Austin-Sparks.net

Betania – Pikiran Tuhan untuk Perkumpulan-Nya

oleh T. Austin-Sparks

Pertama kali diterbitkan oleh "Witness and Testimony Publishers" 1933 dalam bentuk 28 lembar buklet. Judul asli: "Bethany - The Lord's Thought For His Assembly". (Diterjemahkan oleh Silvia Arifin)

Ruang atas yang terdapatkan di pasal pertama kitab Kisah Para Rasul sesuai dengan Betania, “rumah buah ara”, dan Betania dengan ruang atas. Kita akan mengambil pemikiran itu dan, sebagaimana Tuhan membantu kita, mengikutinya sampai ke kepenuhan yang lebih besar. Apa yang ada di hadapan kita adalah kehendak Tuhan untuk memiliki pada akhir apa yang Ia miliki di awal – untuk memiliki dalam umat-Nya, secara rohani, apa yang Ia sendiri dibentuk oleh kehadiran-Nya sendiri pada awalnya: dan jika saya diminta untuk memasukkannya ke dalam satu kata apa yang saya rasakan adalah objek Tuhan, saya harus katakan, berbicara secara simbolis, bahwa kata itu adalah “Betania-Betania”. Karena Betania, bagi pikiran saya, adalah yang paling sepenuhnya sesuai dengan pikiran Tuhan: Ia akan memiliki hal-hal atas dasar Betania, dibentuk menurut Betania, dan memiliki Jemaat universal-Nya diwakili secara lokal oleh “Betania-Betania”. Sekarang, saya akan meminta saudara untuk melihat pada ketujuh bagian di mana Betania disebutkan.

TUHAN DIAKUI DAN DITERIMA

Lukas 10:38. “Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampong (jangan lupa bahwa kampong merupakan majelis-majelis lokal). Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. (Saudara tahu rumah siapa itu sekarang, siapakah yang adalah kepala di rumah itu). Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata …”

Sekarang di sini, di penyebutan pertama tentang Betania ini, kita memiliki satu atau dua hal yang pada prinsipnya mewakili Jemaat itu, dan perkumpulan itu, dan rumah itu, pada apa Tuhan menetapkan hati-Nya, dan saya sekaligus mengikat pada satu kata: “Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya.” Kata “menerima” adalah kunci kata untuk semua hal ini, dan kata itu segera merupakan perbedaan yang besar. Ini adalah kata yang diskriminatif, kata yang membedakan.

Dapat diingat bahwa dikatakan tentang kedatangan-Nya dari kemuliaan ke bumi ini: “Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya (Yohanes 1:11). Kita akan ingat bahwa Ia berkata tentang diri-Nya sendiri: “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya” (Lukas 9:58). Dan jika kata-kata itu sungguh hinggap pada kita sesuai dengan makna sebenarnya, ketika kita mencerminkan kepada siapa sebenarnya perkataan itu pertama kali dikatakan, dan siapa yang mengatakan yang keduanya, hal ini akan membuat kita heran. Berikut adalah Pencipta segalanya, Pemilik segalanya, Tuhan dari langit dan bumi; Tuhan yang memiliki hak yang lebih besar untuk segala sesuatu dan apa pun dari pada makhluk hidup lain apa pun yang berada di alam semesta; Tuhan, untuk siapa dan oleh siapa segala sesuatu diciptakan – dan Ia datang dan Ia tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya di dunia ciptaan-Nya, di alam segala hak-hak berdaulat-Nya. Ia tidak diterima, tapi, sebagaimana dengan nyatanya mengekspresikan sikap, bahkan dari kaum kerabat-Nya sendiri terhadap-Nya, Ia mewakili mereka dengan perkataan ini: “Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia, supaya warisan-nya menjadi milik kita. Mereka menangkapnya dan melemparkannya ke luar …” (Matius 21:38, 39).

Tapi di sini kita membaca: “Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia …” “Jemaat-Ku” – “Jemaat-Ku” – perkumpulan-Nya, rumah rohani-Nya, adalah tempat di mana Ia dengan senang hati diterima dan menemukan tempat peristirahatan-Nya. Ini adalah tempat-Nya, tempat-Nya di dunia yang menolak-Nya; ini adalah tempat di mana Ia diakui. Apakah saudara perhatikan bahwa ketika kumpulan-kumpulan sedang tersebar di muka bumi, ini selalu merupakan apa yang adalah awal dari sebuah perkumpulan? Mereka “menerima” firman. Pentakosta adalah demikian: “Orang-orang yang menerima perkataan-nya itu …” (Kisah Para Rasul 2:41). Di Filipi, “Seorang dari perempuan-perempuan itu yang bernama Lidia turut mendengarkan … Tuhan membuka hatinya, sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus. Sesudah ia dibaptis bersama-sama dengan seisi rumahnya, ia mengajak kami, katanya: “Jika kamu berpendapat, bahwa aku sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, marilah menumpang di rumahku” (Kisah Para Rasul 16:14, 15). Ini adalah awal dari perkumpulan – hal ini demikian di mana-mana. Ini adalah persepsi rohani yang menghasilkan penerimaan dengan hati terbuka. Ini adalah hal pertama yang mencirikan Jemaat-Nya: “menerima”. Ini adalah memberi-Nya tempat, tempat kehormatan.

Sekarang, ini adalah hal yang sangat sederhana, tetapi hal ini mewakili banyak bagi Tuhan, dan hal ini membawa kita jauh, karena hal ini merupakan sesuatu yang lebih dari kedatangan Tuhan hanya untuk menjadi orang asing di tengah-tengah. Hal ini menyatakan bahwa Tuhan telah mendapatkan pijakan, tumpuan, tempat yang menyediakan Dia dengan apa yang diperlukan bagi Dia untuk mengamankan segala hak-hak-Nya secara universal. Mari saya ilustrasikan.

Saudara ingat kisah tragis dalam II Samuel 15, mengenai penolakan Daud dalam perebutan Absalom. Ini adalah kisah yang menyedihkan – Daud diusir dari tempatnya; meninggalkan, melewati keluar dari, ranah hak-haknya. Satu dan yang lain menemaninya, dan imam Zadok mengangkat tabut perjanjian Allah dengannya, tetapi Daud berkata kepada Zadok: “Bawalah tabut Allah itu kembali ke kota; jika aku mendapat kasih karunia di mata Tuhan, maka Ia akan mengizinkan aku kembali, sehingga aku akan melihatnya lagi, juga tempat kediamannya” (ayat 25). Kesimpulannya adalah: “Ketika aku kembali, aku akan memiliki di kota, di tempat penolakan-ku, apa yang bersimpati dengan-ku, kepada apa aku bisa kembali. Aku tidak akan kembali sebagai orang asing; aku tidak akan kembali ke ketiadaan; aku tidak akan kembali untuk menemukan bahwa tidak ada tempat bagiku; aku tidak akan kembali dan menemukan bahwa tidak ada rumah bagiku: Aku akan kembali pada sesuatu yang adalah satu dengan-ku. Zadok, engkau adalah satu dengan-ku; ya, engkau ingin keluar dengan-ku – ini adalah simpati yang sempurna. Sekarang, kembalilah ke kota, dan ketika aku kembali aku akan kembali pada sesuatu yang satu dengan-ku.”

Dan itu adalah prinsipnya di sini. Perkumpulan di sini menyediakan Tuhan dengan apa yang adalah Dia sekarang, oleh Roh-Nya. Perkumpulan ini menyatakan bahwa Ia memiliki tempat pijakan di dunia yang menolak-Nya, dan Ia akan kembali kepada itu. Ia akan memiliki sesuatu untuk kembali yang berpihak dengan-Nya, dan yang, berada di sisi-Nya, akan menyediakan-Nya dengan dasar untuk menetapkan kembali hak-hak universal-Nya, seperti yang dilakukan Zadok bagi Daud.

Dan itulah sebabnya Tuhan harus memiliki Jemaat-Nya di sini di dalam kumpulan-kumpulan , kumpulan-kumpulan lokal, di atas muka bumi. Mereka adalah kesaksian terhadap hak-hak-Nya, di dunia di mana hak-hak itu dibantah dan tidak diakui; dan mereka berdiri di sana untuk berkata: “Ya, hak-Nya adalah hak tertinggi di dunia ini, bukan hak sang perampas”, dan mereka mempertahankan kesaksian itu. Ketika Ia kembali, mereka akan menjadi alat, instrumen, pemulihan hak-hak-Nya, yang telah diperdebatkan dan dari apa Ia telah diusir keluar. Ada banyak yang terikat dengan menerima Tuhan. Ia akan kembali pada milik kepunyaan-Nya karena Ia sudah ada di sana sebagai sang pemilik.

Saudara paham mengapa Iblis selalu ingin menghancurkan, jika mungkin, ekspresi lokal Jemaat; untuk menghancurkan persekutuan-persekutuan kecil umat Tuhan yang hidup dalam persatuan sorgawi dan persekutuan dengan-Nya. Ini adalah karena mereka mewakili hak-hak-Nya – hak-hak Tuhan – dan mereka ada di sana sepanjang waktu mempersengketakan, dengan kehadiran mereka itu sendiri, hak-hak perampas tersebut. Tabut kesaksian ada di sana; dan sementara tabut itu ada di sana, di sisi Tuhan, sang perampas tidak memiliki kuasa universal. Ia tahu bahwa kesaksian itu merupakan tanda bahwa kerajaannya dikalahkan, diancam, dan itu adalah duri konstan dalam dagingnya. Dan jadi, jika mungkin, ia akan memadamkannya, menghancurkannya, membaginya, dan melakukan apa pun untuk menyingkirkan ekspresi lokal itu yang sesuai dengan Kristus dan di dalam siapa Ia berada. Itu adalah apa yang seharusnya Jemaat menjadi sebagai perwakilan lokal; itu adalah apa yang seharusnya setiap orang percaya menjadi di bumi ini: sebagai tempat pijakan bagi Tuhan di bumi ini, sebagai kesaksian atas ketuhanan dan hak berdaulat-Nya. Untuk menerima Tuhan berarti menyediakan-Nya dengan tempat pijakan tersebut dan kesaksian sepert itu.

Dan jadi kita melihat bahwa langkah pertama, yang terkait dengan Betania, adalah yang paling signifikan. Hal ini merupakan prinsip yang memiliki kepentingan yang luar biasa. Jemaat dibentuk, pada mulanya, pada prinsip sederhana bahwa Kristus telah menemukan tempat: di tengah-tengah segala rentang penolakan, Ia telah menemukan tempat.

KEPUASAN HATI-NYA

Sekarang kita lanjutkan dengan bagian itu: “… menerima Dia di rumahnya. Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya.” Secara harfiah kata-kata itu adalah demikian: “yang juga mengambil tempat duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan firman-Nya.” “Mengambil tempat duduknya di kaki-Nya dan terus mendengarkan.” Inilah apa yang menjengkelkan Marta: ia terus mendengarkan-Nya. Apa yang Marta sesungguhnya katakan kepada Tuhan dalam tata bahasa yang sama, yang masih berlanjut. Ketika ia datang kepada Tuhan ia berkata: “Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri?” “Terus membiarkan aku” – karena ia “terus mendengarkan”!

Apakah ini? Nah, ini adalah apa yang menyediakan Tuhan dengan apa yang paling dikehendaki-Nya. Ini adalah kepuasan hati Tuhan yang diwakili oleh kejadian ini. Kepuasan hati Tuhan ditemukan dalam apa yang sedang Maria lakukan. Di sinilah kita dapat memahami arti dari Betania. Saudara pergi ke Matius 21, dan saudara akan menemukan kisah pohon ara. Yesus sedang bergerak antara Yerusalem dan Betania; Ia telah pergi ke Yerusalem dan telah melihat hal-hal yang terjadi di bait Allah, dan hati-Nya telah disedihkan, tembus ditembak dengan penderitaan kekecewaan. Ia telah melihat di sekeliling pada segala hal-hal, dan tidak mengatakan apa-apa, dan telah kembali ke Betania. Di pagi hari, saat Ia sedang dalam perjalanan, merasa lapar dan melihat sebuah pohon ara, Ia mendatanginya, untuk melihat apakah mungkin pohon ara ini membuahkan hasil. Namun Ia tidak menemukan buahnya, dan berkata, “Engkau tidak akan berbuah lagi selama-lamanya”; dan saat mereka kembali, murid-murid-Nya tercengang melihat pohon ara itu sekonyong-konyong menjadi kering dan mati; mereka mempertanyakan kenyataannya.

Sekarang pohon ara itu, seperti yang kita ketahui, terikat dengan Yerusalem, dan merupakan sejenis agama bangsa Yahudi seperti saat masa itu. Kekecewaan hati yang Tuhan rasakan di bait suci adalah satu dengan kekecewaan hati-Nya ketika Ia mendatangi pohon ara itu saat Ia merasa lapar dan tidak menemukan buah apa pun; kedua hal itu adalah satu. Peraturan hal-hal itu, kemudian, keluar dari wilayah minat-Nya; agama bangsa Yahudi keluar untuk selama-lamanya – “Engkau tidak akan berbuah lagi selama-lamanya” (“sampai akhir zaman”). Hal itu tidak bisa memuaskan-Nya, dan oleh karena itu hal itu harus pergi; ini adalah pohon yang menjadi kering yang tidak menyediakan Tuhan dengan apa pun.

Tapi ketika kekecewaan hati itu dirasakan dengan begitu akut-nya, dan terdaftar dengan cara itu oleh-Nya, Ia pergi ke Betania, dan Betania berarti “rumah buah ara”. Bukan di bait Allah, dan bukan di Yerusalem, Tuhan menemukan kepuasan-Nya, tetapi di Betania. Itulah sebabnya Ia selalu pergi ke sana. Kepuasan hati bagi Dia sekarang tidaklah di dalam sistem agama yang dingin, tidak bernyawa dan resmi, tetapi di dalam suasana yang hidup, berdenyut, hangat yang terdapatkan di dalam rumah Betania. Ia selalu tahu bahwa, sementara firman-Nya ditolak di Yerusalem, firman-Nya akan diterima di Betania, dan didengarkan dengan penuh semangat, dan akan selalu ada seseorang yang akan “terus” mendengarkan.

Saya terkesan dengan Kisah Para Rasul 2; dikatakan bahwa setelah Pentakosta, mereka yang percaya “bertekun dalam pengajaran rasul-rasul” (ayat 42). Saudara lihat, di sana Jemaat terjadi, dan itu adalah sifat-nya: “mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul.” Kita begitu terbiasa dengan kata-kata itu sehingga mereka tampaknya tidak menyampaikan sangat banyak kepada kita. Apakah saudara dapat membiarkan saya dengan cara yang sederhana dan praktis mencoba untuk menerapkannya?

Dalam halaman-halaman ini ada hal-hal tertentu yang sedang dikatakan. Sekarang saudara akan membacanya, dan saudara akan pergi masing-masing, dan mungkin saudara akan mengingat mereka selama jangka waktu tertentu; mungkin untuk jangka waktu yang panjang saudara akan ingat Betania. Penyebutan Betania akan membawa kembali sesuatu – hal-hal tertentu yang telah saudara baca. Saudara mungkin akan berbicara tentang pesan ini sebagai salah satu yang lebih kurang baik, pesan yang menarik, atau sesuatu sepanjang garis itu. Betapa berbedanya antara itu dan kepergian saudara dengan “bertekun dalam pengajaran rasul-rasul”! Saudara harus menafsirkan hal ini sendiri, dan berkata kepada diri saudara sendiri: “Sekarang, apa artinya bagi-ku untuk bertekun dalam pengajaran rasul-rasul itu?”

Kata yang sebenarnya sesungguhnya adalah “bertahan.” “Mereka bertahan dalam pengajaran rasul-rasul.” Ada segala macam perbedaan antara bertahan dalam pengajaran, dan pergi dan berkata: “Yah, itu adalah pesan yang sangat bagus.” “Bertahan” merupakan penerapan hati yang praktikal, positif pada kebenaran, dan itulah apa yang membentuk Jemaat-Nya; ini adalah di mana apa yang berasal dari Dia diterima dan seluruh hati, seluruh hidup, diserahkan untuk-Nya. Ada pengabaian untuk-Nya.

Dan itu mungkinlah apa yang Marta tidak suka. Maria mengabaikan untuk itu, ia menyerahkan untuk-Nya; dan itulah apa yang Tuhan cari. Saya ingin tahu apa yang akan menjadi hasilnya jika kita mengambil sikap yang demikian terhadap setiap kata-kata kebenaran Ilahi yang datang kepada kita. Ketika saya berpikir tentang kebenaran bergunung-gunung yang telah dibangun, saya tidak bisa menahan diri mengajukan pertanyaan ini: “Apakah persentase dari penerapan yang nyata pada kebenaran itu di pihak mereka yang mendengarkannya?” Ini adalah karena mereka yang ada pada awalnya mengambil sikap yang begitu praktikal terhadap segala hal-hal yang mereka dengarkan, dan bertahan di dalamnya, bahwa saudara memiliki efektivitasnya di sana. Mereka tidak pergi dan berkata: “Betapa sungguh indahnya khotbah yang dikhotbahkan Petrus hari ini!” Tidak, mereka tetap bertahan dalam pengajaran rasul-rasul.

Itulah apa yang Tuhan kehendaki. Itulah yang memuaskan hati-Nya. Maria mengambil tempat duduknya di kaki-Nya dan terus mendengarkan firman-Nya, dan perbuatan itu memuaskan hati-Nya ketika segala yang lain mengecewakan-Nya. Kepuasan hati harus menjadi ciri dari kehidupan umat Tuhan; dan kepuasan hati bagi-Nya hanyalah ini, bahwa kita menggantung pada firman-Nya, kita menilainya dengan benar, kita menganggapnya sebagai hal yang tertinggi. Perkumpulan harus menjadi “rumah buah ara” bagi Tuhan.

PELAYANAN YANG DISESUAIKAN

Selanjutnya mari kita lihat pada Marta. “Sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata …” Bahasa Yunani-nya sangatlah kuat: kata ini berarti bahwa ia berjalan kepada-Nya dan melibatkan-Nya dalam perkara ini. Hal ini menyiratkan bahwa ia menganggap-Nya sebagai yang bertanggung jawab, dan jika Marta dibiarkan mengatakan semua yang ada di dalam pikirannya, ia akan berkata: “Engkau bertanggung jawab atas semua ini, Engkau terlibat dalam hal ini, dan ini adalah tanggung jawab-Mu untuk membenarkannya.” Itulah apa yang tersiratkan dari kata-kata aslinya di sini – menganggap Dia sebagai yang terlibat dalam perkara ini, dan Ia bisa jika Ia mau, dan Ia harus, membenarkannya. Hal ini menyiratkan bahwa Marta meledak. Ia telah memendamkan hal ini selama ini, dan akhirnya, tidak lagi mampu menampungnya, ia menyampari-Nya dan meledak: “Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.”

Sekarang saya ingin saudara mendapatkan kekuatan situasi ini, dan itu akan membantu saudara dengan Marta. Kita harus memahami suasana hati dan posisi Marta. “Sibuk sekali melayani” tidak menyampaikan kepada kita apa situasinya sebenarnya. Kita mendapatkan dari terjemahan ini, kesan yang sama sekali tidak sempurna, saya pikir, sebagaimana persisnya hal itu sebenarnya. Kata Yunaninya di sini adalah kata yang berarti “terganggu”, “tertarik ke arah yang berbeda.” Mungkin kecemasannya tertunjukkan di wajahnya. Dan apa kecemasan itu? Banyak rumah tangga yang peduli, mungkin atas banyak perjamuan; kesibukan berbagai macam. Dan Tuhan berkata kepada Marta: “Marta, engkau peduli pada segala macam pertimbangan sekunder; engkau sudah mendapatkan lebih dari apa yang engkau dapat tangani. Ada hanya satu hal yang benar-benar diperlukan -.”

Saudara mulai memahami situasinya sekarang, bukankah demikian? Ini hanyalah bahwa ada diperlukan penyesuaian hal-hal di pihak Marta, sehingga apa yang paling penting harus memiliki tempatnya. Ini bukanlah bahwa Tuhan tidak bersimpati dengan Marta yang sedang menyediakan mereka dengan makanan, tetapi Ia melihat bahwa ia menyebabkan bisnis makanan ini menjadi hal yang rumit dan luas sehingga menjadi sama sekali tidak proporsional, dan untuk menempatkan hal-hal yang lebih penting di tempat yang jauh lebih kurang daripada yang tidak penting.

Ya, perjamuan mungkin benar, tapi oh, mari kita tempatkan segala sesuatu dalam proporsi yang tepat. Mari kita pastikan bahwa hal-hal yang sementara tidak menguasai yang rohani. Jangan sampai kita menjadi begitu cemas dan bingung mengenai hal-hal yang akan berlalu sehingga hal-hal yang rohani kehilangan cahayanya. Karena satu hal yang harus dilakukan untuk menjaga segala hal-hal lainnya tepat di tempat mereka – mereka semua berada tepat di tempat mereka masing-masing – adalah hal yang berasal dari mulut Tuhan.

Saudara lihat, ini adalah masalah proporsi, ini adalah masalah di mana saudara menempatkan penekanan yang paling banyak. Ini adalah masalah apakah saudara membiarkan hal-hal dalam hidup ini begitu menyerap dan menduduki, dan menarik saudara berputar-putar dengan kecemasan, sampai hal-hal yang lebih besar tidak mendapatkan kesempatan. Dan kita semua setuju sekarang, kita tidak lagi bertengkar dengan Guru atas Maria, ketika kita melihatnya seperti itu. Apa yang diperlukan adalah bahwa harus ada penyesuaian hal-hal: sehingga, sementara hal-hal lain ini memiliki tempatnya, dan tempatnya yang tepat, mereka berada di tempat mereka masing-masing dan dalam ukuran mereka sendiri; sementara hal-hal tertinggi diizinkan untuk mendominasi dan tidak tenggelam dalam hal-hal yang lebih kecil itu, yang, setelah semuanya, bukanlah hal-hal yang kekal.

Sekarang, itulah seluruh situasinya. Di dalam Rumah Allah, hal yang lebih penting daripada semua bisnis kita, semua kegiatan berkobar kita untuk melakukan seribu satu hal pekerjaan Kristen – satu-satunya hal yang penting adalah untuk mengenal Tuhan, dan memberi Tuhan kesempatan untuk membuat diri-Nya dikenal. Kegiatan berkobar-kobar begitu sering, dalam apa yang disebut “jemaat”, mengecualikan suara Tuhan, menutup-Nya keluar; itu semuanya adalah apa yang kita lakukan, dan begitu sedikit dari apa Dia sebenarnya mendapatkan kesempatan untuk berkata. Tempat yang memuaskan Dia adalah tempat penyesuaian terhadap hal-hal tertinggi.

Nah, itulah Marta.

MINYAK WANGI YANG MAHAL DICURAHKAN

Sekarang kita beralih kepada hal yang keempat di Matius 26:6-13. Ini adalah kampong yang sama, dan sekarang seorang perempuan dengan “sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi yang mahal.” Kejadian ini berbicara kepada kita dalam contoh pertama, pengakuan nilai Tuhan Yesus. Pengakuan nilai Tuhan Yesus. Semua yang menyaksikan kejadian ini, dapat dikatakan berkata: “Ia tidak layak untuk itu”; itulah yang terjumlahkan. “Ia tidak layak untuk itu.” Tentu saja mereka tidak akan mengatakannya seperti itu. Perempuan itu mengakui nilai-Nya – bahwa Ia layak “harga yang mahal.” Ini adalah nilai Kristus yang begitu berharganya yang ada dalam pandangan di sini, sebagai sesuatu yang diakui. Ini, saya pikir, adalah ciri utama. Ini adalah ciri dari Betania, ini adalah ciri dari ruang atas, ini adalah ciri dari “Jemaat-Ku”. Ini adalah ciri dari perkumpulan Tuhan, ini adalah ciri dari orang-orang yang berkenan di hati-Nya sendiri: pengakuan akan nilai keberhargaan-Nya, kelayakan-Nya yang begitu melebihi; bahwa tidak ada yang terlalu mahal yang dapat diletakkan di kaki-Nya. “Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal (adalah berharganya Dia)” (1 Petrus 2:7).

Sekarang, ini adalah hal yang sangat sederhana, namun sekali lagi, ini adalah hal yang menarik keluar penghargaan yang mendalam akan Tuhan Yesus. Ini sekali lagi adalah hal yang memberikan ciri khas pada kampong yang sangat terkasih. Dengan kata lain, ini adalah hal yang membuat perkumpulan-Nya sangat berharga bagi-Nya, bahwa di sana nilai-Nya diakui, dan Ia dihargai dan dinilai pada nilai sejati-Nya. Hal ini harus menandai rumah Tuhan. Ini adalah ciri yang harus semakin dikembangkan. Ini adalah hal yang harus kita layani, bahwa kita memiliki pengakuan yang siap dan terus berkembang mengenai keberhargaan dan kelayakan Tuhan Yesus. Oh, betapa berbedanya ini dari apa yang hanyalah sistem jemaat yang resmi! Kita hampir tidak bisa mengatakan bahwa ciri luar biasa dari itu adalah penghargaan dari hati murni sejati akan kelayakan dan nilai Tuhan Yesus. Di mana penghargaan itu berada, saudara memiliki perkumpulan; di mana tidak ada penghargaan itu, apa pun yang saudara mungkin miliki dari penampilan yang penuh hiasan dan rumit, saudara tidak memiliki perkumpulan, itu bukanlah tempat yang menyenangkan bagi-Nya.

Saya pikir saya melihat sesuatu yang lain di sini. Penghancuran buli-buli membawa keluar ke ekspresi kemahalan minyak wangi itu. Ini adalah “alat dari tanah liat yang rapuh” yang, telah dihancurkan, membuat menjadi mungkin perwujudan dan ekspresi dari kemuliaan Kristus. Sementara buli-buli itu utuh, kuat, dan sehat dalam dirinya sendiri, sesuatu yang saudara akan amati dan pertimbangkan dalam dirinya sendiri; sesuatu yang akan menyebabkan suadara untuk berkata: “Itu adalah vas yang indah, itu adalah sebuah buli-buli pualam yang begitu indah”; - saudara tidak mendapatkan rahasianya. Kita mungkin dapat mempertimbangkan manusia, sebagai mahkluk yang cerdas inteleknya, manusia yang hebat, pengkhotbah yang mengagumkan dan sebagainya – sibuk dengan vas-nya, buli-buli pualam-nya – dan yang lainnya tersegel, tersembunyikan; tapi ketika buli-buli pualam itu dirusak-kan, hancur, kemudian saudara mendapatkan rahasia kemah kemuliaan Kristus.

Saudara melihatnya di dalam Paulus. Saya kira Saulus dari Tarsus adalah sebuah buli-buli pualam yang begitu indah secara intelek, moral dan agama. Ia memberitahu kita bahwa ia demikian; ia memberitahu kita segalanya mengenai dirinya, semua kebanggaan-nya dan bahwa manusia memandangnya dan tidak ragu memujinya; tapi ia dihancurkan dan ia tidak lagi Saulus, dan ia tidak lagi Paulus, tetapi ini adalah keindahan dan kemuliaan Kristus. Keharuman Kristus keluar ketika buli-buli pualam hancur.

Dan, yang terkasih, hal ini demikian dalam pengalaman kita. Jemaat, Jemaat yang sebenarnya, telah diizinkan untuk dihancurkan, dan dihancurkan lagi, dan anggota-anggotanya secara individu begitu sering diperbolehkan untuk dirusak-kan dan dirusak-kan lagi; namun tidak-kah telah terbukti melalui sejarah bahwa, bagi Jemaat dan individu itu, pelanggaran, penghancuran, perusak-kan, telah membawa keluar ekspresi kemuliaan Kristus dalam cara yang indah? Hal ini demikian. Kita pergi melalui pengalaman dihancurkan baru – kita mengatakannya dengan cara lain kadang-kadang dan berkata kita sedang dibawa lebih dalam ke dalam kematian Kristus, datang ke dalam pengalaman baru Salib: bagaimanapun kita mungkin mengatakannya, hal ini berarti penghancuran, hal ini berarti pemecahan buli-buli – tapi percayalah, yang terkasihi, hal ini berarti ekspresi dan pengetahuan tentang kemuliaan Kristus yang lebih penuh lagi, dan hal ini akan membawa kita ke dalam penghargaan baru akan Dia. Kita akan menemukan-Nya di saat kehancuran kita. Dan dengan cara yang sama, Jemaat melewati jalan Salib, tetapi datang dengan penghancuran pada nilai Tuhan Yesus.

KUASA KEBANGKITAN-NYA

Kita berlanjut ke Yohanes dan pasal terkenal 11 ini. Di sini Betania berada dalam pandangan lagi, dan kali ini, ini adalah kebangkitan Lazarus yang ada di depan pandangan kita. Kita tidak akan melalui seluruh cerita ini dan mengambil rincian-nya, tetapi hanya akan datang dengan cepat ke satu kesimpulan di akhir. Betania, dalam kisah ini, menjadi adegan, lingkup, dari perwujudan kuasa kebangkitan, hidup kebangkitan. Ada banyak hal lain di sini. Ada ungkapan indah dari kasih; ada ekspresi indah dari persekutuan di sini di pasal ini. Jauh dari Betania, Tuhan berkata kepada murid-murid-Nya: “Lazarus, saudara kita, telah tertidur.” “Saudara kita”; bukan “saudara-Ku”, tetapi “saudara kita.” Saudara lihat, itu adalah persekutuan. “Yesus memang mengasihi Marta dan kakaknya dan Lazarus.” Ini adalah kasih. Semua ini adalah ciri dari Betania; tetapi ciri yang luar biasa di sini adalah perwujudan dari kebangkitan-Nya, kuasa kebangkitan-Nya, hidup kebangkitan.

Dan di sini lagi, Betania, adalah sebuah ilustrasi dari Jemaat yang Ia sedang bangun. Kita tahu ini dari Efesus, “Surat kepada Jemaat di Efesus”, seperti yang kita sebutkan. Kita segera datang ke keadaan kita yang “dihidupkan … bersama-sama dengan Kristus” (Efesus 2:5). Jemaat adalah alat di mana kuasa kebangkitan-Nya ditampilkan; dan di sini sekali lagi kita tidak hanya memberi kesaksian pada kenyataan, ajaran, tetapi kita harus menerapkan ujiannya, bahwa perkumpulan yang sesuai dengan pikiran Tuhan adalah perkumpulan di mana kuasa kebangkitan dan hidup-Nya ditampilkan.

Sekarang, saya tahu, ketika hal-hal seperti itu dikatakan, sering kali ada perasaan kosong yang tetap: “Ya, kami tahu itu seharusnya begitu, sama seperti kami seharusnya disalibkan dengan Kristus; kami tahu bahwa kami seharusnya dibangkitkan bersama dengan Kristus, dan ini sungguh nyata bahwa kami seharusnya tahu kuasa kebangkitan-Nya, dan hidup kebangkitan-Nya.” Perkataan itu dikatakan berulang-ulang, tapi kita meninggalkannya di sana. Intinya adalah: bagaimana seharusnya hal itu terjadi?

Sekarang, kita harus mengakui bahwa Tuhan telah membawa Jemaat-Nya menjadi ada untuk tujuan khusus menampilkan kuasa kebangkitan-Nya, dan kita harus mendedikasikan diri kita kepada Tuhan untuk akhir itu sendiri. Itulah jalannya: dalam mengenali bahwa objeknya, objek itu sendiri akan keberadaan kita di dalam Jemaat itu, dalam Tubuh itu, adalah bahwa Ia dapat menampilkan di dalam kita kuasa kebangkitan dan hidup-Nya. Kita, mengakui hal itu, memiliki pemahaman yang pasti dengan Tuhan kita bahwa kita disucikan kepada-Nya; sekarang tanggung jawab kita berakhir di sana, jika ini adalah dari hati kita, dan Tuhan akan memulai pekerjaan-Nya.

Kita tidak akan mampu untuk membangkitkan diri kita sendiri setidak-mampunya kita untuk menyalipkan diri kita sendiri, tapi kita harus mengakui bahwa urusan Tuhan dengan kita adalah dengan memiliki hal itu dalam pandangan. Untuk dapat menampilkan kuasa kebangkitan-Nya, Ia akan sangat sering harus mengambil sikap terhadap kita dengan membiarkan hal-hal berlanjut sampai jauh di luar segala kekuatan manusia untuk memperbaiki atau menyelamatkan, dengan membiarkan hal-hal terus berlanjut begitu jauh bahwa tidak ada kekuatan lain di seluruh alam semesta yang dapat melakukan apa pun juga untuk menyelamatkan situasi itu. Ia akan membiarkan maut, pemecahan, untuk bekerja, sehingga tidak ada apa pun, tidak ada apa pun di alam semesta yang dapat berbuat apa-apa, kecuali kuasa kebangkitan-Nya.

Kita akan datang ke tempat di mana Abraham datang masuk, yang menjadi tipe iman yang besar yang bergerak tepat ke dalam kebangkitan: “Walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah” (Roma 4:19). Itulah ungkapan yang digunakan oleh rasul tentang Abraham: “sudah sangat lemah.” Dan Paulus datang kepada itu: “Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati. Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati.” (2 Korintus 1:9). Apapun yang lain yang manusia mungkin dapat lakukan di alam ciptaan, mereka berhenti pendek ketika kematian telah benar-benar terjadi; mereka tidak dapat melakukan apa pun lagi. Kebangkitan adalah tindakan Allah, dan hanya Allah saja. Manusia dapat melakukan sangat banyak hal ketika mereka sudah mendapatkan hidup, tetapi ketika tidak ada hidup, hanya Allah-lah yang dapat melakukan apa pun. Dan Allah akan memperbolehkan Jemaat-Nya dan anggota-anggota-Nya sering kali untuk masuk ke dalam situasi yang sedemikian rupanya sampai di mana tidak ada manusia yang sanggup membantu, agar Ia dapat memberikan tampilan, yang adalah tampilan-Nya sendiri, di mana tidak ada seorang pun yang memiliki tempat untuk bermegah.

Begitu kata Tuhan Yesus: “Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan.” Dimuliakan! Kita telah mendedikasikan diri kita untuk jalan hal-hal itu – yaitu, kita telah mendedikasikan diri kita untuk segaris keputus-asaan manusia; tapi sebagaimana lambatnya kita dalam menerimanya dalam pengerjaannya. Ketika hal-hal sampai menjadi situasi yang putus asa, kita menendang begitu banyak dan berpikir bahwa segalanya tidak beres. Ini mungkin hanyalah berjalan tepat bagi Tuhan! Oh, ya, sangat putus asa; pertimbangan itu tidak mengambil dari keputusasaan itu, kengerian itu; tetapi jika hal itu akan memberi Tuhan kesempatan tertinggi-Nya untuk membangkitkan kesaksian unggulan-Nya, maka hal itu benar – yaitu, hal itu akan benar dalam permasalahannya.

Ketika akhirnya, dalam kekekalan, kita membaca kisah Jemaat, yang merupakan Tubuh-Nya, dan melihat semua yang benar-benar datang melalui, kita harus mengakui bahwa tidak ada institusi manusia, tidak ada hal-hal buatan manusia, yang bisa bertahan hidup, bisa melewati hal itu yang dialami oleh orang-orang kudus. Ketika hal ini dipahami dalam terang kekekalan dan dinilai oleh standar rohani sejati, kita akan mengatakan bahwa tidak ada yang lain selain Allah yang Mahakuasa yang dapat mencapai itu, yang dapat menjadikannya: bahwa hal itu dengan pasti telah menjadi alat ekspresi “betapa hebat kuasa-Nya” (Efesus 1:19); dan hal itu sungguh berarti banyak. Jika “betapa hebat kuasa-Nya” itu diperlukan untuk ini, baik, hal ini mengatakan banyak untuk apa yang kita harus dibawa keluar dari, bukankah demikian? “Jika “yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia” (1 Korintus 1:25), apakah yang harus diwakili dengan “betapa hebat kuasa-Nya”?

Nah, itu semua ada dalam kebangkitan; seperti yang saudara ketahui, kata-katanya terhubung dengan itu: “bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya, yang dikerjakan-Nya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati” (Efesus 1:19,20). Yaitu “bagi kita yang percaya.” Sekarang Jemaat, kesaksian Betania, adalah untuk menjadi kesaksian akan kuasa kebangkitan-Nya, dan jika metode-Nya dengan kita membuat hal itu menjadi diperlukan, maka mari kita mengambil dorongan dan penghiburan dari kenyataan ini bahwa kita sehingga akan menjadi ekspresi yang nyata dari apa yang Ia kehendaki dari Jemaat-Nya.

MERAYAKAN KEMENANGAN-NYA

Kita melewati dari pasal 11 Yohanes ke pasal 12. “Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati. Di situ diadakan perjamuan untuk Dia dan Marta melayani” (jelas-jelas ia masih belum menanggapi, dari perkataan Tuhan kepada-nya, bahwa pelayanan salah; ia masih melayani – semuanya itu baik-baik saja sekarang); “sedang salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus. Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu.”

Di sini kita memiliki hari perayaan, dan perayaan itu memiliki beberapa unsur-unsur. Kesatu, diwakili oleh Maria dan tindakannya, berbicara tentang penyembahan. Sekali lagi, ini adalah apresiasi akan Kristus yang ada dalam pandangan. Itulah sujud menyembah. Penyembahan – menurut pikiran Allah – selalu hanyalah apresiasi akan Tuhan Yesus; membesarkan di hadapan Allah bau harum dari apresiasi dalam hati akan Anak-Nya. Hal itu mungkin terdengar sederhana, tapi penyembahan pada dasarnya yang paling murni adalah apa yang kita pikirkan akan Tuhan Yesus, dinyatakan kepada Bapa. Itulah sujud menyembah. Perkumpulan adalah untuk itu. Betania berbicara akan itu.

Marta – ya, Marta melayani. Tapi ini adalah pelayanan yang disesuaikan. Ia masih melayani, tapi semuanya baik-baik saja; tidak ada teguran sekarang. Tidak ada putaran di sekeliling wajahnya dengan kecemasan sekarang; ia tidak tertarik ke sana sini dengan kepedulian: ia melayani di sebuah rumah kebangkitan. Berikut ini adalah pelayanan yang telah disesuaikan, dan pelayanan di rumah Tuhan cukup sesuai dengan pikiran-Nya ketika pelayanan ada dalam persekutuan dengan, dan dalam proporsi yang tepat pada, penyembahan. Ada penyesuaian antara kedua saudara itu sekarang, saudara lihat. Mereka terputus-putus sebelumnya, karena hal-hal tidak dalam proporsi yang benar dan tidak dalam tempatnya masing-masing; sekarang penyesuaian telah dibuat dan mereka sekarang dapat terus-menerus bersama-sama dengan baik. Ini adalah pelayanan yang disesuaikan.

Lazarus turut makan, dan tentu saja ia adalah prinsip hidup, hidup kebangkitan. Itu, sekali lagi, merupakan tanda rumah rohani Tuhan. Jadi kita memiliki penyembahan, pelayanan yang disesuaikan, hidup kebangkitan.

Ya, tetapi selalu ada beberapa hal yang menyeramkan yang berada tidak jauh: “Mengapa minyak narwastu itu tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?” Ketika saudara mendapatkan perkumpulan seperti yang Tuhan kehendaki saudara akan selalu menemukan bahwa Iblis mengintai sangat dekat. Itu mungkin adalah pujian untuk perkumpulan, karena apa pun yang Iblis tidak menempatkan matanya pada hal itu dengan iri hati pastinya tidak akan menjadi hal yang memuaskan hati Tuhan. Tapi hal ini selalu demikian. Hanya mulailah mendapatkan sesuatu yang sesuai dengan hati Tuhan, dan saudara menemukan hal yang menyeramkan mulai mengelilinginya dengan maksud untuk menghancurkan penyembahan itu, untuk mengalihkan apresiasi kepada Tuhan itu. Ini menjadi ciri khas dari perkumpulan itu sendiri, bahwa Iblis dengan iri hati menempatkan matanya pada apa yang Tuhan dapatkan, dan menginginkannya untuk dirinya sendiri.

Saudara lihat, Jemaat adalah apa yang membawa kepada Tuhan Yesus apa yang Ia seharusnya miliki, dan dari kekekalan Iblis telah sekuat tenaga mencoba merampok itu dari-Nya, dan ia akan melakukannya dalam perkumpulan jika ia bisa, karena perkumpulan adalah apa di mana Tuhan mendapatkan apa yang dikehendaki hati-Nya.

KE LUAR DAN KE ATAS

Sekarang kita tutup dengan mencatat hal terakhir dalam Lukas 24:50-52.

“Lalu Yesus membawa mereka ke luar kota sampai dekat Betania. Di situ Ia mengangkat tangan-Nya dan memberkati mereka. Dan ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke sorga. Mereka sujud menyembah kepada-Nya, lalu mereka pulang ke Yerusalem dengan sangat bersukacita.”

Tiga kata-kata: “membawa ke luar”, “memberkati”, “terangkat”: ke luar dengan Tuhan, di tempat-Nya terpisah; di bawah berkat-Nya; dan dihubungkan dengan-Nya di sorga – menggunakan kata-kata Paulus, “memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga.”

Itulah Betania, itulah Jemaat, dan itulah apa yang Tuhan kehendaki miliki dalam kehidupan umat-Nya pada hari ini.

Kembali lagi kepada Betania lagi dan biarkan hati saudara dilatih pada hal-hal ini, dan mencari dengan sangat pasti bahwa Tuhan harus mendapatkan dalam diri saudara hanya ciri-ciri ini yang menurut pikiran-Nya sendiri. Dan apa yang kita lakukan secara individu, mari kita berusaha untuk lakukan dalam persekutuan itu, perkumpulan itu, pada apa kita terhubung, bahwa mereka harus menjadi Betania yang nyata, kampong-ekspresi dari kota besar Allah, Yerusalem sorgawi.


Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.