Austin-Sparks.net

Kecemburuan bagi Allah

oleh T. Austin-Sparks

Pertama kali diterbitkan dalam majalah "A Witness and A Testimony" Juli-Agustus 1960, Jilid 38-4. Judul asli: "Jealousy for God". (Diterjemahkan oleh Silvia Arifin)

“Segera sesudah Ahab melihat Elia, ia berkata kepadanya: “Engkaukah itu, yang mencelakakan Israel?” Jawab Elia kepadanya: “Bukan aku yang mencelakakan Israel, melainkan engkau ini dan kaum keluargamu” (1 Raja-Raja 18:17,18).

“Jawabnya: “Aku bekerja segiat-giatnya bagi Tuhan, Allah semesta alam” (1 Raja-Raja 19:10).

Ketika kita menggabungkan kedua kalimat-kalimat itu – “Aku bekerja segiat-giatnya (cemburu) bagi Tuhan”; “Engkaukah itu, yang mencelakakan Israel?” – kita menemukan dua sudut pandang yang berbeda dan berlawanan. Di satu sisi, klaim-nya – benar-benar terdukung, dan tak diragukan lagi benar – telah bekerja segiat-giatnya bagi Tuhan. Dan di sisi lain, istilah ini, uraian ini, digunakan untuk orang yang sama: “Engkau yang mencelakakan Israel.” Tapi penjajaran itu membawa sesuatu yang sangat penting. Untuk bekerja segiat-giatnya bagi Tuhan pasti akan berarti bahwa saudara adalah seorang yang mencelakakan Israel. Memang, biasanya hal ini bekerja seperti itu. Saudara tidak akan memberi banyak masalah kepada siapa pun – maksud saya masalah rohani – jika saudara tidak cemburu bagi Tuhan. Tapi jika saudara cemburu bagi Tuhan, jangan salah, beginilah bagaimana hal ini akan datang kembali pada saudara: ‘Engkau, yang mencelakakan Israel!’

NABI SEBAGAI ‘PEMBUAT CELAKA’

Sekarang, meskipun Elia tampaknya telah menolak tuduhan tersebut, dan ada kebenaran dan hak atas perbuatannya itu, namun tuduhan itu benar. Ahab, sekali dalam hidupnya, telah berkata kebenaran, tapi berkata kebenaran dengan cara yang ia tidak sadari. Ini pada dasarnya adalah bagian dari pelayanan alat nubuat, untuk menimbulkan masalah. Hal ini tak terelak-kan; ini ada dalam sifat hal-hal itu sendiri. Sebab fungsi nabi itu sendiri datang ke dalam pandangan ketika segala sesuatu tidak benar. Jika segala sesuatu tidak pernah salah, tidak pernah perlu disesuaikan, dikoreksi, atau dibawa ke tingkat kepenuhan rohani yang lebih besar lagi, tidak akan ada kebutuhan untuk para nabi. Kita akan tahu sangat sedikit tentang nabi-nabi, jika segalanya telah berjalan dengan baik sebagaimana seharusnya. Fungsi nabi-nabi adalah untuk menjaga dan memegang di hadapan umat Allah, pikiran penuh Allah mengenai mereka, terutama di hadapan hal-hal tertentu yang bekerja dengan sangat pasti melawannya. Dan ini hanyalah karena bentrokan dan konflik itu, masalahnya muncul.

Tuduhan Elia terhadap Ahab benar-benar nyata; tapi ‘celaka’ yang dimaksudkan Ahab tidak ada dalam Elia – celaka ini sangat melekat dalam kondisi rohani pada saat itu. Akar dan sebab sebenarnya ada di sana. Tidak akan ada ‘celaka’, kecuali ada orang-orang seperti Elia; semuanya akan tetap diam. Ketika Elia ada di sana, Ahab mengetahuinya, dan mencarinya dari atas sampai bawah. Ia adalah faktor menjengkelkan dan memperparah yang besar. Meskipun untuk waktu yang lama tersembunyi, namun kehadirannya itu sendiri di negeri memiliki efek menyeret hal ini keluar – penyesatan dan korupsi rohani ini, yang adalah, bagaimanapun juga, merupakan akar masalahnya. Ini tidak bisa berlangsung tanpa tertandingi, sementara orang seperti Elia ada di sana. Pada saat ini, saya sama sekali tidak sedang memperhatikan pribadi Elia itu sendiri, tentang apa yang diwakili oleh-nya: kehadiran akan beberapa kesaksian rohani yang hidup, yang terkandung; hal yang menjengkelkan, merepotkan, memperparah, selalu di suatu tempat. Seperti yang saudara perhatikan di dalam pasal ini, Ahab mengirim ke seluruh panjang dan luas negeri itu, untuk mencoba menemukan Elia. Kalau saja ia bisa menguasai orang INI, dan menghancurkan orang INI, pikirnya, ia bisa menyingkirkan ‘celaka’ itu.

Hal ini membawa kita ke beberapa kesimpulan yang sangat pasti. Jika ada pertentangan, benturan, antara dua yang tak dapat terdamaikan, akan selalu ada masalah. Mengingat kecenderungan penurunan sifat manusia yang tidak dapat diperbaiki, dan, di mana pun sifat itu tertantang, saudara akan mengalami masalah. Bahwa ada hal semacam itu di dalam kodrat manusia tidak diperlukan argumentasi. Kita tahu betul bahwa setiap perubahan apa pun dari kecenderungan itu, menuju ke atas, tidak peduli dalam alam apa, selalu penuh dengan kerja keras, dengan konflik. Ini adalah sifat hal-hal untuk menurun. Diamkan apa pun dalam ciptaan ini pada dirinya sendiri, dan hal itu merosot; kita tahu itu benar. Setiap upaya, setiap usaha untuk memperbaiki hal-hal, di setiap alam, penuh dengan konflik. Itu jelas benar akan sifat manusia. Sifat manusia benci diganggu, dipermasalahkan atau diusik; ia ingin memiliki jalannya sendiri. Secara moral dan secara rohani, kecenderungan-nya selalu untuk menurun; jika itu ditantang, akan ada masalah.

ISRAEL MEMBERIKAN CONTOH KECENDERUNGAN MANUSIA UNTUK MENURUN

Betapa sangat benarnya prinsip dan hukum itu di Israel! Tidak pernah dalam sejarah umat manusia telah dilakukan eksperimen semacam itu, seperti yang dilakukan Allah dengan Israel. Allah melakukan segala sesuatu yang bisa dilakukan untuk memungkinkan kecenderungan untuk meningkat dalam kehidupan sebuah bangsa. Ia memberikannya sistem hukum dan peraturan yang terbaik, untuk setiap departemen kehidupan-nya – fisik, moral, rohani. Ia memberikannya kondisi terbaik, di negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya; suatu negeri yang hanya melompat menanggapi setiap sedikit usaha untuk membuatnya berbuah. Allah menunjukkan ketekunan dan kesabaran yang tak terbatas kepada umat itu. Tidak pernah eksperimen seperti itu dilakukan dalam sejarah manusia, seperti yang dilakukan dengan Israel.

Mereka hanya harus menjawab kepada Allah dengan cara kecil apa pun, dan segera Ia memberkati. Jika mereka melakukan ini, di alam sementara, segera mereka mendapat berkat untuk itu; segera mereka menerima balasan. Mereka hanya perlu meminta, dan Ia memberi. Mereka hanya harus melakukan, dan Ia keluar kepada mereka. Kita sering berharap (diam-diam) bahwa kita hidup pada masa itu, ketika tanggapan sementara Allah begitu indahnya! Ya, bahkan ketika mereka tidak benar dengan Dia, jika, di tengah-tengah sikap kriminal mereka terhadap Allah, mereka merendahkan diri dan berdoa, Allah sepertinya melupakan semuanya, dan segera datang kepada mereka. Allah sedang melakukan suatu percobaan. Tepat di pusat alam semesta-Nya, Ia sedang memberikan sebuah pelajaran untuk seluruh zaman, untuk semua kecerdasan untuk amati, untuk dibaca. Ia menempatkan orang-orang ini di sana di bawah kondisi yang paling menguntungkan – secara fisik, geografis, moral dan rohani – yang dapat Ia berikan. Sikap-Nya adalah: Jika engkau kehendaki, Aku akan melakukannya, dan tidak akan ada penundaan tentang itu.

Apa jumlah dari keseluruhannya? Apa kisah-nya saat saudara membacanya? Sebuah cerita yang menakjubkan! Ini adalah, terlepas dari semuanya, jalannya selalu menurun, menurun, menurun. Ini adalah sesuatu yang tidak dapat diperbaiki, sesuatu yang begar. Allah telah menunjukkan untuk segala waktu, sepanjang masa, bahwa ada sesuatu di dalam diri manusia, DALAM manusia, yang lebih dalam dan lebih kuat daripada semua keuntungan menuju ke atas yang dapat diberikan Allah kepadanya. Tempatkan dia di sorga, dan ia akan mengubahnya menjadi perkampungan kumuh! Beri dia semua kondisi terbaik, dan, dalam jangka panjangnya, kondisinya akan menjadi salah satu yang aib. Dan, entah bagaimana, anehnya, manusia suka memilikinya. Jika saudara mencoba untuk ikut campur dengan hal itu, saudara akan melihat apa yang saudara temui. Dokter gigi dan dokter bisa menjadi orang yang paling dibenci di dunia! Apakah karena mereka begitu jahat? Oh, tidak; ada sesuatu yang irasional tentang hal itu, sama sekali tidak masuk akal. Nilainya sama sekali diabaikan – hanya karena hal itu bertentangan dengan butir! Dan apa ‘butir’ itu? Berapa banyak orang yang akan mendingan menderita, menderita, menderita, daripada bertahan sedikit rasa sakit untuk beberapa saat, agar penderitaan itu sembuh! Saudara lihat apa yang saya maksud – ini adalah hal yang aneh, sifat manusiawi ini. Tapi itu benar-benar berada di akar dari seluruh hal ini.

Apakah tidak aneh, bahwa apa yang bisa menjadi, atau dapat menjadi, jawaban atas segala kebutuhan, penyelesaian setiap masalah, pembersihan setiap situasi buruk, membawa masuk kondisi-kondisi yang jauh lebih menguntungkan, bisa menjadi yang paling dibenci? Apakah tidak aneh? Lihatlah Tuhan Yesus: lihatlah semua yang telah diberikan Allah kepada-Nya; lihatlah semua-nya Dia, semua yang Ia datang untuk bawa, semua yang Ia datang untuk lakukan! Ia adalah sebuah tantangan, sebuah tantangan abadi. Dapatkah saudara menemukan kejahatan di dalam Dia? “Kejahatan apa yang sebenarnya telah dilakukan orang ini?”, tanya seseorang yang lain, sekali – seseorang yang mengetahui sesuatu tentang kejahatan, kesalahan dan dosa; mungkin hanya sedikit yang tahu lebih banyak tentang hal itu daripada Pilatus. Namun, mengetahui semuanya, ia harus berkata: ‘dari kesalahan-kesalahan yang kamu tuduhkan kepada-Nya tidak ada yang kudapati pada-Nya’ (Lukas 23:22, 14). Namun, yang satu ini adalah objek kedengkian dan kebencian, hingga pembunuhan. Aneh, bukan? Ia bisa membersihkan semua situasinya, menyelesaikan segala masalahnya, memenuhi semua kebutuhannya; dan namun – dan namun – ‘Enyahkanlah Dia!’ Apa pun yang menghalangi selera, atau predisposisi, atau kecenderungan manusia sendiri, untuk mendapatkan jalan-nya sendiri, akan menjadi ‘pembuat masalah’.

Sekarang, hal itu menyentuh sebuah prinsip. Saudara dan saya, pada dasar yang paling luas dalam kehidupan Kristen, berada di dunia ini dalam kapasitas ini sendiri, untuk mengatasi jalan kedurhakaan, dosa – jalan manusia itu sendiri – dan untuk mewakili sebuah pengecekan; dan karena kita ada di sini untuk itu, kita akan disebut ‘pembuat masalah’. Dalam arti sebenarnya kita akan MENJADI pembuat masalah. Masalahnya akan memusatkan perhatian pada diri kita, dan kita harus menderita karenanya. Kenyataan bahwa saudara cemburu bagi Tuhan akan membawa saudara ke dalam konflik dengan kecenderungan itu yang ada di dunia ini, dalam manusia. Ini akan menjadi bisnis yang sangat melelahkan untuk kesaksian apa pun untuk Allah di dunia ini, karena, dalam sifat hal-hal itu sendiri, hal itu menghalangi keseluruhan jalan dunia ini, yang adalah menurun.

YANG ROHANI DIBANDINGKAN YANG ‘ALAMI’

Itu adalah, seperti yang telah saya katakan, garis besar prinsipnya. Mari kita semakin mendekati inti hal ini, sejauh mana apa yang diwakili oleh pasal ini bersangkutan. Ketika yang ROHANI berdiri untuk menghadapi apa yang hanyalah formal, tradisional, nominal dan ‘alami’, maka akan ada masalah. Ini bukan lagi sekarang hanyalah reaksi dari dunia: ini adalah reaksi dari agama. Saya akan melangkah lebih jauh lagi, dan mengatakan bahwa ini mungkin adalah reaksi dari Kekristenan. Ada perbedaan yang sangat besar antara Kekristenan yang formal, tradisional, nominal, ‘alami’, di satu sisi, dan Kekristenan rohani, di sisi lain; banyak perbedaan. Begitu banyaknya sehingga bahwa ini juga menjadi medan peperangan – medan peperangan banyak masalah.

Tinggalkan formalisme sendiri, dan semuanya akan berjalan dengan cukup tenang. Tinggalkan tradisionalisme sendiri – yaitu, urutan dari segala sesuatu sebagaimana adanya; kerangka hal-hal sebagaimana yang telah dibentuk dan didirikan dan ditetapkan oleh manusia; Kekristenan itu yang merupakan sistem hal-hal yang tetap dan diterima – dan saudara akan lolos dari banyak masalah. Tapi berusaha untuk membawa masuk urutan hal-hal yang benar-benar rohani, dan masalah muncul sekaligus. Dan SAUDARA adalah pembuat masalah! Kebenarannya adalah bahwa masalahnya terletak pada kondisi, situasi, kondisi yang ada; tapi ini hanya dibawa keluar oleh tindakan saudara. Dan jadi laki-laki dan perempuan rohani, dan pelayanan rohani, disebut ‘pembuat masalah’, karena kedua hal itu tidak dapat berjalan bersamaan.

Di situlah Israel berada. Mereka memiliki tradisi, mereka memiliki nubuat, mereka memiliki tata cara, mereka memiliki kesaksian; mereka memiliki bentuk, mereka memiliki sistem – mereka memiliki semuanya; TAPI, di zaman para nabi, selalu ada celah besar ini antara kehidupan yang ‘eksternal’ dan ‘internal’ dalam hubungan dengan Allah. Hati jauh dari bibir. Realitas rohani tidak ditemukan di dalam yang formal. Saudara mungkin memiliki semuanya – tapi bawalah makna rohani hal-hal yang sebenarnya, dan masalah mulai di alam itu sendiri. Ini adalah masalah yang muncul ketika apa yang eksternal dan tradisional datang bertentangan dengan sesuatu yang benar-benar rohani.

Saya menggunakan kata ‘alami’ beberapa saat yang lalu – tentu saja dalam tanda petik, mengambilnya dari Perjanjian Baru: artinya, secara harfiah, apa yang hanyalah ‘kejiwaan’, ‘dari jiwa’. Ini penting untuk menyadari betapa sangat kejiwaan sesuatu bisa menjadi, bahkan dalam agama Kristen. Bisa ada gairah yang luar biasa, kesungguhan yang luar biasa, antusiasme yang luar biasa, argumen dan keyakinan yang luar biasa; dan namun hal itu mungkin jauh, jauh dari apa yang rohani. Mungkin ini adalah dunia yang lain sama sekali. Konflik muncul di antara dua hal tersebut. Ketika pikiran alami memanipulasikan hal-hal Ilahi; ketika akal budi alami telah menguasai Firman Allah dan hal-hal yang berasal dari Allah; ketika gairah dan kepentingan manusia sendiri dilayani melalui pekerjaan dan pelayanan Allah: itu bisa menjadi dasar konflik dan masalah rohani.

Masalah akan muncul di alam agama, dan dalam ‘agama Kristen’, seperti apa adanya, ketika apa yang murni rohani muncul melawan sistem dan tradisi manusia yang tetap. Hal ini bisa terjadi benar-benar di dalam Kekristenan, seperti yang terjadi antara Kristus dan Paulus, dan agama bangsa Yahudi. Ada tradisi, dan, dalam dirinya sendiri, tidak ada yang salah dengan itu; tidak ada yang salah dengan apa yang telah Allah berikan, dengan nubuat dan kesaksian, tidak ada kesalahan secara rohani atau moral. Tapi mereka telah menjadi akhir dalam diri mereka sendiri, sesuatu dalam diri mereka sendiri; dan makna, kepentingan dan interpretasi mereka yang sebenarnya telah hilang; MEREKA menjadi hal-hal. Bait suci adalah hal: dengan Allah Bait Suci bukanlah hal; itu hanyalah pertanda sesuatu yang lain. Dengan mereka, pengorbanan adalah hal-hal: dengan Allah mereka sama sekali bukan hal; hanya ada satu Pengorbanan yang benar dengan Allah. Dan jadi kita bisa menelusuri keseluruhannya. HAL-HAL – bentuk dan cara – adalah segalanya, dan ini merupakan kriminal di mata mereka untuk mengatakan sebaliknya, untuk memberikan interpretasi lain selain yang historis dan tradisional. Di sanalah mereka bertengkar dengan Paulus. Ia telah datang untuk melihat makna dari hal-hal, ia telah maju dari hal-hal ke maknanya; dan mereka masih belum. Di situlah terletak konflik dan masalahnya.

‘JIWA’ ADALAH DASAR KERAJAAN IBLIS

Tapi sekarang, mari kita datang sampai ke jantung hal ini. Ada lingkaran luas dunia, dari manusia dan sifat manusia; dan, di dalamnya, lingkaran yang lebih kecil agama, apa pun agama itu. Ini adalah alam-alam konflik ketika pikiran penuh Allah hadir. Tapi tepat di jantung keduanya, ada sesuatu yang lain, sesuatu yang mudah dilihat di seluruh Alkitab: ada Iblis. Sekarang, jika Iblis hidup pada apa pun, peka terhadap apa pun, sensitif pada apa pun, ini adalah menyangkut tempat yang Tuhan Yesus harus miliki – dan untuk memiliki, bukan secara formal, tapi secara vital; bukan hanya secara bersejarah, tapi secara rohani: sehingga Tuhan Yesus menjadi bukan hanya sebuah nama dalam sejarah, bukan hanya sosok dalam sejarah, bukan hanya seorang guru dalam sejarah, bukan hanya sebagai faktor bersejarah, tapi kekuatan yang vital, ampuh di alam semesta ini, sampai pada hari ini. Itulah titik di mana Iblis dan kerajaan-nya paling sensitif. Mereka hidup terhadap hal kecil apa pun yang mengarah ke arah itu, dan mereka segera mengenali ancaman potensial bagi kerajaan mereka.

Sifat manusia adalah taman bermain yang bagus untuk itu. Oleh karena itu, kisah para martir misionaris: mereka yang telah menyentuh bahan mentah sifat manusia dengan kesaksian Yesus, dengan semua konflik, penderitaan dan biaya yang mengerikan. Manusia alami – akal budi alami, kehendak alami; apa yang hanyalah jiwa manusia – dalam bergerak dan bekerja, melatih dirinya sendiri, menegaskan dirinya sendiri dan menarik pada dirinya sendiri, dalam alam hal-hal Allah, adalah tempat bermain yang indah bagi kuasa kejahatan. Saudara menegaskan sedikit kehidupan jiwa saudara, dan lihatlah apa yang akan dilakukan Iblis dengan itu! Saudara menemukan sedikit kehidupan jiwa saudara, dan lihatlah kehancuran seperti apa yang akan Iblis buat dari saudara! Ini adalah keseluruhan cerita tentang kehancuran yang terjadi ketika kesibukan-diri, introspeksi dan rasa mengasihani diri sendiri – semua bentuk kehidupan diri – menegaskan diri mereka sendiri dan menjadi ditekankan. Tidak-kah si jahat hanya bermain malapetaka dengan orang seperti itu! Mereka telah membuka pintu, dan ia tidak lamban hadir untuk mendapatkan akses.

Sekarang, melawan semua itu – manusia alami dibawa ke dunia rohani (jika itu adalah suatu kemungkinan), atau ke dalam dunia hal-hal Allah – adalah apa yang benar-benar murni rohani, apa yang berasal dari Roh. Dan ketika kedua hal itu datang bertabrakan, ada masalah – sebab keduanya adalah sistem yang hebat – hanya karena, di alam yang benar-benar berasal dari Roh, Iblis tidak memiliki tempat sama sekali! ‘Penguasa dunia ini datang’, kata Yesus, ‘dan ia tidak berkuasa sedikit pun atas diri-Ku’ – Manusia yang hidup dan berjalan oleh Roh. Dalam segala hal, dalam SEGALA hal, Ia mengacu pada dan menangguhkan kepada Roh Pengurapan yang ada pada-NYa. Penguasa dunia ini tidak memiliki APA PUN di dalam Dia.

Petrus yang malang hanya ada pada belas kasihan Iblis, karena, dengan segenap ketulusannya, dengan segala antusiasme-nya yang baik, ia bergerak dalam jiwanya sendiri. Hubungannya dengan Kristus adalah satu yang murninya dari jiwa. Ketika Petrus datang menjadi seorang yang berada di bawah pemerintahan Roh Kudus, masalah itu segera diatasi, dan saudara hampir dapat menyaksikan proses kehidupan jiwa-nya yang menjadi semakin terkendali.

Mungkin saya harus berhenti sejenak untuk melindungi ini, dengan mengatakan dengan sangat tegas bahwa tidak salah untuk memiliki jiwa. Tidak, Allah telah memberi kita jiwa, dan ini adalah jiwa kita yang harus diselamatkan. Tapi intinya adalah – yang adalah dasar di mana dan dari mana kita beroperasi, alat yang kita gunakan, dasar hidup kita? Entah itu jiwa, yang merupakan tempat duduk kehidupan DIRI-kita, dalam segala artinya; atau ini adalah roh, yang merupakan tempat duduk kehidupan ILAHI.

Di sini, jadi, adalah penjelasan dari konflik tersebut. Iblis bekerja keras untuk mendapatkan ‘jiwa’. Ia bisa menuntun semuanya ke arus yang salah dengan cara itu. Suatu hal yang mungkin dimulai di dalam Roh, dapat di beberapa titik, tanpa kewaspadaan dan doa yang memadai, dibawa langsung keluar ke jalan yang salah, dan berakhir menjadi sesuatu yang sama sekali berbeda dari awalnya.

Tapi, untuk kembali ke pasal delapan belas dari Raja-Raja 1 ini – Baal dan semua sisanya – inti masalahnya adalah ini. Ini bukan Baal, bukan Ahab, bukan Izebel: ini adalah kuasa kejahatan; dan MEREKA mengejar orang ini, Elia. Di belakang Izebel, ada kuasa kejahatan yang menetap untuk kehancuran orang ini, karena kehadirannya dia sendiri berarti pelanggaran di kerajaan mereka. Ia adalah seorang yang berhubungan dengan Allah, berhubungan dengan Takhta. Di dalam dia dan oleh dia, takhta ITU menjadi dekat – takhta itu hadir. Dan kedua takhta ini, kedua kerajaan ini, saling bertentangan satu sama lain.

‘MASALAH’ TAK TERELAKKAN DENGAN PENGLIHATAN ROHANI

Oleh karena itu, bila ada kesaksian yang paling murni, ungkapan yang paling lengkap dari apa yang berasal dari Allah, yang sorgawi melawan yang duniawi, yang rohani melawan yang jasmani atau alami, musuh memutar-balik-kan hal-hal, melintir hal-hal, dan meletakkan tanggung jawab di pintu pelayanan rohani dan sorgawi. Ia berkata: ‘Engkau adalah penyebab dari segala masalah – engkau adalah celaka-nya!’ Tapi tidak. Masalahnya terletak lebih dalam dari itu, dan di alam lain. Kebenarannya adalah, ada sesuatu di sini yang, pada hakekatnya, HARUS membuat masalah, HARUS menjadi sumber masalah, sejauh mana kehendak Allah yang diketahui, pikiran-Nya yang diwahyukan, dilanggar; sementara ekspresi penuh tujuan Allah sedang tertahan. Untuk membawa masuk sesuatu yang berdiri untuk itu, akan ada masalah.

Ini adalah hal yang mahal untuk telah melihat tujuan dan pikiran penuh Allah mengenai umat-Nya. Ini selalu hal yang mahal. Tuhan Yesus memberi contoh yang sangat jelas dan pelajaran objektif dari kebenaran ini di latar depan, dalam kejadian orang yang terlahir buta (Yohanes 9). Tidak ada keraguan bahwa Tuhan bermaksud laki-laki itu untuk mewakili Israel dan kondisi Israel pada saat itu. Ia memberi penglihatan pada laki-laki itu – dan apa yang terjadi pada laki-laki itu? “Lalu mereka mengusir dia ke luar”, itu saja; mereka mengusir dia ke luar, mereka mengucilkan dia (ayat 34). Itu adalah pelajaran objektif, sebuah contoh dari hal ini sendiri.

Jika mata telah terbuka; jika, dalam arti apa pun – tidak secara resmi – saudara telah menjadi ‘pelihat’ – seorang yang melihat: ini akan menghabiskan banyak biaya, ini akan melibatkan saudara dalam banyak masalah. Hal ‘melihat’ ini melakukan itu. Ini adalah Elia PELIHAT, melawan KEBUTAAN Israel. Ini adalah hal yang mahal untuk menjadi seorang laki-laki rohani atau perempuan rohani di alam semesta ini. Ini adalah hal yang mahal, ya, sangat mahal, untuk berpegang pada posisi sorgawi dan rohani. Ini adalah hal yang mahal untuk bertahan untuk tempat penuh Kristus; ini melibatkan saudara dalam masalah. Ini adalah hal yang mahal untuk memiliki terang – jika ini adalah terang sejati, terang yang diberikan Allah. Ini adalah hal yang mahal untuk memiliki hidup.

Tapi ingatlah, di sinilah, di dalam ini, bahwa kuasa tinggal. Ini adalah dengan ini bahwa Allah ditemukan berkomitmen, pada akhirnya. Saudara tahu kisahnya lagi. Allah tidak akan berkompromi dengan hal yang ada di belakang. ‘Tangkaplah nabi-nabi Baal itu!’ Mereka semua dibunuh. Tidak ada kompromi dengan hal rohani itu. Tapi Allah ditunjukkan di mana Ia berdiri, pada apa Ia berkomitmen, dan di mana kuasa itu berada.

Karena saya kira, jika Elia mewakili satu hal lebih dari yang lain, ia mewakili kuasa rohani. Ketika kita berpikir tentang kuasa rohani kita selalu mengacu pada Elia – ‘dalam kuasa Elia’. Ini adalah pepatah. Mengapa? Bukan karena apa pun dia dalam dirinya sendiri; tidak, bukan karena laki-laki itu. Ia adalah seorang laki-laki yang berhubungan dengan Takhta; ia adalah seorang laki-laki yang telah melihat; seorang laki-laki yang berkomitmen, di antaranya memang benar bahwa ia “bekerja segiat-giatnya bagi Tuhan”. Allah ada bersama Elia.

Yohanes datang ‘dalam kuasa Elia’ (Lukas 1:17); ia adalah Elia pada masanya. Tuhan Yesus berkata tentang dia: “dan- jika kamu mau menerimanya – ia-lah Elia” (Matius 11:14), meskipun Yohanes sendiri menyangkal hal ini (Yohanes 1:21). Elia adalah semacam hantu di alam tertentu. Herodes yang malang takut akan nyawanya – ia mulai melihat hal-hal, untuk mendapatkan gagasan aneh – ketika ia mendengar tentang Yesus: beberapa menyarankan kepadanya bahwa ini adalah Elia yang kembali hidup, tapi ia pikir bahwa ini adalah Yohanes Pembaptis yang telah bangkit dari kematian (Matius 14:2; Markus 6:14-16). Orang itu hanya saja kehilangan pemahaman mentalnya tentang berbagai hal. Laki-laki Elia ini sungguh berartikan sesuatu. Kuasa ada bersamanya; keputusannya ada bersamanya.

Dan – janganlah salah dalam hal ini – pada akhirnya akan ditemukan bahwa Allah ADA berkomitmen terhadap apa yang benar-benar berkomitmen kepada-Nya untuk tujuan penuh-Nya. Ini mahal; ini menyebabkan banyak masalah; TAPI – masalahnya ada pada Dia, dan Ia akan menjaga kepentingan-Nya sendiri.


Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.