, dan kita telah melihat dalam meditasi sebelumnya bahwa Tuhan Yesus adalah Bait Suci (Rumah) itu. Dia adalah Betel Allah yang besar pada siapa para malaikat naik dan turun, dimana Allah ditemukan, dimana Allah berbicara (ruang belakang), di mana terdapat otoritas Ilahi, kata akhir. Dia adalah Bait Suci (Rumah), dan kemuliaan Tuhan ada di dalam-Nya, terang Allah ada di dalam Dia.
Melihat kebelakang pada kemah itu atau Bait Suci dahulu di mana kemuliaan Shekinah ditemukan, kita tandai bahwa terang itu, bahwa kemuliaan itu yang menghubungkan langit dan bumi seperti sebuah tangga, memiliki ekspresi-nya di Ruang belakang, Ruang Maha Kudus. Kalian tahu bahwa di Ruang Maha Kudus, semuanya diselubungi di sekitar dan di atas, dan tidak ada sedikit cahaya pun, sehingga ruang itu, jika dimasuki selain dari Shekinah, menjadi hitam gelap, tanpa terang sama sekali; tetapi jika dimasuki sewaktu kemuliaan itu beristirahat di atasnya, semua menjadi terang, semua adalah terang Ilahi, terang surgawi, terang Allah. Dan bahwa Ruang Maha Kudus menyajikan kehidupan batiniah Tuhan Yesus, roh-Nya di mana Allah ditemukan, terang dari langit, terang dari siapa Allah itu di dalam Dia. Roh-Nya adalah Ruang Maha Kudus, di Rumah Allah yang kudus, dan di sanalah, di Ruang Maha Kudus di mana terang kemuliaan itu ditemukan, Allah berkata bahwa Ia akan bertemu dengan umat-Nya melalui perwakilan mereka. “Dan di sanalah Aku akan bertemu dengan engkau dan dari atas tutup pendamaian itu, dari antara kedua kerub” (Keluaran 25:22). Tempat persekutuan – “Aku akan bertemu.” Betapa manis-nya kata itu – “bertemu.” Tidak ada yang sulit, yang mengerikan, yang menakutkan tentang hal itu. “Aku akan bertemu dengan engkau.” Ini adalah tempat di mana Allah berbicara; dalam persekutuan Allah berbicara, membuat diri-Nya dikenal. Ini adalah tempat berbicara. Hal ini disebut ruang petunjuk, ruang pertemuan; dan itulah Pendamaian, Tutup Pendamaian, dan itu semua adalah Tuhan Yesus. Dia, kita diberitahu, telah ditetapkan oleh Allah untuk menjadi pendamaian (Roma 3:25), dan di dalam Dia Allah bertemu dengan umat-Nya. Di dalam Dia Allah berbicara kepada dan dengan umat-Nya.
Namun kita harus menggaris-bawahi kata-kata “di dalam Dia”, karena tidak ada persekutuan dengan Allah, tidak ada persekutuan Allah, tidak ada perkataan untuk didengar, tidak ada pertemuan sama sekali, kecuali di dalam Kristus. Itu akan menjadi tempat kematian dan kehancuran bagi manusia duniawi; maka ada peringatan yang mengerikan yang diberikan tentang memasuki ruang itu tanpa peralatan yang tepat, peralatan simbolik yang menyatakan manusia duniawi telah ditutupi dan seorang Manusia surgawi menyelubungi-nya dengan jubah surgawi, jubah kebenaran. Hanya dengan demikian dia berani masuk ke ruang itu: kalau tidak “supaya jangan ia mati …”
Jika kalian ingin tahu persis bagaimana semua itu bekerja, datangilah Perjanjian Baru dan ambillah kisah perjalanan Saulus dari Tarsus ke Damaskus. Dia berkata, “Tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia… Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya … Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?” Kemudian kalian akan ingat bagaimana mereka mengangkatnya dan membawanya ke kota, karena ia tidak dapat melihat. Dengan rahmat Allah, dia tidak dapat melihat hanya selama tiga hari tiga malam. Allah menugaskan Ananias untuk pergi dan mengunjungi orang buta itu, dan berkata kepadanya, “Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi.” Kalau bukan demikian, Saulus dari Tarsus akan menjadi orang buta sampai akhir hidupnya. Itu adalah efek dari manusia duniawi yang berhadapan dengan kemuliaan Allah di wajah Yesus Kristus. Kehancuran. Tidak ada tempat bagi manusia duniawi di hadapan terang itu; cuma kematian. Namun di Yohanes 8 terdapatkan kata-kata itu, “terang hidup”, berhadapan dengan kegelapan kematian. Nah, dalam Yesus Kristus, manusia duniawi dianggap telah sepenuhnya disingkirkan. Tidak ada tempat baginya di sana.
Itu berarti bahwa manusia duniawi tidak dapat datang ke dalam terang, juga tak dapat datang ke tujuan besar Allah dan tak dapat ditemukan dalam Rumah yang penuh dengan kemuliaan-Nya, alat melalui mana Dia akan menyatakan kemuliaan-Nya di alam semesta-Nya. Manusia duniawi tidak dapat masuk ke dalam: dan ketika kita berbicara tentang manusia duniawi, kita tidak hanya mengacu pada orang yang belum diselamatkan, yaitu, manusia yang tidak pernah datang kepada Tuhan Yesus. Kita berbicara tentang manusia yang telah Allah singkirkan seluruhnya.
Rasul Paulus harus berbicara kepada jemaat Korintus sepanjang jalur tersebut. Mereka adalah orang yang telah bertobat, orang yang telah diselamatkan, tetapi mereka terpikat hikmat dunia ini dan kekuasaan dunia ini; yaitu, kebijaksaan duniawi, pengetahuan, dan kekuatan yang datang dengan itu, dan posisi dan keinginan mereka adalah untuk mencoba mencari demi mengambil dan memegang hal Ilahi dan mempelajari mereka dan menyelidiki mereka kedalamnya sepanjang garis kebijaksanaan dan pemahaman duniawi, filsafat, filsafat dan hikmat dunia ini. Jadi mereka membawa manusia duniawi untuk menanggung hal-hal Ilahi, dan Rasul menulis kepada mereka, dan dalam bahasa mereka sendiri dia berkata, “Tetapi manusia duniawi” (bukan orang yang belum dilahirkan kembali, bukan orang yang tidak pernah berhubungan dengan Tuhan Yesus atas dasar penebusan-Nya untuk keselamatan; bukan, bukan manusia itu) “manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, dan ia tidak dapat memahaminya” (1 Korintus 2:14). Manusia psikologi, itulah manusia duniawi. Yang terbaru dari ilmu dunia adalah psikologi, ilmu jiwa: dan apa itu psikologi? Ini ada hubungannya dengan pikiran manusia; itu adalah ilmu pikiran manusia; dan inilah dia – saya mengutip ini karena inilah apa artinya yang sebenarnya – Sekarang ilmu pikiran tidak pernah dapat menerima apa yang berasal dari Roh Allah, dan ia tidak dapat memahaminya. Manusia ini sangat pandai, sangat cerdas, sangat terlatih, dengan semua indera alami-nya dibentuk sehingga mencapai pembangunan dan ketajaman tertinggi, namun manusia ini berada di luar sehubungan semua yang berasal dari Allah: dia tidak bisa, dia berada di luar. Untuk secercah pertama dari pengetahuan tentang Allah harus ada keajaiban, dimana mata buta yang tidak pernah melihat diberi penglihatan, dan di mana terang datang sebagai kilatan wahyu, sehingga dapat dikatakan, “Berbahagialah engkau … sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.” (Matius 16:17).
Hal ini menyatakan suatu fakta yang luar biasa. Setiap sedikitpun terang yang nyata yang ada di arah kilau tertinggi, pengungkapan kemuliaan Allah dalam diri kita dan melalui kita, tiap-tiap-nya ada dalam Kristus Yesus, dan hanya dapat dimiliki dalam Dia atas dasar di mana manusia duniawi telah disingkirkan ke luar seluruhnya, disisihkan, dan manusia baru telah dilahirkan dengan memiliki indera rohani yang baru: sehingga Nikodemus, produk terbaik dari sekolah agama pada zamannya dan dunianya, diceritakan, “Sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali (atau dari atas), ia tidak dapat melihat …” Dia tidak bisa melihat. Nah, akhirnya adalah begini, bahwa untuk mengetahui bahkan huruf pertama dari alphabet Ilahi kita harus ada dalam Kristus, dan setiap titik selanjutnya adalah masalah belajar Kristus, mengetahui apa itu artinya untuk berada di dalam Kristus.
Dan itu membawa kita ke pertanyaan ini. Apa jalan ke dalam Kristus, atau bagaimana kita mendapatkan terang hidup? Nah, jawabannya adalah, tentu saja, untuk memiliki terang kita harus memiliki hidup.Terang ini adalah terang hidup. Terang ini adalah hasil dari hidup. Semua terang Ilahi, terang sejati dari Allah, adalah terang yang hidup. Terang ini tidak pernah hanya terang teoritis, bukan hanya sekedar terang ajaran, terang ini adalah terang yang hidup. Dan bagaimana kita mendapatkan terang hidup ini?
Kita memiliki dua hal ini yang dibawa ke hadapan kita dalam Injil Yohanes, yaitu, Kristus dalam kita, dan kita dalam Kristus. Tuhan telah memberikan kita perumpamaan yang indah tentang arti ini, dan perumpamaan itu dapat kita baca dalam bab 12. Apa arti berada dalam Kristus? Apa arti untuk memiliki Kristus dalam kita? Apa artinya untuk berada dalam hidup dan terang? Apa arti untuk memiliki hidup dan terang dalam kita? Nah, ini dia. Ada hidup dalam biji gandum itu, tapi itu hanya sebutir biji. Saya ingin hidup yang ada dalam satu butir biji itu ada dalam secakup biji-biji, yang cukup untuk menutupi seluruh bumi. Bagaimana saya melakukannya? Nah, Tuhan berkata, taruhlah biji itu ke dalam tanah: biarkanlah biji itu jatuh ke bumi dan mati; biarkanlah biji itu jatuh ke bumi yang gelap, dan biarkan bumi menutupinya. Apa yang terjadi? Biji itu segera mulai hancur, berantakan, merelakan dirinya, merelakan pribadinya dan kehidupan dirinya sendiri. Lalu tangkai baru mulai muncul, menembus bumi, dan akhirnya ada telinga biji gandum yang berisi; dan jika saya benar-benar dapat melihat hidup dan melihat ke dalam butir gandum itu, saya akan dapat melihat hidup yang ada dalam yang satu biji itu ada dalam setiap biji-biji baru. Lalu saya tabur biji baru itu, baik itu seratus biji saya taburkan, dan saya akan mendapatkan sepuluh ribu; dan saya taburkan lagi, dan semua berlipat ganda seratus kali lipat, dan seterusnya sampai bumi penuh; dan jika saya bisa melihat dengan kaca pembesar ke dalam setiap jutaan biji-biji itu, dan hidup adalah sesuatu yang dapat terlihat oleh mata, saya akan dapat melihat bahwa hidup yang asli yang dari awal adalah hidup dari setiap mereka. Itulah jawabannya.
Bagaimana hidup ini masuk ke dalam kita, terang hidup ini? Tuhan Yesus berkata bahwa kematian harus terjadi, kematian akan siapa kita dalam diri kita sendiri, kematian akan hidup kita sendiri, kematian akan hidup yang terpisah dari-Nya. Kita harus ikut dengan Dia dalam kematian, dan di sana, di bawah tindakan Roh Allah dalam persatuan dengan Kristus dikuburkan, ada penyaluran hidup-Nya ke kita, dan Dia, muncul tidak lagi hanya sebagai sebutir gandum, tapi muncul berlipat ganda di setiap kita. Ini adalah keajaiban yang terjadi setiap tahun di alam dunia, dan inilah persisnya prinsip di mana Tuhan masuk ke dalam kita. Kalian lihat sebagaimana perlunya kita untuk berhenti memiliki hidup yang terpisah dari Tuhan, perlunya kita untuk melepaskan kehidupan pribadi kita seluruhnya. Itulah krisis di awal, krisis yang nyata. Cepat atau lambat, krisis itu harus terjadi.
Beberapa orang mungkin berkata, saya tidak pernah melalui krisis itu. Bagi saya menjadi seorang Kristen adalah hal yang sangat, sangat sederhana. Sewaktu kecil, saya hanya diajarkan, atau, terkadang saya hanya menyatakan iman pribadiku dalam Tuhan Yesus, dan sejak saat itu saya menjadi milik Tuhan; Saya seorang Kristen! Apakah kalian bergerak di dalam kepenuhan wahyu akan Tuhan Yesus yang terus berkembang? Apakah demikian? Apakah kalian memiliki langit terbuka? Apakah Allah dalam Kristus terus mengungkapkan diri-Nya semakin besar dan penuh kepadamu? Apakah Dia? Saya bukan mengatakan bahwa kalian bukan milik Tuhan Yesus, tapi saya mengatakan bahwa dasar langit terbuka yang tidak dapat diubah adalah sebuah kuburan, dan sebuah krisis saat di mana kalian tiba di akhir kehidupan diri sendiri. Ini adalah krisis pengalaman nyata di mana kita merasakan pengalaman Kristus dalam kematian-Nya, bukan karena dosa-dosa kalian, tapi karena kepribadian manusia. Langit terbuka kalian tergantung pada hal itu. Ini adalah krisis. Dan oleh karena itu bukan dengan satu atau dua tapi dengan banyak orang inilah jalannya. Kebenarannya adalah ini, bahwa mereka adalah anak-anak Tuhan; mereka mengenal Kristus, mereka telah diselamatkan, mereka tidak memiliki keraguan akan hal itu; tapi kemudian tiba saatnya ketika Tuhan, Terang Hidup, menunjukkan kepada mereka bahwa Dia tidak hanya mati untuk menanggung dosa-dosa mereka di dalam tubuh-Nya di kayu salib, Ia sendiri mewakili mereka dalam keseluruhan kehidupan duniawi mereka, untuk menyingkirkannya. Bukan hanya dosa-dosanya, tetapi manusia-nya sendiri yang pergi ke kayu Salib. Manusia itu adalah kalian, manusia itu adalah saya: dan ada banyak, setelah bertahun-tahun menjadi orang Kristen, telah tiba ke krisis pengalaman dengan Kristus sebagai laki-laki, sebagai perempuan, sebagai bagian dari umat manusia; tidak hanya sebagai orang berdosa, tetapi sebagai bagian dari bangsa; manusia dunia, bukan manusia yang belum lahir kembali, tapi manusia dunia, kita dalam diri kita sendiri. Banyak yang telah datang ke krisis itu, dan sejak saat itu skalanya bertambah semakin luas, dan besar dari sebelumnya dalam kehidupan Kristen. Ada langit terbuka, visi yang diperbesar, terang hidup yang jauh lebih besar.
Bagaimana ini terjadi? Begitulah, dan krisis itu adalah krisis bagi kita semua. Jika kalian belum pernah mengalami krisis itu, bertanyalah kepada Tuhan tentang hal itu. Ingatlah, jika kalian ingin berhubungan dengan Tuhan seperti ini, kalian sebenarnya meminta sesuatu, kalian sedang mencari masalah; karena, seperti yang kukatakan sebelumnya, manusia duniawi ini susah mati; ia menempel seerat-eratnya, ia tidak suka disingkirkan. Lihatlah biji gandum itu. Ketika ia telah jatuh ke tanah, lihatlah apa yang terjadi dengan-nya. Apakah kalian pikir itu menyenangkan? Apa yang terjadi? Biji itu kehilangan pribadinya sendiri, identitasnya sendiri. Kalian tidak akan dapat mengenalinya. Galilah dan lihatlah biji itu. Apakah biji ini masih biji kecil yang indah yang saya tanam ke dalam tanah? Tidak, biji ini telah menjadi sesuatu yang jelek sekali! Biji ini telah kehilangan semua identitasnya sendiri, kehilangan kekompakannya sendiri; semuanya jatuh berantakan berkeping-keping. Betapa jeleknya! Ya, itulah hasil dari kematian. Kematian Kristus yang dinyatakan di dalam kita memecahkan kehidupan alami kita sendiri. Kematian Kristus mencerai-beraikan, merusak menjadi berbagi-bagi, membuang semua keindahannya. Kita mulai temukan bahwa, akhirnya, tidak ada yang lain dalam diri kita kecuali korupsi. Itu adalah kebenaran. Berantakan, kita kehilangan semua keindahan yang ada dari sudut pandang dunia, mungkin, dari sudut pandang manusia. Jatuh ke dalam tanah dan mati bukan sesuatu hal yang menyenangkan. Tapi itulah yang terjadi.
“Tapi kalau itu mati …” “Jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan hidup juga dengan Dia” (Roma 6:8). Kita akan berbagi kehidupan-Nya, mengambil kehidupan lain, dan kemudian bentuk baru diberikan, kehidupan baru; bukan milik kita, tapi milik-Nya. Ini adalah krisis. Saya menghimbau kepada kalian untuk memiliki hubungan yang nyata dengan Tuhan tentang hal ini. Tapi jika demikian, berharaplah bahwa apa yang telah kukatakan akan terjadi, berharaplah bahwa kalian akan hancur, berharaplah bahwa semua keindahan yang kalian pikikan ada di sana akan sungguh-sungguh rusak; berharaplah untuk menyadari bahwa kalian jauh lebih korup dari apa yang kalian pikirkan sebelumnya; berharaplah bahwa Tuhan akan membawa kalian ke tempat di mana kalian akan menangis, Celakalah aku karena aku binasa! Tapi kemudian berkat yang akan datang adalah ini – Ya Tuhan, hal terbaik yang dapat terjadi bagi saya adalah saya akan mati! Dan Tuhan akan berkata, Itulah yang sesungguhnya sedang Aku kerjakan, Aku tidak dapat memuliakan korupsi itu. “Karena yang dapat binasa ini harus mengenakan yang tidak dapat binasa” (1 Korintus 15:53), dan yang tidak dapat binasa itu adalah biji kehidupan Ilahi dalam biji yang merelakan hidup-Nya sendiri, yang disalurkan dari-Nya. Allah tidak akan memuliakan kemanusiaan ini. Dia akan membuat kita seperti tubuh kemuliaan Kristus. Hal ini terlampau dalam, dan terlalu ke depan, tapi intinya adalah bahwa harus ada krisis ini jika kita datang ke kemuliaan itu, akhir Allah.
Setelah itu akan ada sebuah proses. Tuhan Yesus berkata, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku”, dan dengan berkata demikian Dia tidak salah pada prinsip-Nya. Bahwa Salib adalah sesuatu yang dipikul atau dijejaki sekali untuk selamanya adalah benar, kembali ke krisis itu di mana kita berkata, Tuhan saya terima sekali untuk selamanya apa maksud dari Salib itu! Tapi kita akan menemukan bahwa setelah krisis, krisis yang menyeluruh itu, hari demi hari Salib itu harus ditaati, dan Salib itu bekerja dalam kesesakan dan penderitaan yang Tuhan ijinkan untuk terjadi pada umat-Nya. Dia telah menempatkan kalian dalam situasi yang sulit dalam kedaulatan-Nya; keadaan rumah, bisnis, fisik yang sulit, situasi yang susah dengan beberapa hubungan. Yang terkasih, itulah apa yang dikerjakan Salib dalam pengalaman kalian, demi membuat jalan bagi Tuhan Yesus agar Dia dapat memiliki tempat yang lebih besar. Hal ini akan membuat jalan bagi kesabaran-Nya, daya tahan Kristus, kasih Kristus. Hal ini akan membuat jalan bagi-Nya: dan kalian tidak perlu berlutut setiap pagi dan berkata, Oh, Tuhan, bawalah saya keluar dari rumah ini, bawalah saya keluar dari bisnis ini, bawalah saya keluar dari kesusahan ini! Melainkan seharusnya kalian berkata, Tuhan, jika ini adalah penyataan Salib untuk-ku hari ini, saya akan memikulnya hari ini. Menghadapi situasi itu seperti ini, kalian akan menemukan bahwa ada kekuatan, ada kemenangan, ada kerja-sama dari Tuhan, dan ada buah dan bukan kemandulan. Dalam arti ini Tuhan benar pada prinsip-Nya dalam membuat Salib menjadi pengalaman sehari-hari. “Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku” – salah seorang yang Ku ajar, seorang yang belajar Aku! Sehingga memikul kesulitan ini, apa pun itu, hari demi hari, adalah satu-satunya cara di mana kita belajar Kristus, dan ini adalah proses terang, terang hidup, masuk ke dalam pengetahuan, masuk ke dalam penglihatan, masuk ke dalam kepenuhan. Kau dan aku tidak akan pernah dapat melihat dan mengetahui tanpa Salib. Salib itu harus menyingkirkan kehidupan duniawi ini dan membuat jalan. Tuhan tahu apa yang akan kita lakukan jika Dia melepaskan kita dari Salib itu setiap hari. Kira-kira apa yang akan kita lakukan?
Ini mungkin tidak hanya sekedar ungkapan Perjanjian Baru, atau satu cara untuk menjelaskannya, untuk berbicara tentang salib sehari-hari kita, memikul salib kita setiap hari. Prinsipnya mungkin lebih benar jika dikatakan bahwa itu adalah Salib yang diberikan kepada-Nya dan menjadi milik-ku setiap hari. Itu mungkin benar, tapi semuanya bekerja seperti ini. Jika Tuhan mengangkat hal itu yang merupakan penyataan Salib bagi kita hari demi hari dan mengambilnya dari bahu kita, hal itu tidak akan untuk kebaikan kita. Hal itu akan langsung membukakan jalan untuk kehidupan duniawi kita untuk berontak. Kalian dapat melihat ketika manusia mulai mendapatkan sedikit kelegaan dari pencobaan. Bagaimana mereka meninggikan diri! Mereka berdiri di atas panggung, meremehkan kalian; kalian salah, mereka benar. Kebanggaan, serba berkecukupan pada diri sendiri, semuanya muncul. Nah, kemudian, bagaimana dengan Paulus? Saya mendongak ke Paulus sebagai seorang raksasa, secara rohani. Selain dia, kita hanyalah seperti boneka secara rohani, namun, Paulus, raksasa rohani seperti dia, dengan rendah hati mengakui bahwa Tuhan mengirimkannya seorang utusan Iblis untuk menggocoh dia, suatu duri di dalam dagingnya, supaya dia jangan meninggikan diri. Ya, raksasa rohani dapat meninggikan diri mereka sendiri jika Tuhan tidak bertindak dan mencegahnya, dan untuk menjaga supaya jalan menuju wahyu besar tetap terbuka dan jelas, supaya terus tumbuh dan berkembang, Tuhan berkata, ‘Paulus, Aku harus membuatmu turun sangat rendah, sangat dibatasi; ini adalah satu-satunya cara: karena segera engkau berdiri, Paulus, kau akan mulai membatasi terang, merusak wahyu itu.’
Nah, itulah prinsipnya. Terang hidup. Ini adalah hidup-Nya: dan karena itu Rasul mengatakan,
“Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami” (2 Korintus 4:10).
Hidup-Nya-lah yang kita butuhkan, dan dengan kehidupan itu datang terang. Ini adalah terang oleh hidup. Tidak ada terang Ilahi nyata yang lainnya, hanya itu yang keluar dari hidup-Nya di dalam diri kita, dan kematian-Nya-lah yang dikerjakan di dalam kita yang membuat jalan untuk hidup-Nya.
Saya harus tutup disini. Lihat lagi akhir Allah; terang, kemuliaan, kepenuhan datang masuk. Ini ada di dalam Kristus. Ukuran terang, ukuran kemuliaan, adalah ukuran Kristus, dan ukuran Kristus akan tergantung sepenuhnya pada seberapa banyak ruang yang Tuhan dapat temukan untuk diri-Nya di dalam kita; dan, untuk ruang yang akan dibuat untuk-Nya, kita harus datang ke tempat di mana penyingkiran kehidupan diri yang sepenuhnya telah tercapai: dan itu membutuhkan waktu seumur hidup. Tapi, terpujilah Allah, ada kemuliaan tertinggi, saat di mana Ia akan datang untuk dimuliakan di dalam orang-orang kudus-Nya dan untuk dikagumi dalam mereka semua yang percaya. Dikagumi! Memiliki kemuliaan Allah! Oh, semoga sesuatu dari terang kemuliaan itu menyentuh hati kita saat ini untuk mendorong dan menghibur kita di jalan ini, untuk memperkuat hati kita untuk berlanjut jalan dalam pengetahuan Anak-Nya, demi Nama-Nya.
Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.