Austin-Sparks.net

Hal Tersulit di Dunia

oleh T. Austin-Sparks

Pertama kali diterbitkan dalam majalah "A Witness and A Testimony" Mei-Juni 1945, Jilid 23-3. Judul asli: "The Most Difficult Thing in the World". (Diterjemahkan oleh Silvia Arifin)

Bacaan: Ibrani 4:1-13; 11:5-6

Saya akan berbicara tentang hal yang paling sulit di dunia, yaitu, iman. Sejauh mana umat Tuhan bersangkutan, akan dapat dikatakan bahwa seluruh hidup mereka dalam setiap sisi – keselamatan pada langkah pertama dan setiap langkah berikutnya, pertumbuhan rohani, keperluan rohani, kemenangan rohani, pekerjaan rohani dan pelayanan, persekutuan dengan Tuhan dan kemuliaan tertinggi, semuanya dipastikan dalam satu hal dan hal itu adalah iman. Iman adalah kunci untuk segala sesuatu dalam hubungan kita dengan Tuhan. Semuanya hanyalah masalah iman – bukan iman sebagai sesuatu dalam dirinya sendiri, tetapi iman kepada Allah. Itu adalah sesuatu yang harus dihadapi dan sejauh mungkin pada setiap titik, diterapkan; tetapi itu bukanlah hal yang diterapkan sekali saja dan selesai. Harus ada penerapan iman yang berlangsung terus menerus pada titik ini. Kami sesungguhnya terus berhadapan dengan pertanyaan ini; dalam situasi dan cobaan dan kebingungan yang baru dan keadaan yang tampak bertolak belakang, apakah aku akan percaya pada Allah atau tidak, apakah aku akan bersandar iman kepada-Nya atau tidak, apakah aku akan percaya Tuhan atau tidak? Semua ini sungguh benar sepanjang jalan hidup kita, dan hal ini akan selalu demikian. Terkadang ujian itu sangat, sangat sengit dan parah. Seorang saudara menulis kepada saya minggu ini, seorang yang telah sangat digunakan Tuhan di negeri lain serta negeri ini, seorang yang mengenal Tuhan, dan memiliki riwayat hidup berjalan dengan Tuhan yang nyata, dan ia hanya menuliskan ini dalam suratnya. “Terkadang tampak seolah-olah Tuhan berada seribu mil jauhnya dariku dan Ia tidak peduli sedikitpun akan diriku. Terkadang sepertinya Ia telah menyingkirkan-ku.” Anda mungkin berpikir hal ini sangat ekstrim, tetapi ada beberapa dari anda yang tidak berpikir demikian. Anda tahu cukup baik bahwa pengalaman tersebut sungguh nyata dalam kehidupan seorang anak Allah. Saya ingin katakan bahwa ini adalah suatu hal yang harus dihadapi. Inilah kehidupan akan panggilan kita. Tuhan tidak menutupinya, tidak menyelubunginya, tidak menyembunyikannya dari kita. Kita dipanggil untuk hidup dengan iman, dan sebaiknya kita hadapi itu; dan kemudian kita harus, sejauh mungkin, jika kita akan melewatinya, tetapkan itu, karena, saya ulangi, tidak ada langkah atau tahapan atau sisi kehidupan anak Allah dari pertama sampai terakhir, dari awal sampai akhir yang tidak berhubungan dengan iman. Nah, itu adalah fakta, dan mari kita bersikap jujur tentang hal itu, dan berterus terang dengan diri kita sendiri. Itulah situasinya. Ini akan sangat membantu untuk sebagian besar jika kita menghadapi hal ini langsung dan tidak dikesampingkan, tidak mencoba untuk menghindarinya, tetapi menerimanya.

Kunci akan iman

Tapi kami ingin mendalami hal tentang iman ini, dan di sini dalam surat kepada orang Ibrani yang, seperti anda ketahui, dari awal sampai akhir, surat tentang iman, kita memiliki di antara lain satu petunjuk yang sangat membantu dan yang adalah kunci akan iman. Hal ini ada di bagian keempat. Anda mungkin tidak berpikir bahwa itu sebenarnya adalah masalah iman karena dipermukaan tidak tampak demikian, tetapi ketika anda mengamatinya, anda akan menemukan bahwa itulah hal yang sedang disentuh – bahasa yang aneh dan agak teknis – “Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh.” Anda akan lihat bahwa pernyataan ini diawali dengan kata “sebab”, dan bahwa kata “sebab” itu berhubungan dengan Israel di padang gurun yang gagal untuk masuk ke dalam perhentian. Telah dikatakan bahwa mereka memiliki Injil yang diberitakan kepada mereka, tetapi firman pemberitaan itu tidak berguna bagi mereka, karena tidak bertumbuh bersama-sama atau disatukan oleh IMAN. Tidak berguna, karena tidak bertumbuh bersatu oleh IMAN. Lalu berikutnya, “Sehingga Aku bersumpah dalam murka-Ku: Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku.” Mereka tidak dapat masuk oleh karena ketidakpercayaan mereka. Kemudian lebih lanjut lagi tentang perhentian dan kegagalan mereka untuk masuk, dan kemudian – “Sebab firman Allah memisahkan jiwa dan roh.” Ini adalah kunci untuk iman, atau sebuah kunci akan iman. Apakah itu? Penaklukan jiwa, dan itu yang dikatakan adalah penjelasan akan seluruh kegagalan di padang gurun dan selanjutnya, kegagalan untuk masuk ke tempat perhentian.

Kau tahu apa itu jiwa. Saya tidak akan mengamati hal akan jiwa dan roh secara keseluruhan. Kita tahu dalam hal ini bahwa jiwa adalah hidup dengan kesadaran diri. Dengan jiwa kita, kita sadar akan diri kita sendiri dan orang lain dan semua hal akan dunia ini. Roh adalah hidup dengan kesadaran Allah. Dengan roh kita sadar akan Allah yang adalah Roh, dan semua alam itu. Hidup dengan kesadaran diri dan dengan kesadaran Allah, dan karena kedua hal tersebut tidak dipastikan, tidak dipisahkan dan diakui perbedaannya, namun diizinkan untuk tumpang tindih sehingga mengakibatkan keadaan kebingungan, mereka tidak masuk ke tempat perhentian. Mereka gagal karena ketidakpercayaan. Nah, apakah jumlah semua itu? Hidup dengan kesadaran diri berdominasi, dan hidup dengan kesadaran Allah tidak mendominasi, dibuat untuk tunduk dan patuh. Dengan kata lain, bagi mereka, semuanya adalah persoalan akan bagaimana diri ini akan terpengaruh oleh situasi ini dan oleh prospek ini. Anda dapat temukan mereka lagi dan lagi penuh semangat, penuh dengan apa yang tampaknya perhatian yang nyata akan hal Tuhan. Oh ya, mereka berjalan terus, mereka penuh dengan pengabdian yang nyata kepada Tuhan. Tapi itu hanyalah ketika situasinya menyenangkan bagi mereka dan ketika prospek yang disajikan membawa perasaan bahwa semuanya sangat memungkinkan bagi mereka, prospek bagi mereka, dan kepuasan mereka. Oh, ini sungguh baik, ini sangat baik; beritahu kita lebih banyak lagi tentang negeri indah yang kita tuju, terus beritahu kita tentang semua keajaiban mulianya, dan sumber dayanya yang kaya; ayo terus, kita sangat tertarik akan hal ini, kita pasti akan berjuang untuk itu! Tapi semua itu adalah jiwa, kesadaran diri kepentingan diri, kepuasan diri sendiri. Dan ketika muncul beberapa situasi, baik sekarang maupun dalam kaitannya dengan prospek yang membuatnya menjadi persoalan untuk menyangkal, mengorbankan diri, melepaskan kepentingan pribadi, dan harus menghadapi situasi yang sangat sulit yang akan sangat merugikan bagi mereka, mereka tidak lagi tertarik; semangat mereka menghilang, dan ketidakpercayaan bangkit; itu sejak awal ada di dalam mereka dan sekarang telah bangit. Mereka tidak begitu peduli lagi tentang hal ini sekarang, itu sekarang bukan lagi bagi mereka. Untuk apa itu? Pertama, itu hanya untuk Tuhan, dan kepentingan mereka hilang sepenuhnya. Mereka hanya akan mendapatkan bagian mereka ketika Tuhan mendapatkan bagian-Nya. Yang pertama adalah Tuhan; “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Matius 6:33), dan menempatkan Tuhan pertama sering kali berarti melepaskan segala sesuatu yang pribadi.

Bukankah itu langsung memasuki inti dari semua ini? Apakah kekecewaan bagi kita? Bisakah kita selalu berkata bahwa kekecewaan yang kita kira adalah kekecewaan atas Tuhan dan atas milik-Nya adalah karena kita begitu ingin Tuhan untuk memiliki apa yang diinginkan-Nya, bebas dari semua kepentingan kita sendiri; kita siap untuk melepaskan semuanya, DIRI KITA tidak terlibat dalam hal ini sama sekali? Dalam Tuhan mendapatkan apa yang Ia inginkan, kita dapat melihat diri kita sembunyi diam-diam masuk ke dalamnya. Harus dengan alat yang sungguh tajam yang dapat masuk di antara dua hal itu dan memisahkannya karena mereka begitu tercampur aduk. Apakah tidak benar bahwa iman goyah, melemah dan sering kali terjerumus jatuh ketika di jalan menuju kepentingan Tuhan, DIRI KITA disingkirkan sepenuhnya?

Apakah kunci untuk iman itu? Kunci iman adalah pemisahan jiwa dan roh ini, atau, dengan kata lain, pelepasan diri yang lengkap akan kepentingan pribadi – bukan penghancuran dalam arti Buddha, tetapi dalam arti kepentingan Allah menjadi positif dan dominan. Di sinilah pertempuran iman terjadi; pertempuran ini selalu terjadi di posisi ini. Jika kita begitu benar-benar – dan tidak ada seorang pun dari kita yang begini – jika kita begitu benar-benar berkobar hanya untuk kepentingan Tuhan saja, dan tidak ada kepentingan lain dalam kehidupan kita yang punya prioritas atau kekuasaan untuk memerintah kita, kita akan setiap waktu berada dalam kemenangan. Keprihatinan atas apa yang Tuhan inginkan inilah yang merupakan kunci untuk iman. Jika Israel di padang gurun mengambil sikap ini – Nah, ini adalah suatu pengalaman yang sangat sulit, tetapi Tuhan sedang mengejar sesuatu, Tuhan menginginkan sesuatu, dan Dia jelas tahu bahwa ini adalah cara terbaik untuk mendapatkannya; ok, saya memihak dengan-Nya, saya mungkin akan kehilangan segalanya, saya mungkin akan menderita kehilangan segala sesuatu, tetapi hanya apa yang Tuhan inginkanlah yang penting. Tuhan menghendaki kita berada di negeri itu; baik, jika itu berarti segalanya, untuk berada di sana demi kesenangan Tuhan, itulah hal yang penting – jika itu adalah sikap mereka, apakah anda pikir mereka akan berkeliling empat puluh tahun di padang gurun, apakah menurut anda pada saat mereka tiba di perbatasan negeri perjanjian, mereka akan berbalik hanya untuk binasa di padang gurun? Anda dapat melihat di penyempurnaan, bahwa generasi berikutnya yang masuk, masuk hanya dengan iman saja. Seluruh cerita mereka hanya berdasarkan iman.

Ada iman Rahab, pelacur itu; imannya adalah kunci untuk negeri itu – Yerikho. Lalu ada iman saat mereka berkeliling enam hari dalam keheningan dan pada hari ketujuh teriakan iman, tanpa menarik pedang atau membalikkan tangan untuk melakukan apa pun selain berkeliling – konyol! Itu semua hanyalah keyakinan teguh. Mereka masuk dan memiliki semuanya atas dasar itu. Generasi itu masuk karena iman, sedangkan generasi sebelumnya tidak masuk oleh karena ketidakpercayaan. Tapi generasi ini masuk karena Yosua dan Kaleb berkata, Jika Tuhan berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu (Bilangan 14:8). Itulah persoalannya – perkenanan Tuhan, kepedulian sempurna akan apa yang Tuhan inginkan, dan itu adalah salah satu hal yang paling sulit dalam hidup, untuk menyingkirkan diri kita dari jalan itu.

Hasil dari Iman

(a) Perhentian

Jadi, akhirnya, hanya sedikit kata tentang hasil dari iman. Pertama-tama, tentu saja, perhentian. Kami tidak sekarang berpikir tentang perhentian pada masa akan datang, beberapa negeri di masa depan, apa pun yang dituliskan dalam himne. Anda baca lagi bab keempat ini dari surat kepada orang Ibrani, dan anda melihat “Sebab kita yang beriman, masuk ke tempat perhentian.” Beberapa dari kita telah masuk ke tempat perhentian, kata Rasul. Allah menentukan satu hari – itu bukan masa depan – dan beberapa dari kita masuk. Perhentian bukan periode waktu, itu adalah suatu kondisi, dan Rasul telah mengatakan hal ini di sini begitu jelas bahwa masuk ke tempat perhentian hanyalah soal masuk ke dalam iman yang tetap dalam Allah. Anda tahu cukup baik bahwa walaupun ini tampaknya seperti suatu ajaran yang teknikal, ini hal yang sangat benar. Kita dapat membuktikannya hampir setiap hari dalam hidup kita. Ketika kita tiba di tempat di mana kita menempatkan diri kita sendiri dan apa yang kita inginkan di sisi dan menerima keinginan Tuhan – bukan hanya dengan pasrah mengatakan, “Nah, jika itu adalah apa yang Tuhan inginkan, saya menyerah; jika aku bisa memiliki-nya dengan cara lain, aku akan mendapatkannya, tetapi ini jelas-jelas apa yang Tuhan inginkan”: tapi kalau dengan segenap hati kita menerimanya dan masuk ke dalamnya bersama dengan Tuhan, bekerja sama dengan-Nya, ketika kita tiba di sana, perhentian masuk ke dalam jiwa kita, jiwa kita tiba di tempat perhentian, pada segala macam hal, baik kecil maupun besar.

(b) Kekuatan dengan Tuhan

Kemudian kemenangan datang karena iman adalah kekuatan. Jika Firman Allah kuat dan jelas tentang satu hal, hal itu adalah ini. Oh, iman adalah kekuatan. Pertama-tama, itu adalah kekuatan dengan Allah. Apakah yang lebih kuat dengan Allah daripada menjadi yang berkenan kepada-Nya, dan itulah sebabnya saya membaca tentang Henokh. “Karena iman Henokh terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian, dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya. Sebab sebelum ia terangkat, ia memperoleh kesaksian, bahwa ia berkenan kepada Allah.” Itu semua berpusat di, dan dibuat untuk bersandar kepada, iman. “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah.” Tentunya itu merupakan ambisi kita di atas segalanya – untuk berkenan kepada-Nya. Bagaimana? – untuk percaya kepada-Nya, bersandar iman dalam-Nya, untuk berkenan kepada-Nya. Ini adalah kekuatan dengan Allah. Kita dapat menganggap itu sepanjang garis lain, bahwa kelemahan kita dengan Tuhan selalu ditemukan di ketidak-inginan kita, pertanyaan kita, keraguan kita, ketidakpastian kita. Itulah kelemahan kita dengan Allah, dan Tuhan menunggu.

(c) Kekuatan mengalahkan Iblis

Ini adalah kemenangan mengalahkan Iblis karena, jika ada satu hal yang merupakan taman bermain Iblis, itu adalah ketidakpercayaan, dan jika ada satu hal yang Iblis selalu berusaha untuk mempromosikan dan memelihara, itu adalah bentuk ketidakpercayaan. Ciri karya Iblis sejak Taman sampai akhir adalah ketidakpercayaan, keraguan akan Allah, mempertanyakan Allah dan jalan-jalan Allah – dan motif Allah. Itulah di mana Iblis akan terus datang sepanjang waktu – dengan kata “apabila”. Apabila ini dan apabila itu. Apabila Allah sesungguhnya seperti apa yang Ia katakan, maka ini tidak akan begini. Anda tahu ribuan kata “apabila”, “seandainya” dan “tapi” Iblis. Kekuatan satu-satunya kemenangan mengalahkan Iblis adalah iman kepada Allah. Kita dapat menggunakan bahasa kemenangan dan kekuasaan atas Iblis dan semua itu tidak berarti. Kita harus memiliki posisi kekuasaan mengalahkan Iblis yang baru. Kuncinya adalah iman; mungkin iman akan Darah, atau Nama, atau dalam Tuhan, tetapi tetap iman.

(d) Kekuatan mengalahkan Dunia

Ini adalah kekuatan mengalahkan dunia. “Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita” (1 Yohanes 5:4). Dunia dalam pengertian ini adalah seluruh sistem dan ketertiban dan suasana dan sikap terhadap hal-hal yang harus dapat dilihat, dan harus ada saat ini. Apakah tanda dunia? Harus dapat dilihat, harus dapat dimiliki sekarang juga. Apa pun yang tidak dapat terlihat dan bukan saat ini sama sekali berada di luar mentalitas dunia, dan kita tahu seberapa banyaknya dunia ada di kodrat kita sendiri dan pertempuran kita terdapat di sana. Iman mengalahkan dunia yang ada di kodrat kita dan sekeliling kita. “Karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal” (2 Korintus 4:18). Iman berkaitan dengan hal-hal ini.

Kita dapat berbicara berjam-jam tentang masalah iman. Tolong jangan berpikir bahwa saya sedang meletakkan hukum untuk anda. Allah tahu pertempuran di semua hati kita mengenai hal ini dan bagaimana sesungguhnya kita tahu hal ini dalam pengalaman kita sendiri. Kami hanya berbicara dengan sungguh-sungguh satu sama lain. Kita akan selalu tersungkur di hadapan-Nya dan berkata, Tuhan, tingkatkan iman kita! Akan ada banyak kali ketika di mana kita akan berkata, Tuhan, saya tidak memiliki iman untuk itu, saya tidak memiliki iman untuk menghadapi hal ini, untuk menerima ini. Ini adalah masalah baru yang berhubungan dengan Tuhan tentang iman. Ada fakta, yang harus dihadapi, harus ditetapkan, harus diselesaikan lagi dan lagi. Semuanya tergantung pada itu – Kemenangan di setiap alam, berjalan dengan Tuhan, mendapatkan apa yang telah Tuhan tujukan. Ini semua adalah masalah iman kepada Allah, dan dengan demikian masalah menjadi berkenan kepada-Nya. “Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia” (Ibrani 11:6). Tuhan, tingkatkan iman kami!


Sesuai dengan keinginan T. Austin-Sparks bahwa apa yang telah diterima secara bebas seharusnya diberikan secara bebas, karya tulisannya tidak memiliki hak cipta. Oleh karena itu, kami meminta jika Anda memilih untuk berbagi dengan orang lain, mohon Anda menghargai keinginannya dan memberikan semua ini secara bebas - tanpa d'ubah, tanpa biaya, bebas dari hak cipta dan dengan menyertakan pernyataan ini.