oleh
T. Austin-Sparks
Pertama kali diterbitkan di dalam majalah "A Witness and A Testimony" Mei-Jun 1949, Jilid 27-3. Judul asli: "The Lord's Field". (Diterjemahkan oleh Silvia Arifin)
“Pasanglah telinga dan dengarkanlah suaraku; perhatikanlah dan dengarkanlah perkataanku! Setiap harikah orang membajak, mencangkul dan menyisir tanahnya untuk menabur? Bukankah setelah meratakan tanahnya, ia menyerakkan jintan hitam dan menebarkan jintan putih, menaruh gandum jawawut dan jelas kehitam-hitaman dan sekoi di pinggirnya? Mengenai adat kebiasaan ia telah diajari, diberi petunjuk oleh Allahnya. Sebab jintan hitam tidak diirik dengan eretan pengirik, dan roda gerobak tidak dipakai untuk menggiling jintan putih, tetapi jintan hitam diirik dengan memukul-mukulnya dengan galah, dan jintan putih dengan tongkat. Apakah orang waktu mengirik memukul gandum sampai hancur? Sungguh tidak, orang tidak terus-menerus memukulnya sampai hancur! Dan sekalipun orang menjalankan di atas gandum itu jentera gerobak dengan kudanya, namun orang tidak akan menggilingnya sampai hancur. Dan ini pun datangnya dari Tuhan semesta alam; Ia ajaib dalam keputusan dan agung dalam kebijaksanaan.” (Yesaya 28:23-29).
“Suatu keuntungan bagi negara dalam keadaan demikian ialah, kalau rajanya dihormati di daerah itu” (Pengkhotbah 5:8).
Ini adalah salah satu dari banyak contoh-contoh dan aspek-aspek kebenaran agung itu bahwa seluruh ciptaan alam dimaksudkan oleh Allah untuk menjadi simbolisme hal-hal sorgawi dan rohani. Kita tahu ada banyak hal-hal dalam Kitab Suci yang mengemukakan gagasan bahwa umat Tuhan bagi Tuhan adalah seperti ladang yang harus diolah. Banyak istilah dalam Kitab Suci yang menunjukkan itu, seperti yang saudara ketahui – ladang Tuhan, bumi, tanah, benih, penanaman Tuhan, pohon-pohon Tuhan, dan sebagainya. Semua istilah-istilah ini adalah simbol dari hal-hal rohani. Tuhan sedang menanamkan; ada pertanian rohani di bawah tangan Tuhan, sang Pengusaha agung. Bagian yang baru saja kita baca dalam Yesaya ini membawa kepada kita satu hal ini di antara lainnya, bahwa, sama seperti dalam kasus Israel, sama juga dalam kasus Jemaat – yang, tentu saja, melibatkan kita semua secara individu – Tuhan berurusan dengan umat-Nya seperti dengan ladang, atau seperti dengan pertanian, untuk menjadi berbuah dalam berbagai cara, untuk mewakili berbagai jenis kepuasan bagi diri-Nya sendiri. Berulang-ulang melalui semuanya, Tuhan bekerja untuk mendapatkan kepuasan bagi diri-Nya sendiri.
Ia membajak. Interogasinya di sini – “Setiap harikah ia membajak?” – akan dibawa ke dalam kasus Israel, sebab Allah memang membajak Israel dan akan membuat Israel seperti ladang yang dibajak, dan akan ada beberapa pemotongan yang sangat dalam, menusuk jauh ke dalam jiwa Israel itu sendiri, membeberkannya dengan terbuka dan telanjang dan membalik-kan. Itu akan menjadi pekerjaan yang sangat sulit dengan Israel. Tetapi Tuhan dalam pertanyaan ini mengatakan, ‘Aku tidak melakukan hal semacam itu hanya untuk kepentingannya sendiri, dan, meskipun itu adalah aspek yang sangat menyakitkan dari kegiatan-Ku, itu hanya dilakukan dengan maksud untuk menghasilkan buah.’ Pembajakan memiliki tempat dan waktunya, pembajakan harus dilakukan; yang mungkin tampak merusak, keras, menyakitkan, kegiatan Tuhan yang kejam dengan umat-Nya. Ia membajak jauh ke dalam jiwa mereka, membuat alur yang dalam di dalam diri mereka; tetapi itu adalah sebuah aspek dan sebuah fase, sesuatu yang tidak akan selalu berjalan. Ia tidak terus-menerus membajak. Itu akan diselesaikan untuk sementara waktu – tetapi akan selesai – dan ketika pembajakan selesai, Tuhan melanjutkan dengan apa, di mana pembajakan diperlukan. Ia melanjutkan dengan aspek positif dan konstruktif-nya, penaburan benih.
Tuhan mencari buah dari setiap kehidupan demi kepuasan-Nya sendiri. Bahkan raja dilayani oleh buah dari ladang. Itu datang bahkan ke perjamuan Tuhan. Tuhan hidup atas apa yang Ia hasilkan dalam hidup kita.
Saya mulai dengan mengatakan bahwa seluruh ciptaan ini adalah simbolisme dari hal-hal rohani, dan bahwa di sini, di bidang pertanian ini, kita memiliki banyak hal-hal yang menunjukkan apa yang Tuhan kehendaki. Ciptaan itu sendiri tampaknya memiliki simbolisme ini. Saudara kembali ke Kejadian 1. Di sana saudara menemukan bumi tanpa bentuk dan kosong, dan gelap gulita menutupi samudera raya; semuanya ada dalam kekacauan; dan kemudian pada hari ketiga, muncul daratan kering. Hari ketiga selalu berbicara tentang kebangkitan, dan kebangkitan adalah keluar dari kekacauan. Kita menjadi cukup tahu pada suatu waktu dalam kehidupan kita betapa kacaunya kekacauan ciptaan lama ini. Kita mungkin tahu sesuatu tentang itu sebelum kita diselamatkan. Kita mungkin mengetahui sedikit lebih banyak tentang hal itu ketika kita diselamatkan, tetapi saya pikir kita telah terus belajar sejak kita diselamatkan bahwa kekacauan yang jauh lebih besar terletak pada arah ciptaan lama daripada yang pernah kita bayangkan. Kita tahu kegelapan yang ada di alam alami; kita tahu ketelanjangannya, ketidak-menguntungkannya, dari kehidupan alami ini sejauh mana kepuasan Allah bersangkutan. Kita tahu bahwa dari kita di dalam kondisi alami kita, tidak ada apa pun yang dapat datang ke perjamuan-Nya untuk kesenangan-Nya dan kepuasan-Nya, bahwa kita bukanlah ladang yang menghasilkan kepada kesenangan-Nya.
Tetapi kemudian pekerjaan besar itu dilakukan dalam persatuan kita dengan Kristus – “ditanam bersama” (Roma 6:5). Saudara lihat, itu adalah gambaran pertanian lagi. “Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya.” Hari ketiga, ada tindakan besar tentang kita yang dibangkitkan dari kematian bersama dengan Tuhan Yesus kita; dan di dalamnya, bisa dikatakan, ‘daratan kering’ muncul. Di sini adalah ladang baru bagi Tuhan untuk dikerjakan. Dan prinsip itu selalu dalam operasi. Itu terlihat dalam sebuah krisis, tetapi itu terus terjadi di sepanjang waktu; yaitu, itu juga adalah suatu proses oleh apa Tuhan membawa kita semakin banyak ke dasar kebangkitan itu di mana akan ada semakin banyak untuk Dia. Kematian bekerja di satu sisi, dan dibuat untuk bekerja; harus ada kesadaran yang tumbuh tentang kekacauan tak ada harapan di sana, kesadaran yang meningkat tentang kekacauan dan gelap gulita yang menyelimuti ciptaan lama kita itu. Ya, itu adalah maut yang bekerja di satu sisi, tetapi mengeluarkan kebangkitan di sisi lain, di mana Allah akan memiliki lebih banyak lagi.
Tetapi poin yang ingin saya tekankan adalah ini – kebijaksanaan Allah atas semua ini. Petani melakukan pembajakan dan kegiatan pertanian lainnya, menaburkan benih kepada tempatnya. Saya menganggap bahwa makna dari semuanya adalah bahwa Tuhan yang memberikan hikmat kepada orang ini, manusia duniawi ini, sedang bertindak dengan Israel dalam hikmat semacam itu. Ia berkata, ‘Apa yang aku lakukan, aku lakukan dalam hikmat; Aku tahu apa yang sedang aku lakukan.’ Ia melakukan apa yang hikmat-Nya yang tak terbatas tentukan diperlukan dan yang Ia tahu akan menghasilkan buah terbesar dan terbaik untuk kepuasan-Nya. ‘Ya Tuhan, pembajakan ini, pergolakan ini, pemotongan yang dalam ini, penyisiran ini – mengapa begitu banyak dari itu diperlukan?’ Yah, Ia “ajaib dalam keputusan.” Ia tahu kapan pekerjaan membajak harus dilanjutkan, dan kapan pekerjaan membajak telah selesai untuk satu musim, dan dengan demikian Ia diatur dalam urusan-Nya dengan kita oleh hikmat yang tak terbatas, memiliki dalam pandangan, ukuran buah yang terbesar.
Kita memiliki ide kita sendiri tentang apa buah bagi Tuhan itu. Begitu sering dengan kita, itu adalah masalah semacam pelayanan dan tempat pelayanan. Ini tidak seperti itu dengan Tuhan. Mari kita ingat bahwa, setelah semuanya, buah yang dicari Tuhan bukanlah buah dari kegiatan kita melainkan kualitas hidup kita. Tentu saja, Ia menginginkan buah dalam pelayanan, dalam apa yang kita lakukan; tetapi bahkan dalam hal itu kita akan di-disiplin. Jika saudara berpikir saudara akan menjauh dari bajak ketika saudara masuk ke dalam pekerjaan Tuhan, saudara membuat kesalahan besar. Beberapa dari kita tahu, setelah bertahun-tahun berada dalam pekerjaan Tuhan, bahwa kita belum jauh dari bajak. Kita terus dibuka, dipatahkan dan dipotong. Ya, bajak kembali digunakan lagi dari waktu ke waktu. Masih ada sesuatu yang lebih bagi Tuhan. Apa itu? Bukan saja apa yang dapat kita lakukan dalam pelayanan untuk Tuhan, melainkan apa yang menjawab pikiran Tuhan dalam hidup; sebab, bagaimanapun juga, ini adalah Kristus yang dikehendaki oleh sang Pengusaha, dan buah yang nyata hanyalah bahwa Kristus diberikan kembali kepada-Nya dalam hidup kita – buah kehidupan.
Itu berartikan kematian dan kebangkitan, jika ‘daratan kering’ muncul di hari ketiga. Tetapi begitu Tuhan mendapatkan kita pada dasar kebangkitan, ada sesuatu di sana bagi-Nya. Saya perhatikan dalam Kejadian bahwa, setelah catatan kemunculan daratan kering, tidak ada yang dikatakan tentang penciptaan benih-benih yang akan menghasilkan pohon-pohon dan buah-buah dan tumbuh-tumbuhan dan sebagainya; tanah menghasilkan secara spontan, tanaman tumbuh. Benih ada di sana, dan hidup ada di bumi kebangkitan. Ada sesuatu bagi Tuhan dalam kebangkitan yang secara spontan mulai bertumbuh; dan jika kita benar-benar melalui proses-proses ini yang membawa kita ke dasar kebangkitan, ada sesuatu di sana bagi Tuhan yang akan mulai menunjukkan dirinya sendiri. Kita tidak perlu memaksakan untuk memproduksinya – itu datang. Buah keluar dari cobaan, buah hanya menunjukkan dirinya sendiri, ia harus mewujudkan dirinya sendiri. Benih kehidupan ada di sana dan itu akan tumbuh dalam kuasa kebangkitan itu.
Hanya ada satu hal lain yang akan saya tunjukkan saat ini dalam hubungan ini. Ini adalah bahwa, pada hari keempat, Tuhan menciptakan langit, matahari, bulan dan bintang-bintang, sehingga bumi ini berada di bawah tatanan pemerintahan yang sepenuhnya mapan di sorga; dan kelanjutan dari kesuburan dan musim yang berbuah adalah hasil dari pemerintahan yang mapan dari badan-badan sorgawi ini. Kami tahu itu benar. Musim-musim diatur oleh badan-badan sorgawi, dan oleh karena itu, buah bumi benar-benar bergantung pada tatanan hal-hal yang telah ditetapkan.
Tetapi di sini kita melihat bahwa kesuburan kita untuk kepuasan Tuhan menuntut semua tatanan hal-hal yang telah ditetapkan di sorga dan bahwa kita dapat dan harus masuk ke dalamnya dan di bawahnya. Ketika Tuhan menantang Ayub di akhir kisahnya, salah satu pertanyaan yang Ia ajukan, untuk menunjukkan bahwa bagaimana pun juga, Ayub tidak tahu segalanya, adalah – “Apakah engkau mengetahui hukum-hukum bagi langit?” (Ayub 38:33). Itu adalah ungkapan yang besar “hukum-hukum bagi langit.” Terjemahkan itu secara rohani, dan saudara menemukan dalam Perjanjian Baru bahwa Jemaat berdiri terkait dengan tatanan hal-hal yang ditetapkan di sorga; dan jika saudara dan saya sedang menjalani kehidupan yang berbuah penuh, kita akan menghadapi hukum-hukum bagi langit itu. Mereka mewakili suatu tatanan yang tetap dan sorgawi. Itu harus mengatur kita. Kita harus berada di bawahnya, meresponsnya; dan sampai kita melakukannya, tujuan penuh Tuhan dalam semua upaya-Nya dengan kita dalam membajak dan penyisiran ditangkap; tidak ada hasil, atau paling tidak buahnya terbatas. Ada tatanan sorgawi yang ditetapkan. Saya tidak akan menunjukkan apa hukum-hukum bagi langit itu, tetapi jika kita benar-benar berada atas dasar kebangkitan, yaitu, di bawah pemerintahan Roh Kudus, kita akan menghadapi ini dan itu dan hal lainnya yang merupakan hukum-hukum bagi langit yang tetap – sesuatu yang telah ditetapkan – dan merespons terhadapnya, seperti bumi merespons terhadap matahari, akan menentukan ukuran kesuburan hidup kita.
Saudara hanya perlu berjalan-jalan di sini untuk mendapatkan banyak ilustrasi-ilustrasi tentang hal itu. Lihat pohon-pohon bengkok yang menyimpang di sana. Cabang-cabang adalah dari semua bentuk, dan dalam dirinya sendiri, hal-hal yang agak miskin. Mengapa? Sebab mereka menemukan diri mereka dalam posisi di mana tidak ada cukup cahaya dan udara, dan demi kehidupan mereka sendiri, mereka telah berusaha keras untuk menjangkau untuk menemukan apa yang mereka butuhkan; dan karena mereka dibatasi dalam gerakan mereka, dan tidak ada cukup cahaya dan udara bagi mereka, mereka adalah yang miskin, bengkok dan cacat ini. Mereka menunjukkan bahwa ada sesuatu dari sorga kepada apa mereka harus berhubungan, yang harus mereka temukan untuk kehidupan dan kesuburan mereka sendiri. Dan tentu saja saudara telah melihat dalam kasus-kasus lain di mana pohon berada dalam posisi untuk mendapatkan semua cahaya dan udara yang dibutuhkannya, betapa agungnya pohon itu. Itu mematuhi hukum-hukum bagi langit; itu benar berhubungan dengan prinsip-prinsip tetap pemerintahan sorgawi.
Dalam hikmat-Nya, Allah telah berfirman, ‘Sekarang, ini-dan-ini adalah hukum sorgawi, prinsip sorgawi, hukum sorgawi yang ditetapkan, dan engkau tidak akan pernah menghasilkan kuota penuh buah engkau untuk kepuasan-Ku jika engkau tidak mengenali itu.’
Salah satu hukumnya adalah hukum kehidupan bersama, tentang keluarga Allah. Jika saudara melepaskan diri saudara dan hidup sebagai seorang individu, ukuran saudara terbatas. Dan saya bisa menunjukkan banyak lainnya. Hukum-hukum bagi langit tetap, dan ini akan menjadi pengawasan buruk terhadap hal-hal di bumi, jika mereka tidak sejalan dengan hukum-hukum itu dan jika tidak ada hubungan dengan mereka.
Kami tidak peduli dengan hukum-hukum duniawi belaka. Perjamuan Tuhan, misalnya, dapat, dan telah, dibuat menjadi tatanan duniawi, tetapi itu sesungguhnya adalah tatanan sorgawi, dan itu adalah tatanan dari Kristus yang bangkit itu sendiri. Saudara dapat mengesampingkannya sebagai hanya tatanan duniawi dan tidak menderita apa pun, tetapi jika saudara datang ke dunia kebangkitan, itu mengambil makna dan nilai yang baru. Ini adalah sebuah tatanan, bukan dari manusia, bukan dari sistem gerejawi, tetapi dari sorga – sesuatu yang berharga dan hidup, dari mana Tuhan mendapatkan sesuatu. Dan ada banyak hal-hal seperti itu; hukum-hukum rumah Allah, kehidupan bersama, dan sebagainya. Mereka semuanya adalah hal-hal yang ditetapkan jika, saya katakan lagi, kita berada di dalam Roh, kita masuk ke dalam garis-garis besar nasehat-nasehat Allah yang bijaksana yang bekerja untuk menghasilkan buah.
Tuhan tahu apa yang Ia cari, dan mengambil cara dengan diri kita masing-masing yang akan mencapai akhir-Nya secara paling efektif. Itu mungkin adalah sebuah bajakan, itu mungkin adalah sebuah penyisiran; tetapi itu tidak akan selalu sama. Masing-masing akan memiliki tempatnya dan Ia akan beralih ke tahap-tahap lain; tetapi apa pun tahap itu, itu diatur oleh hikmat yang mencari untuk diri-Nya sendiri, jawaban untuk kegiatan kreatif-Nya itu sendiri – untuk apa Ia menjadikan ladang rohani ini ada sama sekali – agar perjamuan Raja dapat dilayani. Dan Ia sendiri adalah Raja.
Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.