oleh
T. Austin-Sparks
Diedit dan disediakan oleh Golden Candlestick Trust. Judul asli: "The Parable Of The Talents". (Diterjemahkan oleh Silvia Arifin)
Bacaan: Matius 25:14-46
Ada beberapa hal yang sangat meliputi bagian ini dari ajaran Tuhan yang akan kita coba untuk uraikan dengan sederhana dan jelas.
Pertanyaan pertama yang muncul tentang talenta, apa talenta itu, tetapi saya pikir kita tidak perlu membahas secara tepatnya sifat dari talenta-talenta ini. Yang penting adalah bahwa kita mengenali signifikansi mereka, yaitu, apa yang mereka tandakan. Mereka jelas-jelas adalah nilai-nilai yang diberikan oleh Tuhan agar mereka akan dijadikan laba bagi-Nya dan itu dapat mencakup rentang yang sangat luas. Kita dapat mengatakan bahwa apa pun yang Tuhan telah berikan kepada kita melalui suatu kemungkinan untuk membawa laba bagi-Nya datang dalam sebutan talenta, sehingga sikap kita terhadap hidup haruslah dari kewaspadaan tentang bagaimana, di mana, dan apa yang dapat dibuat membawa laba untuk kesenangan Tuhan. Ini adalah sebuah sikap, sebuah mentalitas, sebuah kondisi hati. Talenta-talenta ini telah direduksi menjadi katalog yang sangat kecil dari kualifikasi-kualifikasi atau karunia-karunia tertentu. Tampaknya bagi saya bahwa Tuhan, malahan, sedang menutupi seluruh dasar dari apa yang dapat dibuat untuk melayani Dia dalam pembesaran dengan ketekunan kita.
Kemudian hal yang kedua (dan saya tidak menetap untuk menyelesaikan masalah ini, saya hanya ingin mendapatkan pelajaran yang sangat praktikal dan penting dari Tuhan ini ke dalam hati kita) adalah bahwa talenta apakah yang kita miliki, bukanlah tanggung jawab kita. Itu adalah masalah kedaulatan Allah. Ia memberi, dan Ia memberi kepada yang satu ini sedemikian banyak dan kepada yang satu itu sedemikian banyak dan kepada yang lain sedemikian banyak. Penerima-penerimanya tidak bertanggung jawab atas apa yang mereka terima dan apa yang mereka miliki. Itu sepenuhnya terletak pada penilaian Pemberi, dan untuk mengenali hal itu berarti untuk membebaskan kita dari memasuki posisi yang salah, berusaha melampaui batas kemampuan kita, melakukan pekerjaan orang lain, dan naik ke posisi atau tingkat orang lain. Tidak, Ia memberi menurut penilaian-Nya sendiri, dan talenta-talenta yang kita miliki bukanlah tanggung jawab kita sama sekali. Mereka adalah hasil dari hikmat dan penghakiman dan kasih karunia-Nya yang berdaulat.
Ini adalah hal yang luar biasa dalam hidup jikalau kita dapat memperoleh ukuran kita, dan mengenali ukuran kita. Ini akan membuat hati kita beristirahat, ini akan menjaga kita dalam posisi keamanan dan ini akan menghasilkan kelemah-lembutan tentang kita, “Itu adalah ukuran-ku, itu adalah kesanggupan-ku, itu adalah apa yang Tuhan telah berikan kepadaku. Di dalam kompas itu, aku bergerak, tidak berusaha untuk menjadi seperti orang lain, untuk melakukan pekerjaan orang lain, melainkan mengakui apa yang telah Tuhan berikan kepadaku, dan apa yang diwakili dari-nya.” Ini, jika saudara memikirkannya, jauh lebih bermanfaat dalam hidup daripada kelihatannya. Mari kita ingat, kemudian, bahwa kedaulatan Allah bertanggung jawab atas panggilan kita, pekerjaan kita. Itu adalah penunjukkan Allah dan Ia tahu apa yang Ia lakukan dengan kita.
Hal yang ketiga adalah bahwa atas segala sesuatu yang memerintah adalah kepuasan dan kesenangan Tuhan. Saudara perhatikan bahwa hal itu berlaku di seluruh bagian Firman ini – kepuasan dan kesenangan Tuhan. Hal yang Tuhan katakan dalam memuji keduanya, hamba yang memiliki lima talenta dan hamba yang memiliki dua talenta, adalah bahwa mereka bekerja seperti dalam terang wajah-Nya dan pahala mereka adalah “kebahagian Tuan-mu.” Dan dalam bagian kedua dari pasal ini, yang saya percayai, dan saya pikir kita akan lihat sebentar lagi, berkaitan erat dengan bagian pertamanya, ini adalah sepanjang waktu: “untuk Aku.” “Kamu telah melakukannya untuk Aku.” “Kamu telah melakukannya untuk Aku.” Segala sesuatu adalah untuk Tuhan, Tuhan selalu ada dalam pandangan, Tuhan selalu di depan wajah kita: kepuasan dan kesenangan Tuhan. Itulah hal yang mengatur hidup anak Allah, hamba Tuhan. Segala sesuatu harus dilihat dengan cara itu. Ini bukan hanya sekedar masalah tugas, kewajiban, perintah, ini adalah kesenangan Tuhan, kepuasan Tuhan, dan di sini sekali lagi ini adalah kondisi hati. Keduanya memiliki hati yang benar terhadap Tuhan mereka. Yang ketiga memiliki sikap hati yang salah – “Aku tahu tuan, bahwa tuan adalah manusia yang kejam.” Sikap, kondisi hati terhadap Tuhan mereka, itulah apa yang membuat perbedaannya dalam hasilnya.
Jadi di sini, Tuhan berkata, dengan kata lain, bahwa apa yang mengatur hidup seorang hamba Tuhan yang sejati adalah bahwa ia mengambil hidup untuk membuatnya bekerja demi kesenangan dan untuk kepuasan Tuhan, bukan diri mereka sendiri, dan bukan sebagai masalah di mana mereka dipaksa untuk melakukannya, tetapi sebagai masalah tentang pengabdian hati kepada Tuhan.
Selanjutnya, Tuhan menetapkan aturan peningkatan – pembesaran dan peningkatan dalam kesempatan, fasilitas – pemberkatan Ilahi didasarkan pada kesetiaan dan pengabdian kepada-Nya dalam apa yang kita miliki sekarang. Tidak ada keraguan bahwa banyak sekali yang hilang sebab kita gagal menggunakan kesempatan saat ini dengan mendambakan setiap saat untuk yang lebih besar, dengan selalu memikirkan tentang suatu hari ketika kita akan dapat melayani Tuhan dengan lebih penuh, ketika kita akan melangkah masuk ke dalam langkah kita, ketika kita akan memiliki fasilitas, ketika kita akan menempati posisi untuk melayani Dia. Kita setiap saat memproyeksikannya ke masa depan dan secara mental berpegang pada suatu waktu dan kondisi-kondisi ketika ini menjadi mungkin bagi kita untuk melakukan hal yang besar bagi Tuhan, hal yang nyata bagi Tuhan, dan gumpalan-akan-esok-hari itu yang tidak pernah datang hanya memakan semua keuntungan dan nilai-nilai dari hari ini, dan ini mungkin merupakan salah satu hal yang paling mengerikan untuk direnungkan, untuk mencapai suatu waktu ketika kita melihat bahwa kita dapat memberikan kepada Tuhan dengan sangat jauh lebih banyak lagi jika kita telah menetapkan hati untuk itu pada saat itu, daripada selalu memikirkan saat ketika kita akan dapat memberi-Nya lebih banyak.
Tuhan menyatakan aturan peningkatan ini dan berkata, pada dasarnya, “Jalan menuju pembesaran dan peningkatan dalam pelayanan-Ku adalah jalan kesetiaan dan pengabdian menyeluruh kepada ukuran yang kamu miliki sekarang.” Saudara mungkin hanyalah orang yang memiliki satu talenta; ada prospek, kemungkinan, dari saudara untuk menjadi orang yang memiliki dua-talenta, lima-talenta, tetapi caranya adalah dengan membuat baik, meskipun itu adalah ukuran kecil, untuk mengubahnya menjadi terhitung dan melihat bahwa semua laba yang mungkin kepada Tuhan diamankan dari yang kecil itu. Kesetiaan hari ini mungkin adalah kesempatan dan penyediaan yang diperluas besok, tetapi kita dapat mengambilnya bahwa kecuali ada kesetiaan itu pada hari ini, bahwa hari esok itu tidak akan pernah datang.
Sekarang marilah kita menjadi sangat praktikal tentang hal itu. Apakah kita benar-benar mempergunakan dengan baik dalam batasan sempit hidup kita saat ini? Apa peluangnya sekarang? Mari kita memperhitungkan peluang kita hari ini, kemungkinan hari ini. Apakah mereka itu? Adakah di antara kita yang benar-benar dapat mengatakan bahwa tidak ada peluang dalam kehidupan kita, bahwa tidak ada apa pun yang dapat dijadikan terhitung untuk Tuhan hari ini dalam posisi kita saat ini? Saya tidak berpikir bahwa ada yang bisa mengatakan itu. Saudara mungkin memiliki ruang yang sempit dan saudara mungkin memiliki sedikit peluang, tetapi saudara memilikinya. Mungkin saudara selalu mencari peluang yang lebih besar, lebih penuh, lebih besar. Itu tidak akan pernah terjadi, kecuali pada hari ini dengan yang sedikit, saudara mempergunakannya dengan baik.
Jadi Tuhan berfirman di sini bahwa jalan menuju peningkatan, pembesaran, dan karunia yang lebih penuh, kepercayaan yang lebih penuh, adalah jalan kesetiaan dan pengabdian kepada kesempatan hari ini, kemungkinan hari ini, ukuran hari ini. Kata kepada keduanya adalah “baik dan setia.” Baik – engkau telah menjadi hamba yang baik dengan setia pada ukuran peluang-mu! Yang bertentangan dengan itu adalah apa yang Ia katakan kepada hamba yang lain itu – “Kamu hamba yang jahat dan malas.” Di sana saudara memiliki hati masalah ini. Apakah kejahatan itu? Ini adalah gagal untuk mempergunakan dengan baik dalam peluang, kemungkinan yang telah diberikan Tuhan kepada saudara, dan itu datang dari kemalasan batiniah. Ingatlah kata-kata Paulus: “Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan” (Roma 12:11), atau, sebagaimana Moffatt menerjemahkannya, “Pertahankan terang rohani.” Itulah kuncinya, terang rohani. Apa itu terang rohani? Mengapa, ini adalah ini, kebalikan dari kemalasan, menjadikan setiap kesempatan baik bagi Tuhan. Itulah cara pembesaran.
Kemudian saudara melihat lagi dan saudara melihat bahwa berkat dan pahala kita adalah kebahagiaan Tuhan. Itu adalah hasil dari Tuhan yang mendapatkan bagian-Nya, dan jika kita memahaminya, tidak ada pahala yang leibh besar, tidak ada berkat yang lebih penuh, daripada gema di dalam hati kita sendiri dari kepuasan Tuhan sendiri terhadap kita. Kita semua suka orang-orang untuk senang dengan kita dan seringkali pujian kecil membuat kita “senang bukan main” dengan diri kita sendiri. Kita sangat senang jika orang lain dapat melihat sesuatu yang baik dan mencatatnya dan berkomentar atasnya. Yah, saya kira itu adalah sifat manusia dan tidak banyak hidup yang bisa berjalan tanpa hanya sepatah kata pun pujian. Saya pikir Tuhan telah mengindikasikan bahwa Ia ingin kita saling mendorong satu sama lain dengan cara itu, memuji satu sama lain, tetapi jika dalam alam sekedar kehidupan manusia hal itu benar, betapa lebih besarnya bahwa hal ini benar untuk memiliki di dalam hati kita sendiri oleh Roh Kudus, kesaksian bahwa Tuhan berkenan. Itu bisa menjadi sorga bagi kita, dan saya percaya bahwa itu hanyalah kunci dari pasal ini.
Saudara perhatikan bahwa seluruh masalahnya di sini berubah menjadi sorga dan neraka. Ada hal-hal yang buruk di sini dalam kaitannya dengan neraka. “Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.” Ada neraka; sorga di sisi lain … sementara saya tidak mengabaikan apa pun yang lebih pasti daripada itu, dalam kaitannya dengan sorga dan neraka, saya pikir bahwa sifat sorga atau neraka itu sendiri adalah ini: kesenangan atau ketidaksenangan Tuhan terdaftar secara positif dalam jiwa. Itu dapat menjadikan sorga atau neraka kita dan untuk mengetahui bahwa Tuhan berkata, “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia” – untuk Tuhan mengatakan itu dapat membuat sorga bagi hati kita, tetapi itu adalah kepuasan-Nya sendiri, kesenangan-Nya sendiri, berkenan-Nya sendiri, menemukan gemanya di dalam hati kita. Pahala kita, berkat kita, adalah itu; tidak ada yang lebih memuaskan dari pada itu.
Kemudian hal yang terakhir. Apa artinya bahwa Tuhan mendapatkan bagian-Nya, menemukan kesenangan dan kepuasan-Nya – sebab segala sesuatu terikat dan bergantung padanya. Apa artinya? Jika sikap kita terhadap kehidupan adalah agar Tuhan puas dan mendapatkan bagian-Nya, jika itu harus menjadi pertimbangannya yang mengatur segalanya, jika talenta hanya mengambil signifikansi mereka dari kemungkinan yang mereka pegang untuk membawa kepuasan Tuhan, jika aturan peningkatan adalah sikap kita terhadap kesenangan Tuhan dalam menggunakan kesempatan hari ini dan ukuran kemungkinan hari ini, lalu apa artinya bahwa Tuhan mendapatkan bagian-Nya, kepuasan-Nya, kesenangan-Nya?
Ini sangatlah praktikal dan di sinilah saya pikir bagian kedua pasal ini membahas yang pertama. “Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan (atau tidak lakukan) untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah (kamu tidak) melakukannya untuk Aku.” Saya katakan bahwa itu praktikal; itu menjaga kita keluar dari awan-awan. Itu akan menyelamatkan kita dari posisi rohani palsu, posisi palsu itu yang selalu berusaha untuk menyenangkan Tuhan, melayani Tuhan, melakukan hal-hal untuk Tuhan dan mengabaikan seratus satu hal praktikal sehari-hari dari kepentingan Tuhan di dalam mereka yang berada di sekitar kita. Ini membawa hal-hal sangat dekat. Dikatakan bahwa seseorang itu yang membutuhkan, apa pun kebutuhannya, adalah Yesus Kristus dalam efek praktikalnya bagi kita. Ini adalah suatu hal yang luar biasa untuk direnungkan, tetapi untuk melihat pada yang ini, yang terikat ini, yang menderita ini, yang membutuhkan ini, dan untuk tidak menutup mata kita dan berkata, “Ada Tuhan Yesus yang membutuhkan!” – itu praktikal, bukankah demikian? Ini bukan hanya imajinasi, itulah yang dikatakan-Nya di sini. Ia mengatakan, pada dasarnya, “Kamu tidak bisa mengambil sikap terhadap salah satu dari yang terkecil ini tanpa mengambil sikap yang demikian terhadap-Ku; apa pun sikap itu, itu adalah sikap-mu terhadap-Ku sebab mereka mewakili sebuah peluang, kebutuhan mereka memanggil pada apa yang kamu miliki dari diri-Ku sendiri untuk memenuhi kebutuhan itu dan dengan memberi, ada peningkatan diri-Ku di sana, dan itulah yang menjadi tujuan hati-Ku – mendapatkan dasar, mendapatkan wilayah, mendapatkan ruang!”
Oh, saya merasa, yang terkasihi, bahwa salah satu kebutuhan kita adalah untuk diselamatkan dari posisi rohani palsu. Ada banyak posisi rohani palsu dan di antara mereka ada satu ini dari semacam kehidupan rohani, semacam pekerjaan rohani, semacam posisi rohani, semacam mentalitas rohani, yang abstrak dan yang hanya kehilangan seribu satu situasi-situasi praktikal yang ada di sekitar kita.
Jadi itu hanya kembali kepada apa yang kami katakan pada awalnya. Tuhan mendapatkan bagian-Nya adalah: apa kesempatan-ku saat ini, apa yang ada di sekitar-ku yang membutuhkan? Tentu saja, saya belum sampai pada bidang sosial semata, itu bukanlah apa yang saya pikirkan. Saya berpikir tentang Kristus yang mendapatkan dasar, melayani Tuhan, membawa kepentingan Tuhan masuk. Apa kesempatan-ku sekarang untuk ini? Apa yang ada di sekitar-ku sekarang dalam hal ini? Bagaimana aku bisa memenuhi situasinya dengan Kristus? Itu adalah hidup dan pelayanan Kristen yang sejati. Saya katakan ini sangatlah praktikal, tetapi ini sangat mencari, sangat menantang. Ini akan menemukan kita dan ini akan menyelamatkan kita dari posisi yang palsu. Di sinilah suatu kebutuhan, kebutuhan akan Kristus – itulah intinya. Jika saja Tuhan bisa masuk ke sana, jika saja Tuhan bisa dibawa masuk ke sana, akan ada sesuatu yang sangat banyak bagi kesenangan-Nya, kepuasan-Nya, kemuliaan-Nya, dan sikap itu terhadap kontak kita, asosiasi kita, peluang kita setiap hari adalah apa yang Tuhan maksudkan dengan melakukannya untuk Dia dan tidak melakukannya untuk Dia.
Tuhan dipersonifikasikan dalam setiap kesempatan yang diberikan kepada kita untuk membawa-Nya masuk. Apakah saudara mengerti itu? Memang, di sanalah Ia berada. Saudara cukup mengikuti hal-hal ini dengan tenang dan pikirkan mereka, sebab di sini adalah firman Tuhan untuk mengatur hidup kita. Kesempatannya mungkin kecil – itu adalah urusan-Nya. Apakah itu diperbesar adalah urusan-ku, apakah ada peningkatan, itu bergantung pada pengabdian dan kesetiaan-ku, tetapi hal yang harus selalu ada dalam pikiran-ku, di mata-ku, bukanlah perluasan kesempatan dan pengaruh-ku, melainkan kesenangan Tuhan, kepuasan Tuhan – suatu kondisi pengabdian hati kepada Tuhan.
Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.