oleh
T. Austin-Sparks
Pertama kali diterbitkan di dalam majalah "A Witness and A Testimony" Sep-Okt 1948, Jilid 26-5. Judul asli: "Not Here, and Not Now". (Diterjemahkan oleh Silvia Arifin)
“… supaya sekarang oleh jemaat diberitahukan pelbagai ragam hikmat Allah kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di sorga, sesuai dengan maksud abadi” (Efesus 3:10-11).
“Siapakah di antara kamu yang mau memasang telinga kepada hal ini, yang mau memperhatikan dan mendengarkannya untuk masa yang kemudian?” (Yesaya 42:23).
Dalam dua bagian tersebut, kita memiliki dua hal yang benar-benar berartikan ini – ‘bukan di sini, dan bukan sekarang.’ Bukan di sini – “supaya sekarang oleh jemaat diberitahukan pelbagai ragam hikmat Allah kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di sorga.” Bukan sekarang – “siapakah … yang mau memperhatikan dan mendengarkannya untuk masa yang kemudian?” Saya pikir dua keintiman itu harus menjadi bantuan yang sangat besar bagi kita semua, dan terutama bagi beberapa orang.
Ada banyak hal-hal yang baik di jalan-jalan Allah yang seluruhnya di luar pemahaman kita. Mereka sama sekali berada di luar jangkauan kita. Allah menyembunyikan diri-Nya sendiri sementara Ia bekerja, dan tampaknya sangat menunda tindakan-Nya; dan dari fakta-fakta ini, banyak masalah-masalah dan kesulitan-kesulitan kita muncul, dan kita menemukan diri kita sendiri dilemparkan ke dalam suatu keadaan yang sangat membingungkan dan iman kita dicobai dengan sungguh-sungguh.
Saya ingin menjadi sangat sederhana dan praktis, karena, di hadapannya, ayat-ayat ini mengandung pernyataan-pernyataan yang agak abstrak dan jauh; mereka bisa gagal membantu kita. Saya pikir bahwa salah satu pernyataan yang paling sulit di dalam Perjanjian Baru untuk dipahami dengan rasa nyaman adalah apa yang ada dalam Efesus 3:10. Sebagian besar orang tidak dapat menghargai kenyataan bahwa apa yang terjadi dalam hidup mereka menarik bagi makhluk-makhluk yang seluruhnya berada di luar dunia ini. Hal itu tampaknya tidak banyak membantu secara praktikal; tetapi ada sisi yang sangat praktikal tentang hal itu. Banyak dari saudara yang tidak akan pernah pergi ke ladang misi, sebagaimana disebutnya; saudara tidak akan pernah pergi ke dalam apa yang disebut bekerja-penuh dalam pelayanan-rohani. Banyak dari saudara yang tidak akan pernah pergi jauh dari rumah di mana saudara berada; banyak dari saudara yang tidak akan pernah meninggalkan tempat-tempat bisnis di mana saudara bekerja. Banyak yang tidak akan pernah masuk ke dalam aspek tertentu dari pekerjaan untuk Tuhan. Saudara akan dipanggil untuk hidup tepat di mana saudara berada, untuk melanjutkan dengan apa yang disebut ‘putaran sepele, tugas biasa.’ Tidak seorang pun yang akan mendengar banyak tentang saudara. Nama saudara tidak akan pernah muncul di dalam media keagamaan untuk pekerjaan hebat yang saudara lakukan. Saudara akan menjadi orang-orang yang tersembunyi, dan saudara akan memiliki banyak kesempatan dan saat-saat untuk bertanya-tanya apakah saudara melakukan sesuatu untuk Tuhan, apakah hidup saudara benar-benar berharga. Saudara mendengar orang lain dipanggil dan pergi keluar dan terlibat dalam ‘Pekerjaan.’ Saudara iri pada mereka, saudara berharap itu adalah saudara, dan kemudian saudara mulai merefleksikan hidup dan tempat saudara, dan saudara mengajukan pertanyaannya, ‘Baiklah, apakah aku hidup dan terhitung? Apakah aku benar-benar penting?’ Mungkin sebagian besar dari saudara akan seperti itu.
Ada orang lain yang, dalam segala keinginan untuk melayani Tuhan dan menjadi sepenuhnya bagi-Nya, menemukan diri mereka ditahan, tertutup, terikat, sebagaimana mereka berpikir – terbatas, gelisah, cemas, berjalan-jalan, seperti binatang dalam sangkar, berputar-putar dan tidak menemukan jalan keluar. Akan ada orang lain yang akan keluar. Saudara akan masuk ke dalam apa yang secara teknis disebut ‘Pekerjaan.’ Saudara mungkin pergi ke luar negeri, atau ke dalam aspek ini atau itu dari ibadah dan pelayanan tertentu, dan ketika saudara tiba di sana, saudara akan menghabiskan sembilan per sepuluh dari hidup saudara tanpa melihat apa pun untuk itu. Saudara akan berjalan terus, bekerja keras dan menjadi cukup setia, namun melihat sedikit atau tidak ada hasil.
Namun, saudara semua, dalam kategori apa pun saudara berada – dan mungkin ada orang lain yang tidak disebutkan – sadar bahwa saudara berada di dalam sesuatu; setidaknya saudara sadar bahwa saudara berada dalam konflik, bahwa hidup ini untuk Tuhan bukanlah hal yang mudah; ini penuh dengan cobaan, tekanan, pengalaman-pengalaman yang saudara tidak akan miliki jika saudara bukanlah milik Tuhan. Ini bukan hanya kehidupan biasa seperti yang dimiliki orang yang tidak percaya – tidak mengatakan bahwa semua orang yang tidak percaya memiliki kehidupan yang mudah – tetapi saudara memiliki yang ekstra yang dihasilkan dari menjadi milik Tuhan, dan saudara menemui tambahan-tambahan itu dari segala arah. Saudara menemukan bahwa saudara harus menghadapi kadang-kadang antagonisme rohani dan oposisi-oposisi dan kesulitan-kesulitan yang cukup telanjang.
Yah, tentu saja, jawaban untuk setiap pertanyaan sebagian besarnya terletak di sana; sebab di sini ada pernyataan misterius ini dalam Efesus 3:10, sebuah pernyataan dalam Firman Allah. (Saya pikir kita, orang-orang percaya, benar-benar kurang dalam penyesuaian Ilahi yang praktikalnya terhadap hal-hal yang kita miliki dalam Alkitab kita dan yang kita kenal dengan sangat baik; kita tidak memandang kepada mereka tepat di muka, dan berkata, ‘Itu ada di dalam Alkitab; itu harus berartikan sesuatu, dan itu harus berartikan sesuatu sejauh mana aku bersangkutan.’ Kita tidak cukup melakukan itu. Kita kurang dalam sikap kepastian kita terhadap hal-hal yang kita percayai dan terima. Ada sesuatu yang lebih di sana dari pada yang telah kita hadapi dan pegang.)
Sekarang, inilah pernyataan yang ada di dalam Firman Allah – “supaya sekarang oleh jemaat diberitahukan pelbagai ragam (banyak sisi) hikmat Allah kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di sorga, sesuai dengan maksud abadi.” Apakah itu tidak menjelaskan secara praktikal semua yang telah saya katakan? Meluangkan ruang untuk ini, bahwa sejauh mana kita bersangkutan, ini mungkin perlu bahwa penyesuaian dilakukan sebelum Tuhan dapat menggunakan kita: kita mungkin harus datang ke dalam posisi sebelum Ia dapat berbuat lebih banyak lagi melalui kita. Meluangkan ruang untuk itu dan pertimbangan-pertimbangan lain seperti itu, masih ada tersisa alam yang sangat besar ini, di mana ini sama sekali bukan masalah kontroversi dengan Tuhan pada titik apa pun, juga bukan masalah kita yang harus disesuaikan mengenai sesuatu sebelum Tuhan dapat melakukan apa yang Ia kehendaki. Kita mungkin ada di sana bersama Tuhan, siap untuk penyesuaian apa pun, namun Ia tidak melakukan hal yang kita ingin Ia lakukan. Ada penundaan ini, penangkapan ini. Dalam kasus seperti itu, kata-kata ini mungkin saja merupakan penjelasan dan aplikasinya. Allah sedang melakukan sesuatu dengan kita, di dalam kita, di mana Ia mencapai tujuan penciptaan alam semesta ini.
Lihatlah kembali pada konteks Efesus 3:10 dan lihat pengaturan universal dan abadi dari apa yang ada di sana. Alam semesta diciptakan untuk penyembahan dan kemuliaan Allah, dan hal yang sedang Ia lakukan adalah membawa makhluk berlutut menyembah dan takjub.
“Pelbagai ragam hikmat Allah.” Untuk apa hikmat itu? Mengapa ada yang menginginkan hikmat? – untuk menjawab pertanyaan, dan memecahkan masalah, untuk mengetahui caranya. Kami dapat mengilustrasikannya dengan kisah sebuah perusahaan Amerika yang memiliki pekerjaan rekayasa besar. Ketika telah selesai, para insinyur mengirimkan akun mereka – hanya sebuah pernyataan jumlah total. Ketika perusahaan itu melihat akun itu, mereka terkejut dengan kebesaran biaya itu, dan mengirimkannya kembali dengan meminta perincian. Jadi para insinyur mengirimkannya kembali – Materi, sangat banyak (yang sangatlah kecil dibandingkan dengan total biayanya); tenaga kerja, begitu banyak (yang sekali lagi, disatukan dengan materi, tidak sampai setengahnya dari totalnya); mengetahui bagaimana caranya – sisanya. Itulah intinya – mengetahui bagaimana caranya. Mari kita meletakkannya seperti ini. Pernahkah saudara memiliki seorang teman yang saudara percayai sepenuhnya? Saudara tidak memiliki pertanyaan tetapi bahwa ia tahu bagaimana untuk keluar dari situasi sulit atau untuk menyelesaikan masalah. Saudara telah bersamanya ketika ia telah dimasukkan ke dalam situasi terbesar yang dapat saudara bayangkan. Itu mungkin suatu perdebatan, suatu argumen. Pihak oposisi telah menumpukkan kasusnya, argumen demi argumen, masalah demi masalah, dan sepanjang waktu saudara telah mengawasi teman saudara dan tidak memiliki pertanyaan selain bahwa ia akan keluar dari kesulitan itu. Saudara telah tegang dengan harapan tetapi sepenuhnya yakin akan hasilnya. Saudara telah berkata pada diri saudara sendiri, ‘Aku tahu ia akan keluar dari itu: tetapi bagaimana? Bagaimana ia akan menghadapi ini, bagaimana ia akan menjawab itu?’
Itulah tepatnya apa yang ada di sini. Di satu sisi, ada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa, kerajaan-kerajaan di langit, malaikat-malaikat dan malaikat tertinggi, makhluk sorgawi memiliki kepercayaan mutlak dan tanpa reservasi di dalam Allah dan mengetahui dengan baik bahwa Ia memiliki kunci untuk segalanya. Di sisi lain, ada situasi yang sangat besar ini yang dibangun oleh campur tangan Iblis, oleh semua yang telah datang melalui dosa – seluruh keadaan hal-hal di alam semesta Allah, dan ketidakberdayaan dan ketidakmampuan manusia untuk berkontribusi apa pun dalam upaya melepaskan dirinya sendiri. Situasinya membutuhkan sesuatu yang luar biasa agar pada akhirnya alam semesta akan dipenuhi dengan kemuliaan Allah. Semua makhluk malaikat ini sedang menyaksikan, hampir menahan nafas mereka, seolah-olah bertanya, ‘Bagaimana Ia akan melakukannya?’ Dan mereka menyaksikan apa yang Allah sedang lakukan di dalam saudara dan di dalam saya dan menemukan jawaban mereka di sana. Mereka menyaksikan kasih karunia yang sedang bekerja; sebab ada tertulis bahwa kita harus menjadi “terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia” (Efesus 1:6).
Bagaimana Ia akan memecahkan masalah kehidupan individu? Konstitusi orang yang bersangkutan itu sendiri bertentangan dengan Allah, namun sesuatu terjadi dalam hidup itu yang membuatnya bertentangan dengan dirinya sendiri, sama sekali tidak sesuai dengan kodratnya. Ada orang yang paling tidak sabar yang bisa saudara sentuh; tetapi lihatlah! Kasih karunia membuat orang yang paling tidak sabar, sabar dan lemah lembut, sabar dan menderita-lama. Ada satu yang secara alami pemarah, yang akan menyala-nyala dengan yang paling sedikit; kasih karunia membuatnya diam dan tenang. Saya duduk di samping seorang saudara laki-laki di Minneapolis, yang sedang berurusan dengan sedikit peralatan rumit, sebuah alat perekam, dan semua kabelnya telah terjerat dalam keruwetan yang mengerikan, membutuhkan waktu berjam-jam untuk diuraikan. Saya duduk di dekatnya sementara ia pergi bekerja dengan tenang, seolah-olah ia memiliki segala kekekalan untuk tugasnya. Ia berkata, ‘Kamu tahu, saudaraku, sebelum aku bertobat, aku akan kehilangan kesabaranku.’ Kasih karunia! Dan makhluk-makhluk sorgawi menyaksikan, melihat keajaiban kasih karunia Allah, apa yang Ia lakukan dalam hidup ini, dan dalam hidup itu, menjadikan mereka sama sekali berbeda dari apa mereka itu secara alami. “Pelbagai ragam” – ya, ‘banyak sisi’; hikmat Allah harus menemukan solusi bagi banyak masalah, sebanyak-banyaknya orang yang bersangkutan, dan kasih karunia Allah cukup untuk semuanya; dan demikianlah ada ibadah. Tuhan mungkin lebih peduli untuk mendapatkan kemuliaan bagi diri-Nya sendiri di alam semesta-Nya dengan ekspresi kasih karunia-Nya di dalam kita, daripada dengan sejumlah hal-hal yang kita lakukan untuk-Nya. Jadi kita harus menunggu, tidak melihat buah, dan menemukan segala jenis frustrasi dan kekecewaan. ‘Bukan di sini, tetapi di sana.’ Tetapi, tandailah, perwujudan-nya tidak hanya di beberapa waktu yang jauh – “sekarang, kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa.” Ini sedang terjadi sekarang.
Kita sampai pada aspek lain – ‘bukan sekarang, tetapi kemudian.’ “Siapakah … yang mau memperhatikan dan mendengarkannya untuk masa yang kemudian?” Kita tidak bisa menetap dengan konteks untuk menunjukkan apa yang dimaksudkan, tetapi di sana ada titiknya – “untuk masa yang kemudian.” Di sinilah di mana salah satu hal yang kami yakini perlu dibawa lebih dekat. Setelah semuanya, apakah kita percaya bahwa ada masa yang kemudian? Apakah kita percaya bahwa masa yang kemudian adalah masa yang lebih besar dari pada sekarang, bahwa yang sesudahnya jauh lebih besar dari pada sekarang, bahwa ada masa segala masa, dan bahwa seluruh hidup kita di bumi, betapapun lamanya mungkin, hanyalah sebuah bagian dari sebuah dispensasi? Apakah kita percaya bahwa pelayanan kita “pada masa yang akan datang” jauh lebih penting daripada pada masa ini? Dengan demikian, kita tidak mengesampingkan pentingnya hidup ini dan pentingnya mengambil peluang-peluang dan mempergunakan waktu yang ada; tetapi, bagaimanapun, ketika kita telah melakukan semua yang mungkin dan menggunakan waktu yang ada dengan sepenuhnya, hidup kita hanyalah suatu masa yang hilang; dan tepat ketika kita sampai di tempat di mana kita mungkin memiliki sesuatu untuk diberikan, ketika kita telah belajar sesuatu yang mungkin bernilai bagi orang-orang di sini, kita pergi. Sungguh suatu teka-teki hidup itu, sungguh suatu masalah! “Untuk masa yang kemudian.” Saudara perhatikan para Rasul – mereka selalu memiliki mata mereka tertuju pada hal itu. “Aku akan berusaha, supaya juga sesudah kepergianku itu kamu selalu mengingat semuanya itu” kata salah satu dari mereka (2 Petrus 1:15). Itu adalah ujian nyatanya – apakah kita ingin selalu ada dalam pandangan, dan kecuali kita melakukan sesuatu, dan melakukannya dalam masa hidup kita, kita tidak tertarik sama sekali pada hal itu. Namun saudara akan siap besok untuk pergi ke Cina atau India dan melayani Tuhan selama beberapa minggu dan menyerahkan hidup saudara, baik dalam kesyahidan atau dalam sakit. Pertanyaannya muncul, Akankah itu layak? Banyak pemuda yang telah secara sukarela berada di masa krisis dan kebutuhan nasional, menghadapi apa yang mungkin tak terhindarkan – beberapa hari di medan perang, dan kemudian hidup berakhir. Ia pikir itu layak, ia siap untuk itu. Saudara siap untuk itu. Mengapa? – “untuk masa yang kemudian,” untuk yang sesudahnya. Itu saja? Jika kita tidak benar-benar percaya untuk beberapa yang sesudahnya, bahwa biayanya sepadan dengan yang sesudahnya, kita tidak akan melakukan apa yang kita lakukan. Saudara percaya itu akan layak di sesudahnya untuk pergi hanya untuk sebulan ke India dan mati, apakah demikian? Jika saudara tidak, saudara tidak berhak untuk pergi.
“Untuk masa yang kemudian.” Marilah kita miliki “masa yang kemudian” sebagai motif yang nyata dalam hidup. Buah tidak akan semuanya langsung ada; hanya sebagian kecil dari makna hal-hal yang bisa ada di masa kita. Seluruh berat nilai akan muncul lagi di sesudahnya. Kita harus hidup bukan hanya untuk saat ini, karena, meskipun kita hidup sampai ke puncak untuk masa kita sendiri, kita tidak dapat berbuat banyak atau menjadi banyak, dan saya ragu apakah hasilnya di sini sepadan dengan biayanya. Semua biaya ini hanya untuk seumur hidup? Tidak, untuk masa yang kemudian; dan mungkin Tuhan sedang berurusan dengan kita sebagaimananya Dia, tidak terutama untuk saat ini – meskipun mungkin ada banyak bahkan di masa yang sekarang ini. Masa sekarang ini adalah benih yang ditanamkan yang nantinya akan ada lebih banyak lagi. Ia memiliki dalam pandangan “masa segala masa.” Efesus 3:10 berkata, “kepada pemerintah-pemerintah … pelbagai ragam hikmat Allah.” Ya, tapi Efesus 2:7 berkata, “pada masa yang akan datang … kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpah-limpah …”
Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.