oleh
T. Austin-Sparks
Diedit dan disediakan oleh Golden Candlestick Trust. Judul asli: "A Christian's Anchors". (Diterjemahkan oleh Silvia Arifin)
“Sebab manusia bersumpah demi orang yang lebih tinggi, dan sumpah itu menjadi suatu pengokohan baginya, yang mengakhiri segala bantahan. Karena itu, untuk lebih meyakinkan mereka yang berhak menerima janji itu akan kepastian putusan-Nya, Allah telah mengikat diri-Nya dengan sumpah, supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah, tentang mana Allah tidak mungkin berdusta, kita yang mencari perlindungan, beroleh dorongan yang kuat untuk menjangkau pengharapan yang terletak di depan kita. Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir, di mana Yesus telah masuk sebagai Perintis bagi kita, ketika Ia, menurut peraturan Melkisedek, menjadi Imam Besar sampai selama-lamanya.” (Ibrani 6:16-20).
“Tugas ini kuberikan kepadamu, Timotius anakku, sesuai dengan apa yang telah dinubuatkan tentang dirimu, supaya dikuatkan oleh nubuat itu engkau memperjuangkan perjuangan yang baik dengan iman dan hati nurani yang murni. Beberapa orang telah menolak hati nuraninya yang murni itu, dan karena itu kandaslah iman mereka …” (1 Timotius 1:18-19).
“Dan karena takut, bahwa kami akan terkandas di salah satu batu karang, mereka membuang empat sauh di buritan, dan kami sangat berharap mudah-mudahan hari lekas siang. Akan tetapi anak-anak kapal berusaha untuk melarikan diri dari kapal. Mereka menurunkan sekoci, dan berbuat seolah-olah mereka hendak melabuhkan beberapa sauh di haluan. Karena itu Paulus berkata kepada perwira dan prajurit-prajuritnya: “Jika mereka tidak tinggal di kapal, kamu tidak mungkin selamat.” Lalu prajurit-prajurit itu memotong tali sekoci dan membiarkannya hanyut.” (Kisah Para Rasul 27:29-32).
Tampaknya bahwa kapal ini, apa pun lainnya yang dibawanya dalam muatannya, membawa muatan sauh-sauh yang cukup banyak. Mereka membuang empat sauh di buritan dan kemudian dikatakan bahwa anak-anak kapal menurunkan sekoci seolah-olah hendak melabuhkan lebih banyak lagi sauh di haluan, jadi mereka sangatlah berkecukupan mengenai sauh. Jelas-jelas mereka berpengalaman dalam apa yang bisa terjadi di Laut Besar Mediterania. Beberapa dari kita telah melihat beberapa badai di perairan itu dan telah melihat titik sebenarnya di mana kapal ini hancur, dan kita tahu persis seperti apa itu.
Tetapi tidak pernah ada suatu situasi Mediterania yang dapat dibandingkan dengan apa yang harus saudara temui secara rohani ketika kesejahteraan kekal jiwa saudara dipertaruhkan. Kekuatan yang sedang bekerja untuk membawa suatu jiwa ke kehancuran, untuk mencegah seorang laki-laki atau perempuan mencapai sorga yang ditunjuk-kan dan dikehendaki oleh Allah, jauh lebih besar dan lebih mengerikan dan lebih gigih daripada apa pun yang telah pernah ditemukan dalam dunia alami badai-badai. Tentu saja, saudara tidak tahu itu sampai saudara benar-benar menetapkan diri saudara ke arah kehendak Allah. Banyak sekali orang-orang di dunia ini yang tampaknya rukun, tidak memiliki banyak kesulitan, dan berpikir bahwa mereka akan mencapai (dengan cara yang santai dan riang) tempat di mana Allah kehendaki bagi mereka. Itu adalah sebuah ilusi. Belum pernah ada hubungan yang pasti dan serius dengan kehendak Allah, tujuan Allah, kecuali telah ada peningkatan konflik dan badai yang hebat untuk membuat perwujudan itu tidak mungkin, dan saya katakan ketika seorang laki-laki atau seorang perempuan sungguh benar-benar memiliki sebuah pemahaman dengan Allah bahwa kehendak dan tujuan-Nya harus diwujudkan di dalam hidup mereka dan bahwa mereka menyerahkan diri mereka kepada-Nya untuk itu, maka hidup yang seperti itu akan tahu bahwa ini tidak semuanya berlayar mulus, santai. Akan ada kekuatan yang tidak terbayangkan muncul untuk menghalangi itu, untuk membuat itu tidak mungkin.
Jalan keselamatan sebuah jiwa adalah jalan konflik yang tidak kurang dari seluruh kuasa sorga dan neraka terkunci dalam pertempuran atas jiwa itu. Itu tidak berlebih-lebihan. Cepat atau lambat akan diketahui bahwa kita tidak akan bisa melaluinya dengan begitu mudahnya. Pada tahap awal dari kisah ini, orang-orang ini mengira mereka telah mendapatkan keinginan mereka – “angin sepoi-sepoi bertiup dari selatan.” Hal itu tampaknya berjalan dengan sangat baik. Oh tidak, itu bukanlah pengalaman mereka yang benar-benar bersatu dengan Allah untuk tujuan-Nya, dan kita akan menemukan bahwa kita membutuhkan muatan sauh-sauh yang baik sebelum kita bisa melaluinya.
Jika ada satu hal yang kita butuhkan, ini akan menjadi sauh. Kita akan ditempatkan di bawah pengujian dan tekanan yang luar biasa dan harus ada kekuatan pegangan yang nyata atau kita akan terkandas di atas batu karang secara rohani, takdir kita akan menjadi kandas. Ada mereka yang disebut dalam Perjanjian Baru sebagai mereka yang “telah menolak hati nuraninya yang murni itu, dan karena itu kandaslah iman mereka” (1 Timotius 1:19). Itu adalah kemungkinan yang mengerikan. Tetapi ada mereka juga yang disebut sebagai yang memiliki “sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir” (Ibrani 6:19). Nah, sauh adalah bagian penting dari peralatan kita, dan dengan cara yang sangat sederhana, saya mengusulkan untuk menyebutkan kepada saudara empat dari muatan sauh yang benar-benar diperlukan, tetapi, puji Allah, yang telah disediakan untuk keamanan kita. “Mereka membuang empat sauh di buritan,” dan kita akan menemukan bahwa kekuatan yang mengemudi, untuk membawa kita segera ke kehancuran, harus dilawan oleh empat sauh ini setidaknya, tetapi saya pikir mereka akan terbukti cukup. Mereka sangat sederhana dan saya pikir saya dapat mengatakan dalam arti tertentu, bahwa Perjanjian Baru secara keseluruhan dipenuhi dengan empat hal ini.
Yang pertama adalah ini – “Kristus telah mati karena dosa-dosa kita” (1 Korintus 15:3). Itu adalah pernyataan fakta, itu adalah ketentuan Allah yang perkasa dan murah hati untuk keamanan kita, untuk keselamatan kita di bawah tekanan, di bawah ketegangan, di bawah kendali pendakwa, seseorang yang selalu berusaha untuk membawa kita ke bawah penghukuman itu sendiri di mana kita semua terletak secara alami, yang merupakan hal yang sempurnanya benar tentang kita. Sampai fakta besar ini menjadi sesuatu yang ditangkap oleh kita, oleh iman kita, kita secara alami berada di bawah penghukuman. Seluruh bangsa berada di bawah penghakiman secara alami dan Iblis memiliki dasarnya dan haknya untuk mendakwa, untuk mengajukan seluruh pertanyaan tentang posisi kita di hadapan Allah dan penerimaan kita dengan Allah, sampai kita telah memegang sauh ini dan berteguh: “Kristus telah mati karena dosa-dosa kita.”
Sekarang, apakah saudara telah mendapatkan jaminan itu? Kita baru saja bernyanyi:
Sekarang, saudara semua menyanyikan kata-kata itu. Apakah saudara menyanyikannya sebagai sesuatu yang nyata di mana saudara bersangkutan atau hanya sebagai bagian dari bentuk ibadah malam hari?
Saudara tahu, di antara sauh dan kapal yang akan dipegang, pasti ada sebuah hubungan. Beberapa dari saudara tahu bahwa kami telah melakukan sedikit di Utara dalam upaya membantu orang-orang di kapal-kapal dagang dari penyampaian tujuan di mana kita akan berlayar, dan ini adalah tentang bukan-musim-panas yang terburuk dalam sejarah kami! Kami telah mengalami beberapa badai dan angin ribut yang hebat dan dalam perjalanan hanya beberapa hari saya kehilangan tiga sauh dan saya membuktikan nilai luar biasa dan pentingnya dari sauh. Angin kencang bangkit, tambatan rusak, dan, karena tidak membawa lebih dari dua sauh, kami mengeluarkan dua sauh itu, yang besar dan yang kecil. Yang satu terkait pada kabel besi; yang satu lagi terkait pada tali, tetapi tali yang cukup kuat. Batu-batu karang tidak jauh dari situ, tetapi tali yang diikat ke sauh yang lebih besar hanya bertahan selama beberapa jam dan segera menipis seperti benang. Sauh itu hilang dan hubungan itu terputus. Sekarang semuanya tergantung pada kabel dan sauh yang lainnya dan kami harus melakukan beberapa doa dan banyak berdoa karena secara alami situasinya cukup tanpa harapan, kami telah melihat sesuatu terjadi di sana sebelumnya. Tapi, puji Allah, sauh itu bertahan dan kabel itu bertahan dan badai yang panjang itu terlewati. Tetapi saya kira kita sebaiknya menghadapinya, bahwa, meskipun kami berdoa dan mempercayai Tuhan, kami memperhatikan dengan cemas apa yang akan terjadi.
Saya sedang mengatakan bahwa di antara kapal atau apa yang harus dipegang, ada sebuah koneksi dan koneksi itu adalah iman dan iman itu harus memegang dan terus memegang dengan kuat dan secara terus menerus. Sauh itu pasti, sauh itu telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir, sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita. Sauh itu tidak akan menyeret, sauh itu tidak akan patah, tidak akan lepas, tetapi bagaimana dengan pegangan kita, iman kita pada kenyataan bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita? Jika saudara dan saya akan mempercayai hal itu dengan teguh, kita akan mengatasi badai. Ini bukanlah iman kita yang menciptakan fakta dan ini bukanlah iman kita yang merupakan faktor terakhir dalam keselamatan kita, ini adalah pekerjaan-Nya. Pekerjaan-Nya pasti, lengkap, aman, dan menyeluruh. Ia telah mati karena dosa-dosa kita. Kelemahan dari seluruh posisi adalah bahwa kita sangat lemah dan tidak konsisten dalam pegangan kita pada fakta itu. Sauh itu baik-baik saja, saudara tidak perlu khawatir tentang sauh itu, tetapi marilah kita pastikan bahwa kita tidak membuat pekerjaan Kristus yang agung, pekerjaan Kristus yang positif, penuh, dan final menjadi tidak ada pengaruhnya karena sikap kita terhadapnya. Ya, itu adalah sauh pertama, sangat sederhana, tetapi kita tidak dapat mencapai apa pun sampai kita telah mengambilnya – Kristus telah mati karena dosa-dosa kita. Apakah saudara cukup jelas tentang hal itu?
Pada kesempatan lain, kami menjatuhkan sauh dan ketika kami datang untuk mengangkatnya, kami menemukan bahwa kabelnya telah rusak (menjadi terjerat) dan saat itu adalah saat air pasang. Kabelnya tidak bisa ditarik dan dipindahkan, apa yang bisa dilakukan? Kami mencoba menariknya beberapa kali, tetapi kami bisa dikatakan mungkin saja sedang mencoba menarik dasar laut ke atas. Sauh itu sungguh kotor. Apa yang bisa dilakukan? Tidak ada! Kami harus pergi, kami tidak bisa tinggal di sana sepanjang malam, tidak ada yang bisa dilakukan selain melepaskan semua kabel kami dan meninggalkan sauh dan kabel di belakang dan meneruskan, dan itu hanyalah setelah kami kehilangan sauh lainnya, jadi kami tidak memiliki sauh lagi. Kami harus melakukan perjalanan tanpa sauh. Jika mesinnya mogok, tanpa layar, kami berada di tangan segalanya.
Sebuah sauh adalah hal yang penting, banyak hal yang tergantung pada sauh. Banyak orang yang sauhnya telah ganjal, dan sauh itu telah seluruhnya terjerat, mereka tidak jelas tentang hal-hal. Apakah saudara cukup jelas tentang masalah ini, cukup yakin? Apakah ini cukup mudah? “Kristus telah mati karena dosa-dosa kita.” Sekarang saudara percaya sekali, mungkin, dan saudara masuk ke dalam sukacita dari hal itu dan saudara tahu sukacita dari keselamatan-Nya, tetapi saudara telah tercampur aduk sejak saat itu, seluruhnya kusut, dan itu sama baiknya dengan tidak memiliki sauh sama sekali untuk berada di mana saudara berada. Saudara telah kehilangan kepastian saudara, saudara telah kehilangan kepercayaan saudara, keterus-terangan, dari keselamatan ini.
Nah, saudara ingin tahu apa yang kami lakukan tentang itu. Apakah kami mengorbankan sauh dan kabel kami? – dan itu adalah kabel yang panjang. Oh ya, hanya sebentar, kami harus pergi, tetapi kami kembali sekitar satu hari setelah itu pada saat air surut dan kami bisa melihat sauh kami, sauh itu bisa dijangkau dan dibersihkan. Tetapi kami memiliki pengalaman yang sangat menyenangkan. Seseorang di dekat sana tahu tentang kesulitan kami dan apa yang telah terjadi, dan ketika kami kembali, kami menemukan bahwa ia telah membersihkannya untuk kami dan menyiapkannya untuk dibawa pergi, tetapi itu mungkin tidak masuk dalam analogi kami. Kita harus menjadi jelas, kita harus mendapatkan masalah ini diuraikan, kita tidak akan meninggalkan fakta besar tentang kematian Kristus karena dosa-dosa kita ini. Kita mungkin telah menjadi sedikit kusut, sedikit berantakan, dan kehilangan kepastian mutlak kita dan keterbukaan kepercayaan kita, tetapi kita tidak akan meninggalkan itu. Tidak, mari kita kembali.
Kami memiliki sebuah kios Alkitab kecil di Utara untuk Tentara dan minggu lalu saya diberitahu tentang seorang tentara Amerika yang datang ke dalam kios itu dan melihat Alkitab dan Perjanjian-Perjanjian dan hal-hal lainnya dan kemudian berkata kepada orang yang ada di sana: “Dari denominasi apakah kamu?”
“Tidak ada denominasi!”
“Oh, aku kira kamu adalah seorang Presbiterian, Baptis, Metodis, Bala Keselamatan dan yang lainnya campur aduk: bukankah?”
“Tidak, kami hanya milik Tuhan!” Tentu saja, ini semua adalah permainan karena ada hal lain yang sedang terjadi. Setelah beberapa menit, ia berkata: “Baiklah, aku akan mengatakan yang sebenarnya; aku adalah dari Bala Keselamatan tetapi aku adalah orang yang murtad!”
Baiklah, jawabannya adalah, “Kamu tidak perlu bahwa jalan keselamatan harus ditunjukkan kepada kamu, kamu tahu apa yang harus dilakukan, kamu tahu ke mana kamu harus pergi!” Ia berkata, “Ya; baiklah, aku mungkin akan kembali dan bertemu denganmu lagi!”
“Oh, itu bukanlah masalah pentingnya, masalahnya adalah kamu kembali kepada Tuhan.” Ia berkata, “Sangat mungkin aku akan melakukannya!”
Ia telah menjadi terjerat. Apakah saudara telah menjauh dari Tuhan, kehilangan kepastian saudara? Apakah saudara bisa mengatakan sesuatu seperti itu? Tidak, melangkahlah lebih jauh dari itu. Bukan, “Sangat mungkin aku akan melakukannya”; tetapi, “Aku akan kembali!” Peganglah sauh itu kembali, bersihkanlah; sauh itu ada di sana, sauh itu masih sauh yang sama seperti sebelumnya, masih kebenaran yang sama. Sauh itu tidak berubah, sauh itu tidak kehilangan apa pun. Saudara mungkin bingung; tetapi sauh itu sama saja sekarang seperti dahulu. “Kristus mati karena dosa-dosa kita.”
Sauh kedua – Kristus yang bangkit adalah Hidup kita. Itu adalah sauh kedua, dan ini membawa hal-hal lebih jauh dengan cara ini, bahwa ini mengubah posisi dari yang objektif menjadi yang subjektif. Kristus mati karena dosa-dosa kita – itu adalah kebenaran yang mulia di luar diri kita sendiri seluruhnya untuk dijadikan pegangan, tetapi Kristus yang telah bangkit telah menjadi Hidup kita, dan itu bukan hanya sesuatu yang objektif, itu adalah sesuatu yang batiniah. Ketika kita telah memegang pekerjaan penebusan-Nya untuk dosa-dosa kita, ketika iman kita telah benar-benar memahami itu, maka sebagai Kristus yang telah bangkit dan hidup oleh Roh-Nya, Ia datang untuk berdiam di dalam batin untuk menjadi Hidup kita, dan itu adalah hal yang perkasa. Oh, betapa kita berutang kepada Kristus yang berdiam di dalam kita, sebagai Hidup yang berdiam di dalam dari Tuhan yang bangkit! Berapa banyak badai yang telah benar-benar kita lewati karena itu!
Ah, ada banyak orang di sini yang sangat siap untuk berkata, “Ya, aku tahu betul aku tidak akan pernah dapat melewati kecuali karena kuasa Kristus yang berdiam di dalam, kecuali karena Tuhan yang hidup sebagai hidup-ku!” Ya, kita bisa mengatakan itu, kita mengetahuinya. Kita tahu tekanan dari kuasa-kuasa yang ditakuti ini yang melawan kita, tetapi kita tahu bahwa “Roh yang ada di dalam kamu lebih besar daripada roh yang ada di dalam dunia” (1 Yohanes 4:4)? Dan mengapa saudara tidak percaya itu, hai orang-orang Kristen? Mengapa kita tidak berpegang pada itu? Lihatlah ke belakang selama beberapa tahun dan lihatlah badai seperti apa yang telah saudara alami, angin ribut seperti apa, murka mengerikan dari penindas, kuasa mengerikan dari yang jahat dan neraka yang turun ke atas saudara untuk kehancuran dan kebinasaan saudara, dan beritahu saya: apakah saudara ada di sini pada malam ini karena saudara telah begitu kuat dan tahan lama dan mampu mengatasinya? Tidak, saudara tahu betul bahwa jika itu telah dibiarkan kepada diri saudara sendiri, saudara pastinya sudah kebanjiran dan tenggelam dan kandas sejak dulu, tetapi saudara ada di sini. Mengapa? Sebab Kristus adalah Hidup saudara dengan cara berdiam di dalam, dan jika itu bisa terjadi pada akhir lima, sepuluh, lima belas, dua puluh tahun, tidak dapatkah itu terjadi sama pada akhir lima puluh tahun? Tidak bisakah kebenaran itu menyelamatkan saudara pada akhirnya? Kristus Hidup saudara. Mengapa tidak memegangnya, menggapainya, percaya saja. Itu adalah sauh bagi jiwa.
Sauh nomor 3 – Kristus di tengah-tengah adalah pengharapan kita. Rasul berkata: “Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan” (Kolose 1:27). Apakah saudara tahu bahwa salah satu gelar Allah di dalam Perjanjian Baru adalah bahwa Ia adalah Allah Sumber Pengharapan? “Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu” (Roma 15:13). Allah sumber pengharapan. Inilah Dia, Allah sumber pengharapan; di sinilah saudara, di antara, sukacita dan damai sejahtera dari dikaitkan dengan-Nya dalam iman. Allah sumber pengharapan – dan betapa banyak yang tergantung pada itu.
Kembalilah ke awal Alkitab saudara, lihatlah bagaimana itu dimulai; sebuah dunia dalam kehancuran, dalam kekacauan, dalam kegelapan, dalam kematian, dalam kebinasaan; Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. Apa yang sedang Ia lakukan? Mengapa melayang-layang? Mengapa Ia tidak meninggalkannya, mengapa Ia tidak meninggalkannya selamanya? Tidak, Ia melayang-layang, Ia adalah Allah sumber pengharapan. Dari kehancuran dan kekacauan itu, Ia akan membuat kosmos keindahan yang transenden, keteraturan yang indah. Allah sumber pengharapan!
Beberapa saat kemudian, Allah melihat kejahatan manusia bahwa kejahatan itu besar di bumi (Kejadian 6:5), tidak ada yang berbuat baik – zaman Nuh. Allah melihat bahwa semuanya harus dibawa ke dalam penghakiman, tetapi Ia adalah Allah sumber pengharapan dan Ia mengamankan jalan perwujudan dari pengharapan-Nya kembali dalam tabut itu. Tabut adalah simbol dari pengharapan-Nya, ini adalah suatu tipe Kristus di mana, melalui badai penghakiman dan kehancuran, perlindungan, keselamatan, keamanan ditemukan. Ia adalah Allah sumber pengharapan.
Saudara terus membaca Alkitab dan saudara menemukan berulang kali suatu situasi yang nyaris tanpa harapan. Israel, gagal, hancur, ya, hampir tidak ada harapan, tetapi Allah tidak meninggalkan harapan, dan jika ada satu kisah yang ditulis dalam sejarah dunia ini yang menunjukkan Allah sebagai Allah sumber pengharapan, ini adalah kisah Israel. Ya, saudara dapat mengatakan semua yang saudara sukai tentang orang-orang Yahudi, berbicara secara umum, dan saudara mungkin menemukan ada banyak kebenaran – saya tidak tahu apakah ini adalah reaksi yang tepat untuk mengatakan bahwa semua hal ini tidak benar. Katakan apa yang saudara sukai tentang orang-orang Yahudi, dan saudara akan menemukan ada banyak kebenaran di dalamnya, tetapi reaksinya adalah ini: bukankah itu semua semakin menunjukkan kasih karunia Allah? Jika masih ada harapan, jika masih ada keselamatan, maka Allah memang adalah Allah sumber pengharapan dalam terang semua yang bisa kita katakan tentang Israel atau bangsa-bangsa lain – dan ada masa depan yang gemilang bagi keduanya, karena Allah tidak putus asa. Allah tidak pernah putus asa. Ia adalah Allah sumber pengharapan. Ada sebuah sauh untuk saudara. Yang terburuk yang bisa kita katakan tentang diri kita sendiri mungkin benar – Allah tahu jauh lebih banyak daripada kita tentang diri kita sendiri sampai ke kedalaman keberdosaan kita. Ia tahu yang terburuk, tetapi Ia tidak putus asa. Ia adalah Allah sumber pengharapan, dan rahasia kedatangan kita ke dalam pengharapan Allah dan perwujudan dari pengharapan Allah adalah “Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan.” Lawan dari kemuliaan adalah rasa malu, dan mereka yang percaya kepada Tuhan tidak akan malu. Allah sumber pengharapan, oleh karena itu Allah yang Mahamulia (Kisah Para Rasul 7:2).
Akhirnya, sauh keempat – Kristus pengantara, jaminan kita. “Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka” (Ibrani 7:25), adalah kata yang tepat. Di sini adalah Petrus: Petrus, dengan segala kepercayaan-diri dan keyakinan-diri: “Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak … Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau” (Matius 26:33, 35), dan dalam beberapa jam kemudian, ia menyangkal dengan sumpah dan kutukan bahwa ia bahkan mengenal Kristus. Keruntuhan yang luar biasa, kehancuran yang luar biasa! Tidak heran Petrus putus asa. Tuhan telah memberitahunya semua tentang itu sebelum hal itu terjadi. Ia berkata, “Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum” (Lukas 22:31). Kata-kata itu menyiratkan, mereka benar-benar menyatakan dalam aslinya, bahwa Iblis telah mengamankan Petrus dengan menuntut, dan ia telah memperoleh tuntutannya. Tuhan tidak berkata, “Iblis telah menuntut untuk memiliki-mu tetapi Ia tidak akan memiliki-mu!” Tetapi, “Ia telah mendapatkan-mu untuk menampi kamu seperti gandum.” “Tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur.” Iblis dapat mengguncang, dapat menampi, dapat memiliki banyak kebebasan yang diberikan kepadanya, dapat diizinkan untuk memegang, dapat menjadi alat kedaulatan Ilahi untuk menghancurkan kejahatan diri itu, kepercayaan-diri, keyakinan-diri, kepenuhan-diri kita, untuk menghancurkan dan membawa kita ke tempat di mana kita tahu bahwa hanya kasih karunia Allah yang akan membawa kita melaluinya.
Iblis terbiasa melakukan pekerjaan Allah seperti itu di dalam kita. Tetapi sementara Ia melakukannya, ini adalah pengalaman yang mengerikan, penghancuran ini, pengosongan ini, penggilingan ini menjadi bubuk. Iblis melakukan pekerjaannya dengan saksama dan, jika ia bisa, ia akan melampaui batas dan benar-benar menghancurkan seluruhnya. Tetapi untuk satu hal, itu akan menjadi keputusasaan, itu akan menjadi kehancuran total – tetapi untuk satu hal: “Aku telah berdoa untuk engkau!” Ia senantiasa hidup untuk menjadi Pengantara kita. Ada sebuah sauh di masa percobaan, di masa tekanan iblis, di saat penampian, pemurnian, di saat konflik, saat ketika kita tampaknya dibawa kepada kehancuran dan diakhiri. Apa yang kita miliki untuk memegang kita? “Aku telah berdoa untuk engkau!” Ia senantiasa hidup untuk menjadi Pengantara kita. Percayalah itu ketika saudara tidak dapat berdoa untuk diri saudara sendiri. Ingatlah ada Satu yang berdoa untuk engkau yang doanya akan lebih besar dari pada doa saudara dan akan menang.
Ketika tidak ada doa yang tampaknya melewati, ada Seseorang yang doanya telah melewati. Jika ini adalah sebuah fakta – Firman Allah menyatakannya – dan jika ini adalah sebuah fakta (dan kita harus mengesampingkan ‘jika’ seluruhnya, tetapi untuk argumen kita membiarkannya termasuk), jika ini adalah sebuah fakta, maka tentunya kita berutang jauh lebih banyak dari apa yang dapat kita bayangkan pada fakta bahwa Tuhan Yesus hidup sekarang untuk menjadi Pengantara bagi kita. Oh, berapa kali kita harus melalui hanya oleh kekuatan Pengantaraan-Nya! Ia menang dalam doa untuk kita, ketika tidak ada kemenangan oleh kita.
Nah, keluarkan sauh saudara dan lawan dorongan dari kekuatan penghancuran ini oleh pekerjaan dan Pribadi yang hidup dan pengantaraan sorgawi yang mulia dari Anak Allah.
Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.